Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Down Syndrome Di YPAC


Surakarta dan Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Pasca Stroke
Hemiparase Dextra di RSUD Saras Husada Purworejo

Disusun oleh:

Nama : Sulthan Tajuddin Akram


NIM : 1810301051
Kelas :2A
Program Studi : S1 Fisioterapi

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT,karena penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Down
Syndrome Di YPAC Surakarta dan Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Pasca Stroke
Hemiparase Dextra di RSUD Saras Husada Purworejo”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 14 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 2
2.1 Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Down Syndrome Di YPAC Surakarta
..................................................................................................................................................... 2
2.1.1 Down syndrome ............................................................................................................. 2
2.1.2 Etiologi ........................................................................................................................... 2
2.1.3 Teknologi Intervensi Fisioterapi ................................................................................. 2
2.2 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Pasca Stroke Hemiparase Dextra di RSUD
Saras Husada Purworejo .......................................................................................................... 3
2.2.1 Stroke ............................................................................................................................. 3
2.2.2 Etiologi ........................................................................................................................... 3
2.2.3 Patologi .......................................................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
3.1 Pembahasan Jurnal pertama ............................................................................................. 5
3.2 Pembahasan Jurnal Kedua ................................................................................................ 5
3.3 Tabel Analisis Sistematika Jurnal ..................................................................................... 6
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karya tulis ilmiah penatalaksanaan terapi latihan pada kondisi down syndrome ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi, pengetahuan, dan pemahaman tentang kondisi
down syndrome yang menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan fisik dan modalitas yang
diberikan pada kondisi ini adalah Terapi Latihan.
Stroke merupakan salah satu dari tiga penyakit paling mematikan, setelah kanker dan penyakit
jantung (Suyama et al, 2004). Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat
tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu
kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel dalam
waktu yang sangat singkat.
Gangguan dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah,
sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah, sehingga menyebabkan pasokan
darah kurang memadai ke otak. Gejala yang muncul berupa kelumpuhan separuh badan, kesulitan
berbicara atau menelan, telinga berdenging, lupa mengenal dirinya atau orang lain, tangan serta
kaki lemah, kesemutan, bahkan sampai tidak sadarkan diri dan gangguan itu diakibatkan oleh
kebiasan hidup sehari-hari yang kurang baik seperti makan berlebihan sampai menjadi gemuk,
atau kandungan lemaknya dalam makanan terlalu tinggi, merokok, maupu mengkonsumsi alkohol.
Selain itu konsumsi oksigen pada pasien stroke juga menurun dan stamina juga akan menurun
(Suyama et al, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik ingin mengetahui apakah pemberian
terapi latihan dapat mengatasi problematika fisioterapi pada pasien post stroke pada stadium
akut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh pemberian passive gantle movement, aproksimasi dan stimulasi
terhadap kekuatan dan tonus otot?
2. Apakah ada pengaruh pemberian breathing excercise dan positioning terhadap potensial
terjadinya komplikasi tirah baring?
3. Apakah infrared dapat mengurangi gerak pada lingkup gerak sendi?

1.3 Tujuan
1. mengetahui proses pelaksanaan fisioterapi pada kasus down syndrome

2. Untuk mengetahui pengaruh penanganan fisioterapi dengan modalitas aktif excercise, passive
excercise dan aproksimasi pada pasien struk akut

3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian passive gantle movement, aproksimasi terhadap


kekuatan dan tonus otot

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Down Syndrome Di YPAC Surakarta
2.1.1 Down syndrome
Down syndrome (DS) adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom (Cuncha,
1992). DS adalah gangguan kromosom yang biasanya mengakibatkan keterbelakangan mental,
yang ditandai dengan karakteristik wajah dengan kranium kecil, bagian anteroposterior yang
mendatar, jembatan hidung yang datar, lipatan eplikantus, dan microencephaly. Kelainan ini juga
disebut dengan trysomi 21 dan nondisjunction (Reed, 1999).
DS adalah kelainan bawaan, terutama keterbelakangan mental, bentuk wajah yang khas
(Idiosi Mongoloid, Mongoloidisme), kelainan kromosomal berupa trisomi atau translokasi gen
secara tidak seimbang (Ramali, 2005).

2.1.2 Etiologi
DS disebabkan oleh adanya kelebihan materi genetik pada kromosom 21 atau trisomi 21.
Manusia normal mempunyai 23 pasang kromosom XX atau 23 pasang kromosom XY dengan
jumlah total 46 tetapi penyandang DS memilki 3 kromosom ke 21. Ini bermakna penyandang DS
mempunyai 47 kromosom lebih banyak 1 kromosom dibandingkan manusia normal yang hanya
mempunyai 46. Kejadian ini disebabkan oleh salahsatu dari 3 keadaan berikut :
a. Non disjunction (95%)
Kegagalan Meiosis berakibat pembelahan sel tidak merata, gamet kelebihan satu kromosom
(Trisomi 21)
b. Mozaikisme (1-2%)
Setelah pembuahan normal, tapi pembelahan sel tidak merata dan gamet kelebihan/kekurangan
satu kromosom (Trisomi 21/Monosomi 21)
c. Translokasi Robertsonian (2-3%)
Kelainan keturunan (Orang tua sebagai pembawa sifat translokasi), pembelahan sel tidak sama
mengakibatkan trisomi 21

2.1.3 Teknologi Intervensi Fisioterapi


Teknologi Intervensi Fisioterapi yang digunakan dalam hal ini adalah Terapi Latihan
dengan metode Bobath atau NDT yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha
Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf
pusat pada bayi dan anak-anak (Sheperd, 1997). Agar lebih efektif, penanganan harus dimulai
secepatnya (Bobath dan Kong, 1967, dikutip oleh Sheperd, 1997), sebaiknya sebelum anak berusia
6 bulan. Hal ini sesungguhnya masih efektif untuk anak pada usia yang lebih tua, namun
ketidaknormalan akan semakin tampak seiring dengan bertambahnya usia anak dengan DS dan
biasanya membawa terapi pada kehidupan sehari-hari sangat sulit dicapai.
Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis
menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Anak harus ditempatkan dalam sikap
tertentu yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus
otot yang abnormal (Trombly, 1989).
Handling digunakan untuk mempengaruhi tonus postural, mengatur koordinasi,
menghinbisi pola abnormal, dan memfasilitasi respon otomatis normal. Dengan handling yang
2
tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal dapat dicegah sesaat setelah terlihat tanda-tandanya
(Trombly, 1989).
Key Point of Control (KPoC) yaitu titik yang digunakan terapis dalam inhibisi dan
fasilitasi. KPoC harus dimulai dari proksimal ke distal/bergerak mulai dari kepala-leher-trunk-kaki
dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat dilakukan pada penderita DSdengan
mengarahkan pada pola kebalikannya. Metode Bobath mempunyai beberapa teknik : 1) Inhibisi
dari postur yang abnormal dan tonus otot yang dinamis, 2) Stimulasi terhadap otot-otot yang
mengalami hypertonik , 3) Fasilitasi pola gerak normal (Rood, 2000).
Prinsip-prinsip NDT/BOBATH:
1. Kemampuan mekanik setelah mengalami lesi atau dengan menggunakan penanganan yang tepat
memungkinkan untuk diperbaiki
2. Lesi pada susunan saraf pusat menyebabkan gangguan fungsi secara keseluruhan namun dalam
NDT yang ditangani adalah motorik.
3. Spastisitas dalam NDT dipandang sebagai gangguan dari sikap yang normal dan kontrol
gerakan.
4. Pembelajaran pada gerakan yang normal merupakan dasar gerakan dapat dilakukan jika Tonus
normal.
5. Mekanisme Postural Reflex yang normal merupakan dasar gerakan yang normal.
6. Otot tidak tahu fungsi masing-masing otot tapi pola geraknya.
7. Gerakan dicetuskan di sensoris dilaksanakan oleh motorik dan dikontrol oleh sensoris.
Tujuan konsep NDT :
1. Memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal.
2. Mengajarkan postur dan pola gerak yang normal.
Prinsip terapi dan penanganan :
1. Simetris dalam sikap dan gerakan
2. Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi yang sakit pada segala kegiatan.
3. Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam terapi.
4. Konsekuensi selama penanganan (ada tahap-tahap dalam terapi).
5. Pembelajaran bukan diarahkan pada gerakannya, tetapi pada perasaan gerakan.
6. Terapi dilakukan secara individu.

2.2 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Pasca Stroke Hemiparase Dextra di RSUD
Saras Husada Purworejo
2.2.1 Stroke
Stroke adalah suatu kondisi dimana terjadi serangan otak yang timbul secara mendadak
berupa gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan darah otak
yang karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu sehinga menyebabkan sel-sel
tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-
sel tersebut dalam waktu yang singkat. (dippel, 2007)
2.2.2 Etiologi
Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke haemoragik dan
stroke non haemoragik. Stroke haemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak sehingga
menyababkan pendarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf. Stroke
non haemoragik yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah
otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang mendapat suplai terganggu.

3
2.2.3 Patologi
Stroke non haemoragik akibat trombosis. Trombosis dapat terjadi akibat proses
penyempitan lumen pembuh darah (arterosklerosis) yang akan berpengaruh terbentukya trombus.
Trombus awalnya terjadi dari kepingan-kepingan darah (trombosit) yang mengendap pada dinding
pembuluh darah di tunika intima, dimana pada dindingnya mengalami beberapa kelainan. Semakin
banyak penggumpalan trombosit dan di dalam cairan darah terjadi sejumlah perubahan yang
akhirnya terbentuk trombus. Trombus yang menyumbat secara total disebut trombus obstruksi.
Akibat obstruksi pada pembuluh darah arteri maka dapat mengakibatkan aliran darah menuju ke
otak akan terhenti dan bagian otak di sebelah distalnya akan mengalami kerusakan (Suyono, 2004).

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Jurnal pertama


Pasien dengan nama an.Habil umur 5 tahun 10 bulan dengan diagnosis DS, dengan
problematic fisioterapi yaitu: adanya kelemahan otot pada AGA dan AGB dan adanya gangguan
keseimbngan dalam aktivitas berdiri, dan berjalan . Berikut pembahasan atas hasil evaluasi pada
pasien yang diberikan terapi latihan dengan pendekatan ndt setelah terapi selam 6 kali dilakukan
satu minggu 2 kali

2. Peningkatan kekuatan otot


Pengukuran kekuatan otot menggunakan MMT ( Manual Muscle Testing) dari nilai nilai
kekuatan otot yang diperoleh selama T1-T6 adanya peningkatan kekuatan otot, perinciannya
sebagai berikut: pada AGA otot penggerak sholder yaitu T1=3; T6=3, otot penggerak elbow T1=3;
T6=4, untuk otot penggerak wrist T1=3, T6=3. Adapun pada AGB otot penggerak hip yaitu T1=3;
T6=3, otot penggerak knee T1=3; T6=4, untuk otot penggerak ankle T1=3; T6=3.
Dari data yang diperoleh diatas dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan kekuatan
otot selama 6 kali terapi walaupun sangan minimum, meningkatkan kekuatan otot ini dikarenakan
terapi latihan metode bobath menggunakan teknik stimulasi yang berupa aproksimasi 5iga
meningkatkan kekuatan otot karena pada saat penekanan yang dilakukan pada setiap sendi akan
merangsang otak lalu memberikan respon pada syaraf- syaraf ferioseptc pada daerah sendi yang
akan merangsang otot otot sendi , selain dengan terapi bobath pasien banyak dirangsang dengan
menggunakan pembeban seperti katler dan terapi lainnya yang 5iga meningkatkan kekuatan otot.

2. Kemampuan fungisonal
Hasil evaluasi kemampuan fungsional dengan GMFM diperoleh T1-T6 ada peningkatan
pada dimensi D, yaitu dimensi berdiri dengan nilai T1= 43,58% menjadi 51,28% pada T6. Banyak
5igame yang menghambat keterlambatan tumbuh kembang pada anak DS, untuk meningkatkan
kemampuan fusngsionalnya selain gangguan mental anak ini mempunyai IQ yang sangat rendah,
kelainan yang lain juga seperti kelainan jantung bawaan dan mudahnya terserang penyakit yang
membuat pertumbuhan serta kemampuan fusngsionalnya terhambat dan terlambat.
Hasil evaluasi aktivitas fungsional peningkatannya kurang signifikan, mengingat lamanya
terapi yang diberikan cukup singkat, selain itu aktivitas pasien di rumah sangat berpengaruh
terhadap hasil evaluasi yang tidak bias dipantau oleh terapis. Keberhasilan dari program terapi
yang diberikan dipengaruhi oleh bebrapa factor baik internal maupun eksternal, untuk factor
internal dipengaruhi oleh kondisi umum pasien, motivasi pasien untuk sembuh, umur, derajat dan
aktualitas penyakit, serta adanya factor eksternal berupa program terapi yang diberikan, aplikasi
interverensi, metode, dosis, waktu dan frekuensi terapis.

3.2 Pembahasan Jurnal Kedua


Stroke adalah suatu kondisi dimana terjadi serangan otak yang timbul secara mendadak
berupa gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan darah otak
yang karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu sehinga menyebabkan sel-sel
tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-
sel tersebut dalam waktu yang singkat.

5
Pada kasus ini terdapat problematika fisioterapi berupa kekuatan dan tonus otot menurun,
penurunan activity dialy living dan potensial terjadinya komplikasi tirah baring . Oleh karena itu
diberikan intervensi fisioterapi berupa breathing exercise, passive movement, aproksimasi,
stimulasi dan positioning, dimana intervensi fisioterapi ini berpengaruh terhadap masalah tersebut
dari kematian, dan komplikasi kecacatan yang lebih parah.
Pengaruh pemberian passive gantle movement, aproksimasi dan stimulasi terhadap
kekuatan dan tonus otot
Pemberian exercise yang berupa gerak pasif gentle dan sedikit diberikan soft 6igament6g
akan menimbulkan pumping action sehingga memperkecil efek kontraktur pada jaringan lunak
(otot, tendon, 6igament), memberikan sirkulasi dan vascularisasi yang dinamis dan memelihara
fisiologis otot. Sehingga adanya disability dapat dicegah melalui exercise.

Dengan adanya aproksimasi sendi yang terputus-putus ringan dan halus sehingga mampu
memfasilitasi dan meningkatkan postural tonus melalui aktivitas sekitar sendi. Dengan upaya
stimulasi bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan kekuatan otot. Tujauannya
meningkatkan reaksi-reaksi pada aneka yang bertujuan untuk memelihara posisi dan pola yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara otomatik.

3.3 Tabel Analisis Sistematika Jurnal


No. Judul Jurnal Sistematika Analisis
1. Penatalaksanaan Terapi Latihan 1. Abstrak Pada jurnal ini penulis
Pada Kondisi Down Syndrome 2. Pendahuluan menjelaskan tentang
Di YPAC Surakarta (Penulis: 3. Tinjauan Pustaka Down Syndrome,
Syuja Ulhaq, 2014) 4. Proses Fisioterapi Etiologi, dan
5. Hasil dan Pembahasan Teknologi Fisioterapi
6. Kesimpulan dan Saran untuk penatalaksanaan
7. Daftar Pustaka terapi latihan pada
kondisi Down
Syndrome.
Sistematika pada
jurnal tersebut bisa
dikatakan lengkap
adanya hasil dan
pembahasan
2. Penatalaksanaan Fisioterapi 1. Abstrak Pada jurnal ini penulis
Pada Pasien Pasca Stroke 2. Pendahuluan menjelaskan tentang
Hemiparase Dextra (Penulis : 3. Tinjauan Pustaka stroke, etiologi, dan
Wahyu Rama Pribadi, 2015) 4. Proses Fisioterapi patologi-nya. Untuk
5. Pembahasan sistematika jurnal
6. Kesimpulan dan Saran tersebut hampir sama
7. Daftar Pustaka dengan jurnal pertama
namun jurnal ini hanya
ada pembahasan.
Sehingga jurnal ini
bisa dikatakan cukup
lengkap

6
BAB IV

KESIMPULAN

Terapi yang diberikan oleh penulis kepada pasien dengan diagnosa DS menggunakan
metode pendekatan terapi latihan metode bobath selama 6 kaliterapi dan 3 kali evaluasi didapatkan
hasil yaitu : (1) kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT), pada kedua tungkai dilihat
dari pemeriksaan awal (T1) sampai dengan terapi akhir (T6) diperoleh hasil menetap untuk
anggota gerak atasnya dan meningkat dari nilai otot 3 ke nilai otot 4 untuk knee pada anggota
gerak bawahnya, (2) pemeriksaan kemampuan fungsional dengan GMFM dilihat dari pemeriksaan
awal (T1) sampai dengan terapi akhir (T6) mengalami peningkatan pada dimensi D

Stroke merupakan salah satu dari tiga penyakit paling mematikan, setelah kanker dan
penyakit jantung (Suyama et all, 2004). Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak
akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu
kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel dalam
waktu yang sangat singkat. Gangguan dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan
pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah, sehingga
menyebabkan pasokan darah kurang memadai ke otak. Gejala yang muncul berupa kelumpuhan
separuh badan, kesulitan berbicara atau menelan, telinga berdenging, lupa mengenal dirinya atau
orang lain, tangan serta kaki lemah, kesemutan, bahkan sampai tidak sadarkan diri dan gangguan
itu diakibatkan oleh kebiasan hidup sehari-hari yang kurang baik seperti makan berlebihan sampai
menjadi gemuk, atau kandungan lemaknya dalam makanan terlalu tinggi, merokok, maupu
mengkonsumsi alkohol. Selain itu konsumsi oksigen pada pasien stroke juga menurun dan stamina
juga akan menurun (Masahito et all, 2002).

7
DAFTAR PUSTAKA

Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Down Syndrome Di YPAC Surakarta


,http://eprints.ums.ac.id/32401/20/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf, diakses pada Jumat, 14 Juni
2019
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Pasca Stroke Hemiparase Dextra di RSUD Saras
Husada Purworejo, http://eprints.ums.ac.id/37741/16/NASKAH%20PUBLIKASI%20wahyu.pdf
diakses pada Jumat, 14 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai