Anda di halaman 1dari 7

1) Pendahuluan

Jurnal yang berjudul “KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA


HIBRIDA DI PESISIR SELATAN DESA SIDOHARJO KECAMATAN PURING
KABUPATEN KEBUMEN” inimerupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kharisma
Nasionalita, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta (2015).
Mereka melakukan penelitian ini dilatarbelakangi oleh keheranan mereka terhadap
kenyataaan bahwa Indonesia memiliki areal pertanian yang luas, Kondisi tanah pada lahan
pertanian di Desa Sidoharjo cukup baik untuk tanaman palawija karena lahan pertanian
memiliki syarat tumbuh yang cocok dengan tanaman palawija. Berbeda dengan tanah pada
lahan pertanian di pesisir yang tanahnya mayoritas berupa pasir meyebabkan sulitnya
tanaman palawija untuk ditanam pada lahan tersebut.

Tanaman yang saat ini dibudidayakan di lahan pesisir Desa Sidoharjo adalah tanaman
kelapa.kelapa hibrida di Desa Sidoharjo belum dapat tumbuh dengan subur dan optimal pada
lahan pesisir Desa Sidoharjo. Umur tumbuh tanaman kelapa hibrida untuk berbuah sekitar 3-
4 tahun. Tanaman kelapa hibrida yang seharusnya sudah tumbuh subur dan menghasilkan
banyak air nira, namun pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Calon
bunga yang nantinya akan menghasilkan air nira, terlebih dahulu kering sebelum
menghasilkan air nira. Sehingga itulah yang melatarbelakangi penulis membuat penelitian ini.
Sejauh ini latar belakang yang penulis miliki telah mampu memberikan gambaran mengapa
penulis melakuakn penelitian, latar belakang yang disajikam telah sesuai dan mewakili dari
judul yang penulis pilih.

2) Metodologi

Penulis melakukan penelitian deskriptif yang mengarah pada pengungkapan suatu


masalah sesuai fakta, adapun variabel penelitian yang digunakan penulis meliputi kesesuaian
lahan, faktor pembatas kesesuaian lahan dan upaya mengatasi pembatas kesesuaian lahan.
Dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lahan pertanian kelapa hibrida di Pesisir
Selatan Desa Sidoharjo. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu mengambil 3 sampel tanah pada tiga titik. Penelitian dilaksanakan
selama 8 bulan dimulai dari bulan Juli 2015 – Januari 2016, adapun Teknik pengumpulan
data dengan wawancara, observasi, uji laboratorium, dan dokumentasi. Penulis menggunakan
metode analisis matching antara kondisi lahan di daerah penelitian dengan syarat tumbuh
tanaman kelapa hibrida. Meenurut kami apa yang penulis sajikan di metodologi telah
membberikan gambaran kepada kami mengenai hasil dari penelitian, pennulis telah cukup
baik dalam merangkai metodologi penelitian deskriptif.

3) Pembahasan

A) Kesesuaian Lahan

a. Temperatur

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Braak, dapat diketahui rata-rata


temperatur harian Desa Sidoharjo adalah 26,276oC. Rata- rata temperatur udara tersebut
masuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S1. Ini menunjukkan bahwa temperatur Desa
Sidoharjo cocok untuk pertumbuhan kelapa hibrida

b. Ketersediaan air

Desa Sidoharjo berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson menunjukkan tipe curah


hujan C, yaitu agak basah. Dengan tipe curah yang agak basah basah ini, termasuk
dalam kelas kesesuaian lahan S1. Ini menunjukkan bahwa Ketersediaan air Desa
Sidoharjo mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa hibrida

c. Ketersediaan oksigen

Desa Sidoharjo mempunyai drainase yang baik, ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi serta warna kelabu pada
lapisn sampai > 100 cm. Drainase yang baik ini termasuk dalam kelas kesesuaian lahan
S1. Ini menunjukkan bahwa Ketersediaan oksigen Desa Sidoharjo mencukupi untuk
pertumbuhan dan perkembangan kelapa hibrida

d. Media perakaran

1) Tekstur

Tekstur tanah Desa Sidoharjo, tepatnya daerah pesisir adalah tanah pasir dengan
persentase terbesar adalah Pasir/Kasar, yaitu 88%. Tekstur tanah kasar yang termasuk
dalam kelas kesesuaian lahan N. Ini menunjukkan bahwa tekstur tanah Desa Sidoharjo
tidak cocok(not sustinable) untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa hibrid

2) Bahan kasar

Desa Sidoharjo berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkanbahwa tidak ada


kerikil, kerakal, atau batuan yang dijumpai. Tidak adanya bahan kasar, maka masuk ke
dalam kelas kesesuaian lahan S1. Ini menunjukkan bahwa bahan kasar Desa Sidoharjo
cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa hibrida

e. Ketebalan Gambut

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa tidak ada


gambut yang terdapat di wilayah penelitian, sehingga termasuk ke dalam kelas
kesesuaian lahan S1. Ini menunjukkan bahwa ketebalan gambut Desa Sidoharjo cocok
untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa hibrida

f. Bahaya erosi

1) Lereng

Desa Sidoharjo relatif datar dengan tingkat kemiringan sebesar 5°. Kemiringan
lereng di daerah penelitian termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S1. Ini
menunjukkan bahwa tingkat kemiringan lahan Desa Sidoharjo tidak membahayakan
pertumbuhan dan perkembangan kelapa hibrida

2) Bahaya erosi

Bahaya erosi yang mengancam Desa Sidoharjo adalah jenis erosi ringan, sehingga
termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S1.

g. Retensi hara

1) pH

Berdasarkan hasil uji laboratorium, pH tanah di daerah pesisir Desa


Sidoharjo berkisar antara 6,69-6,73, sehingga sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman kelapa hibrida dan termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan
S1. Ini menunjukkan bahwa pH tanah Desa Sidoharjo sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan kelapa hibrida

2) C-Organik
Berdasarkan hasil uji laboratorium, C- Organik yang terkandung di wilayah
penelitian yaitu 0,07-0,13. Kandungan C- Organik yang terlalu kecil, tidak
sesuai untuk pertumbuhan kelapa hibrida.

h. Bahaya banjir

Wilayah penelitian berada di daerah pesisir tidak menunjukkan adanya bahaya


banjir. Tidak adanya bahaya banjir di daerah penelitian, termasuk dalam kelas
kesesuaian lahan S1. Ini menunjukkan bahwa Desa Sidoharjo cock untuk pertumbuhan
dan perkembangan kelapa hibrida

i. Penyiapan lahan

1) Batuan di permukaan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat dikatakan tidak ada batuan yang
berada di permukaan, sehingga termasuk ke dalam kelas kemampuan lahan S1.

2) Singkapan batuan

Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa tidak ada singkapan batuan yang ada
dalam solum tanah, sehingga termasuk ke dalam kelas kemampuan lahan S1. Ini
menunjukkan bahwa penyiapan lahan di Desa Sidoharjo untuk pertumbuhan dan
perkembangan kelapa hibrida tidak sulit untuk dilakukan

B. Pembatas Kesesuaian Lahan


Penulis dalam subab ini menjelaskan mengenai faktor faktorlahan yang menjadi
pembatas untuk tanaman kelapa hibrida di wilayah penelitian yaitu tekstur tanah dan c-
organik. Tekstur tanahyang cocok untuk kelapa hibrida adalah halus, agak halus dan sedang.
Faktor pembatas yang bersifat semi permanen merupakan pembatas yang sulit untuk
diperbaiki, sedangkan pada pembahasan c-organik penulis memaparkan tentang tingkat c-
organik pada areal penelitian yaitu C-Organik di daerah penelitian sebesar 0,07-0,13%,
sedangkan C-Organik yang diharapkan adalah > 0,8%. Berdasarkan pemaparan tersebut
penulis cukup baik dalam menyajikan permasalahan, namun penulis tidak menjelaskan
kenapa hal tersebut bisa terjadi, sehingga menimbulkan tanda tanya bagi kami hal apa yang
mendasari penulis memberikan dan menguakkan suatu statmentdidalamtuliisannya, sehingga
kami perlu bukti dan lietarur mendukung terhadap statment penulis
C. Upaya Perbaikan Lahan
Subab ini penulis mencoba untuk memberikan solusi dari permasalahan faktor
pembatas di subab sebelumnya, penulis mengukakan beberapa solusi, pada tekstur tanah
dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah berpasir secara semi intensif dengan
menambahkan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik akan memacu terjadinya proses
pelapukan mineral penyusun fraksi pasir. Berdasarkan penjelasan ini menrutu kami solusi
yang telah diberikan sudah baik, namun penulis seharusnya dapat lebih menjelaskan
mengenai unsur hara apa yang kurang dan dapat diberikan dari pemberian pupuk organik,
selain itu penulis tidak mencantumkan data pendukung mengenai bagaimana bahan organik
tersebut dapat dikatakan “baik” bagi laham di areal penelitian.
Selanjutnya upaya dari pembatas c-organik penulis mengutip dari pendapat Tjwan (1968)
yang berpendapat mengenai cara-cara peningkatan C-Organik diantaranya menggunakan
pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau, mengusahakan dikembalikannya sisa-sisa tanaman
ke dalam tanah, melakukan pertanaman secara tumpang sari, sehingga tanah akan tertutup
oleh tumbuh-tumbuhan, hal ini untuk menghindari penguraian (oksidasi) bahan organik yang
berlebihan bila tanah langsung disinari matahari. Dari penjelasan ini penulis sudah cukup
baik dalam memaparakn studi upaya penanganan faktor pembatas, namun penulis hanya
secara utuh menggunaakan pendapat dari Tjwan tanpa memberikan penjelasan tambahan dan
literatur tambahan yang dapat mendukung dari statment tersebut.

4) Kesimpulan dan saran


A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis uji sampel laboratorium dan pengamatan langsung di
lapangan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis uji laboratorium dan pengamatan langsung di lapangan
dari ketiga sampel tanah, dapat diketahui bahwa Desa Sidoharjo memiliki
kelas kesesuaian lahan S3 untuk tanaman kelapa hibrida, menyebabkan
program pertanian kelapa hibrida dari pemerintah dapat dikatakan belum
sukses.
2. Faktor-faktor pembatas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa hibrida di
Desa Sidoharjo (tidak menggunakan titik dua “:” diakhir kata sidoharjo)
a. Tekstur tanah di daerah penelitian menjadi faktor pembatas kesesuaian
lahan permanen bagi syarat tumbuh tanaman kelapa hibida.
b. Hasil uji laboratorium menunjukkan C-Organik di daerah penelitian
sebesar 0,07-0,13%. Kandungan COrganik daerah penelitian yang terlalu
kecil ini, tidak memiliki pengaruh terhadap syarat tumbuh tanaman kelapa
hibrida.
3. Upaya perbaikan lahan yang dilakukan untuk memperbaiki pembatas
kesesuaian lahan adalah:
a. Tekstur tanah Pengolahan tanah berpasir secara semi intensif dengan
menambahkan pupuk organik akan memacu terjadinya proses pelapukan
mineral penyusun fraksi pasir sehingga mineral hara menjadi tersedia bagi
tanaman (Junun Sartohadi, 2013: 188).
b. C-Organik
Perbaikan C-Organik dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk
kandang, kompos atau pupuk hijau. Mengusahakan dikembalikannya sisa-sisa
tanaman ke dalam tanah. Melakukan pertanaman secara tumpang sari,
sehingga tanah akan tertutup oleh tumbuh-tumbuhan. (paragraf baru tidak
dijorokkan ke dalam)
B. Saran
1. Pemerintah mengadakan pengolahan lahan terlebih dahulu sebelum lahan
ditanami kelapa hibrida dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai kesesuaian lahan, pengolahan lahan dan pemupukan yang baik agar
sesuai untuk pertumbuhan jenis tanaman khususnya untuk tanaman kelapa
hibrida. Pemerintah juga mencari alternatif lain yang dapat berupa
perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral, seperti
penangkapan ikan, tambak, pariwisata, pelabuhan atau industri minyak.
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu juga dapat menjadi alternatif.
Keterpaduan dalam konteks ini, meliputi: sektoral, bidang ilmu dan
keterkaitan ekologis.
2. Petani perlu melakukan pengolahan lahan yang sesuai dengan kondisi fisik
tanah dan berpartisipasi aktif dalam usaha konservasi lahan dan perlindungan
tanah dan air, untuk menghindari terjadinya degradasi lahan dan ancaman
erosi tanah.
3. Bagi masyarakat, baik dalam jangka pendek atau menengah dan panjang yaitu
membekali pengetahuan dan membangun motivasi masyarakat untuk
menerapkan pola-pola penggunaan lahan yang tepat dalam setiap pemanfaatan
lahan.

DAFTAR PUSTAKA
Djoehana Setyamidjaja. 1984. Bertanam Kelapa. Yogyakarta : Kanisius.
Djoehana Setyamidjaja, 1985. Bertanam Kelapa Hibrida. Yogyakarta : Kanisius.
Janun Sartohadi, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Luthfi Rayes. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta : ANDI.
Rokhmin Dahuri, dkk. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu. Jakarta. PT Pradnya Paramita.
Sitalana Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB.
Suhardi. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.
Suharyono dan Moch. Amin. 2013. Pengantar Filsafat Geografi. Yogyakarta :
Ombak.

Anda mungkin juga menyukai