Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN KRITIS

SUCTIONING (Oral, Nasal, ETT)

Dosen pembimbing:

Ns. Seven Sitorus, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun oleh:

Bunga Kumala Sari 1032161004


Siti Rahmawati 1032161017
Puput Safitri 1032161027
Arif Efendi 1032161034
Suci Lestari 1032161044
Ketut Sartini 1032161025
Yola Yunita 1032161020
Nazwa Febriyani 1032161048

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

TAHUN AJARAN 2018/2019


A. Definisi Suctioning

Menurut Asmadi, 2008. Suctioning adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang
berlebihan pada jalan nafas. Suctioning dapat diterapkan pada oral, nasofaringeal, trakeal,
serta endotrakeal atau trakheostomi tube.

Menurut Aziz Alimul, 2004. Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan


keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lendir secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap.

Maka Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan


nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan
cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.

B. Tujuan Suction

Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk menghilangkan sekret yang menyumbat jalan
nafas, untuk mempertahankan patensi jalan nafas, mengambil sekret untuk pemeriksaan
laboratorium, untuk mencegah infeksi dari akumulasi cairan sekret. (Kozier, 2010)

Menurut Asmadi, 2008. Tujuan suctioning yaitu untuk membuat suatu jalan nafas yang
paten dengan menjaga kebersihannya dari sekresi yang berlebihan.

C. Prinsip Suction
1. Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegahnya mikroorganisme yang
masuk kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan perasaan
atau emosi
4. Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma

D. Indikasi suction

Menurut Kozier (2010) indikasi dilakukannya suction pada pasien adalah bila terjadi
gurgling (suara nafas berisik seperti berkumur), cemas, susah/kurang tidur, snoring
(mengorok), penurunan tingkat kesadaran, perubahan warna kulit, penurunan saturasi
oksigen, penurunan pulse rate (nadi), irama nadi tidak teratur, respiration rate menurun
dan gangguan patensi jalan nafas.

E. Kontraindikasi suction

Berikut merupakan kontraindikasi dari tindakan suctioning, yaitu:

1. Koagulopati berat atau hemoptysis


2. Laringospasme (stridor)
3. Trauma leher, wajah, atau kepala akut
4. Obstruksi saluran hidung
5. Ketidakstabilan hemodinamik
6. epiglotitis

F. Efek samping suction

Efek samping dari suction menurut penelitian manggorie (2001):

1. Penurunan saturasi oksigen : berkurang hingga 5%


2. Cairan perdarahan : terdapat darah dalam secret suction
3. Hipertensi : meningkatkan tekanan darah sistolik hingga 200 mmHg
4. Takikardi : meningkatkan detak jantung hingga 150 kali/menit
5. Bradikardi :detak jantung hingga 50 kali/menit
6. Aritmia : denyut jantung tidak teratur

G. Lokasi suction
1. Oropharyngeal
2. Nasopharyngeal

3. Orotracheal (open suction & close suction)

(open suction)

(close suction)
H. Tekanan Suction

Vakum Setting Wall Portable


Infant 60-100 mmHg 3-5 mmHg
Children 100-120 mmHg 5-10 mmHg
Adults 120-150 mmHg 7-15 mmHg

I. Prosedur Suction Oral dan Nasal

No. Komponen
A. PENGKAJIAN
1. Kaji kebutuhan penghisapan
2. Auskultasi suara nafas: wheezing, crackles, ronkhi
3. Observasi TTV: Nadi dan Pernapasan
4. Observasi status respiratori: gelisah tachypnea, sesak nafas, saturasi oksigen
5. Observasi tanda-tanda: hipoksia, sianosis
B. PERENCANAAN
Persiapan alat:
6. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan
(missal: Lysol 2% Savlon).
7. Kateter penghisap steril
8. Kom berisi cairan NaCl.
9. Sarung tangan steril 1 pasang ( 1 sarung tangan steril untuk tangan yang
dominan dan 1 sarung tangan steril untuk yang tidak dominan).
10. 100 cc Normal Saline, handuk bersih.
Kertas tisu, stetoskop.
11. Bengkok, kantong plastik
12. Tabung Oksigen dan kateternya.
13. Spatel (Pada klien tidak sadar)
Persiapan Klien
14. Jelaskan prosedur dan pentingnya partisipasi klien selama prosedur
15. Jelaskan pentingnya batuk selama prosedur
16. Atur posisi tidur klien fowler/semi fowler bila tidak ada kontra indikasi.
17. Letakkan handuk melintang pada dada klien
C. PELAKSANAAN
18. Mencuci tangan.
19. Tempatkan handuk secara melintang di atas dada klien.
20. Atur tekanan negatif pada alat penghisap lender.
21. Buka kateter steril, upayakan agar tidak menyentuh area yang tidak steril.
22. Buka kom steril, isi dengan Cairan NaCl.
23. Memakai sarung tangan steril.
24. Hubungkan kateter sterildengan pipa penghisap. Ambil kateter steril dengan
tangan dominan/steril, hubungkan dengan pipa penghisap yang dipegang
dengan tangan tidak dominan.
25. Menghidupkan mesin, kontrol fungsi alat dengan memasukan kateter pada kom
berisi NaCl.
26. Bila klien menggunakan O₂ lepaskan O₂ dengan tangan yang tidak dominan lalu
segera memasukkan kateter penghisap dengan dominan dalam keadaan mesin
penghisap tidak berfungsi.
27. Lakukan intermitten penghisapan dengan gerakan rotasi sambal menarik kateter
keluar.
28. Lama penghisapan 10-15 detik.
29. Anjurkan nafas dalam, kalau perlu beri O₂ 1-2 menit.
30. Bilas kateter dengan Normal Saline.
31. Prosedur dapat diulang sampai jalan nafas bersih. Beri cukup waktu diantara
penghisapan untuk ventilasi.
32. Kaji status kardiopulmonal diantara waktu penghisapan.
33. Matikan mesin, lepas sarung tangan dan kateter. Masukkan dalam kantong
plastik.
34. Tutup pipa penyambung dengan kasa steril.
35. Angkat handuk, tempatkan di kom untuk dicuci.
36. Atur posisi klien, anjurkan untuk kumur-kumur.
37. Cuci tangan.
38. Kosongkan botol penghisap tiap shift bila cairan didalam botol penghisapan
sudah menunjukkan pada batas tertentu
39. Merapihkan alat-alat, biarkan mesin penghisap dekat tempat tidur klien bila
masih dibutuhkan.
D. EVALUASI
40. Auskultasi suara nafas, dan observasi saturasi oksigen bandingkan kondisi
saluran pernapasan dan saturasi oksigen sebelum dan sesudah penghisapan.
41. Identifikasi dampak fisiologis prosedur penghisapan terhadap klien.
E. DOKUMENTASI
42. Catat hasil pengkajian saluran nafas sebelum dan sesudah penghisapan,saturasi
oksigen sebelum dan sesudah tindakan, ukuran kateter yang digunakan, lama
penghisapan, rute penghisapan, toleransi klien, tekanan negatif yang digunakan,
bau, jumlah, warna dan konsistensi lendir..
43. Catat respon klien
J. Prosedur Closed Suction ETT

No. Komponen
A. PENGKAJIAN
1. Kaji kebutuhan penghisapan
2. Auskultasi suara nafas: wheezing, crackles,ronkhi
3. Observasi TTV: Nadi dan Pernapasan
4. Observasi status respiratori: gelisah tachypnea, sesak nafas, saturasi oksigen
5. Observasi tanda-tanda: hipoksia, sianosis
B. PERENCANAAN
Persiapan alat:
6. Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai
7. Kateter penghisap steril (trachseal)
8. Sarung tangan bersih
9. spuit 10 cc
10. Alas dada atau handuk
11. Aquadest
Persiapan Klien
12. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
dan keluarga pasien
13. Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan
C. PELAKSANAAN
14. Jaga privasi klien
15. Cuci tangan
16. pakai sarung tangan
17. Buka pembungkus selang closed suction
18. Buka klip pada selang closed suction
19. Atur tekanan pada suction dinding atau portable
20. Hubungkan pipa suction ke mesin suction
21. Cek kepatenan selang suction sebelum disambung ke closed suction
22. Hubungkan closed suction dengan pipa suction
23. Buka kunci threeway pada closed suction
24. Buka katup penghisap pada closed suction
25. Masukkan selang suction sampai sejajar dengan ukuran selang ETT dengan
cepat dan tepat, lebihkan maksimal 2cm saat memasukkan selang suction
26. Lakukan suctioning dangan tekan katup penghisap dan tarik selang suction
secara perlahan. Dalam melakukan suction tidak boleh melebihi 15 detik
27. Kunci kembali threeway pada closed suction
28. Bilas selang suction dengan spuit berisi aquadest
29. Tutup kembali katup penghisap
30. Rapihkan alat setelah tindakan
31. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
32. Mengobservasi dan mencatat :
a) Tekanan darah, nadi, dan pernapasan
b) Hipoksia
c) Tanda perdarahan, warna bau, konsentrasi
D. EVALUASI
33. Auskultasi suara nafas, dan observasi saturasi oksigen bandingkan kondisi
saluran pernapasan dan saturasi oksigen sebelum dan sesudah penghisapan.
34. Identifikasi dampak fisiologis prosedur penghisapan terhadap klien.
E. DOKUMENTASI
35. Catat hasil pengkajian saluran nafas sebelum dan sesudah penghisapan,saturasi
oksigen sebelum dan sesudah tindakan, ukuran kateter yang digunakan, lama
penghisapan, rute penghisapan, toleransi klien, tekanan negatif yang digunakan,
bau, jumlah, warna dan konsistensi lendir.
36. Catat respon klien
DAFTAR PUSTAKA

Kozier,B.,Glenora Erb, dkk (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Alih bahasa : Esty
Wahyu Ningsih, Dewi Yulianti, Yuyun Yuningsih,dkk) Jakarta: EGC

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Alimul., Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC

AARC Guideline. (2004). AARC Guideline: Nasotracheal Suctioning. Journal of Respiratoty


Care. September 2004, Vol 49 No 9

Anda mungkin juga menyukai