PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan dari bab sebelumnya yaitu tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus. Penulis membahas perbandingan, perbedaan dan kesenjangan
yang ada antara tinjauan teoritis dan pengamatan kasus pada klien Tn. F dengan
ACS STMI di Ruang ICCU Rumah Sakit umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda yang dilaksanakan pada tanggal 3 sampai dengan 5 September 2019.
Dari data yang penulis temukan pada Tn. F dengan data teori menurut Muttaqin,
A. (2009). pada dasarnya sama, dari 6 diagnosa yang penulis temukan ada lima
diagnosa yang sesuai dengan teori dan 1 diagnosa yang tidak sesuai dengan teori.
Adapun diagnosa yang penulis temukan tidak sesuai dengan di diagnosa menurut
SDKI (2016) adalah Ketidakstabilan kadar glukosa. Dari hasil pengkajian pada
pasien Tn. F, ditemukan masalah keperawatan yang meliputi:
Dari data yang di dapatkan pada saat pengkajian yaitu klien terlihat
pucat, nafas cepat dan dangkal, CRT > 2 detik, TD 98/52 mmHg, Gambaran
EKG ST elevasi pada lead II, III dan AVF, nilai troponin T 936 pg/ml, hasil
Echokardiografi segmental hipokinetik ringan. Menurut SDKI (2017),
penurunan curah jantung ialah ketidakmampuan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Berdasarakan data-data yang didapat pada saat pengkajian, maka
penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan afterload dan cardiac pump effectiveness,
circulation status, vital sign status dipilih sebagai tujuan dari pemberian
tindakan keperawatan yang dilakukan (SIKI, 2016). Tindakan keperawatan
78
79
Dari data yang di dapatkan pada saat pengkajian yaitu klien mengeluh
sesak nafas RR 24x/menit irama nafas cepat dan dangkal, menggunakan otot
bantu pernapasan. Berdasarkan data pengkajian maka penulis dapat
menegakkan diagnose keperawatan Pola napas tidak efektif b.d hambatan
upaya napas.
Dalam kasus ini penulis merencanakandan melakukan tindakan
berdasarkan buku SIKI (2016). dengan intervensi terapi oksigen dengan
nassal kanul yang tujuanya untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen
dalam tubuh memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yaitu
dengan posisi semi fowler atau setengah duduk yaitu untuk mendorong isi
perut kebawah dan mengurangi tekanan dinding thorak pada paru-paru
80
sehingga ekspansi maksimal (Marmi, 2016) atur posisi tirah baring yang
ideal yaitu kepala tempat tidur harus di naikan 45° untuk mengurangi
kesulitan bernafas atau dengan posisi duduk dan tangan bersandar pada bantal
untuk mencegah kelelahan bahu (Mutaqqin, 2009), auskultasi suara nafas
tambahan, monitor respirasi dan status O2, monitor tanda-tanda vital sebelum
selama dan setelah aktifitas, pertahankan posisi pasien, monitor frekuensi dan
irama nafas pasien, monitor suara paru, catat adanya fluktuasi tekanan darah.
Kemudian catat laporan yang di katakan oleh pasien seperti merasa sesak
nafas saat bicara atau saat beristirahat dan beraktivitas, lalu dapat melihat
apakah pasien terdapat suara nafas tambahan seperti wheezing bernafas
terengah-engah perubahan kedalaman pernafasan dan pernafasan cuping
hidung. Untuk menunjang pemberian terapi obat maka kolaborasikan kepada
dokter untuk pemberian terapi farmakologis.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, meliputi :
menanyakan penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas, mengubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring,
menggunakan produk berbahan minyak pada kulit kering, menganjurkan
menggunakan pelembab, menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
menganjurkan menghindari paparan suhu ekstrim. Masalah gangguan mobilitas
fisik teratasi sebagian dan didapatkan hasil luka saya terasa nyeri, pasien post
OP debridement ke IV hari ke 2, kulit kering menjadi lembab, pasien
menghabiskan porsi makanannya diit BTKTP.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam
didapatkan data hasil evaluasi BP 157/82 mmHg, RR 30 rpm, HR 146 bpm,
balance cairan -860, tampak pucat, kulit tampak lembab, dan sianosis. Dapat
di simpulakan diagnosa pola nafas tidak efektif belum teratasi.
D.