BLOK 21
Anggota Kelompok :
1. Salsabila Qotrunnada (161610101031)
2. Rafif Naufi Waskitha H (161610101032)
3. Kristin Rizki M (161610101033)
4. Safira Zahra M (161610100134)
5. Karelina Amarta (161610101035)
6. Diska Fitri Amalia (161610101036)
7. Nada Ocarina S (161610101037)
8. Nurhalimah (161610101038)
9. Farina Nur Amala (161610101039)
10. Anya Tania L (161610101040)
Tutor : Dr.drg. Desi Sandra Sari MD.Sc
Seorang pasien mahasiswa FKG laki-laki bernama Jaka berusia 24 tahun datang ke dokter gigi
spesialis konservasi Indrawati ingin merawatkan gigi depannya yang berubah warna. Gigi tersebut
pernah mengalami trauma oleh karena kecelakaan saat naik sepeda 2 tahun yang lalu. Gigi telah
dilakukan perawatan saluran akar beberapa bulan yang lalu. Pada pemeriksaan obyektif gigi 21
tes perkusi negatif, gigi utuh,dan terdapat diskolorasi berwarna kuning gelap. Pada pemeriksaan
radiografi tampak pengisian yang cukup hermetis, tidak terdapat gambaran radiolusensi pada
periapikal, dan tidak terdapat fraktur. Dokter gigi Indrawati menjelaskan bahwa perubahan warna
gigi tersebut dapat dipulihkan dengan perawatan pemutihan gigi secara Walking bleach technique.
STEP 1
1. Pengisian hermetis : bahan pengisi mengisi seluruh saluran akar sampai apical / sesuai
panjang kerja
2. Bleaching : prosedur untuk mencerahkan warna gigi dengan cara menghilangkan nda pada
permukaan gigi
3. Diskolorasi : perubahan pda warna gigi, ada intrinsic dan ekstrinsik (dari dalam dan luar
gigi)
4. Tes perkusi negative : tidak ada radang pada jaringan periodontal dilakukan dengan cara
mengetuk permukaan oklusal gigi dengan handle kaca mulut
5. Walking bleach technique : salah satu teknik pemutihan gigi yang telah dilakukan PSA
STEP 2
STEP 3
1. Penyebab diskolorasi
a. Terjadi diskolorasi intrinsic yaitu terdapat akumulasi produk dalam struktur gigi yaitu
email dan dentin penyebabnya yaitu trauma, obat-obatan, kelainan tumbang,
perdarahan berlebih saat ekstirpasi pulpa dll.
b. Sesuai di scenario pada 2 tahun lalu pasien mengalami trauma
2. Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi
- Terjadi perubahan warna pada gigi
- Gigi non vital
b. Kontraindikasi
- Pada gigi dengan karies yang besar dan restorasi yang luas karena dentin mudah
terpapar dan dapat menyebabkan lesi periapical
- Pengisian SA yang tidak sempurna
3. Bahan
a. Hydrogen peroksida H2O2 cairan jernih tidak berwarna tidak berbau ada 30% sampai
35% pemakaian dapat menyebabkan iritasi kulita dan menyebabkan luka bakar
b. Karbamit peroksida terdiri dari urea dan hydrogen proksida bersifat tidak berbau dan
tidak toksik antiseptic, desinfektan berupa Kristal putih yang larut dalam alcohol
30% in office dan 10% di rumah oleh pasien sendiri dengan sendok cetak. Urea untuk
bahannya tahan lama
4. Prosedur
a. Digunakan untuk gigi non vital dengan prosedur intrakoronal yaitu didalam ruang
pulpa yang telah dilaiukan PSA
b. Gigi harus diperhatikan dan dipastikan bahwa struktur mahkota yang baik dan
restorasinya masih baik, apabila restorasi bocor maka dipebaiki terlebih dahulu
c. Bahannya merupakan campuran h2o2 dan sodium perborate
d. Jaringan sekitar gigi dilindungi dengan Vaseline
e. Kemudian isolasi dengan rubber dam
f. Pulp chamber dibersihkan
g. Dentin dikurangi dengan 0,5mm dengan low speed
h. Gutta percha dikurangi dengan plugger panas 2mm kea rah apical dan daerah orifice
ditutup dengan ZnEugenol setebal 1mm lalu pulp chamber dibersihkan dengan saline
dan dikeringkan dengan aliran udara
i. Pasta campuran diletakkan di pulp chamber dan ditekan ke labial dan dilakukan
penumpatan sementara
j. Evaluasi hari ke 3 dan ke 7
k. Gigi dibersihkan ditumpat dengan resin komposit, apabila belum berhasil maka diulang
sampai berhasil.
Perubahan warna disebakan oleh pembentukan dentin tersier yang sangat luas dan
warnanya lebih kuning ke orenan
Prosedur penjelasan penyebab perubahan warna, prosedur, efek, hasil dan harga. Jangan
lupa foto RO untuk memeriksa PSA berhasil atau tidak, evaluasi dengan membandingkan
fto sebelum dan setelah dirawat.
5. Efek samping
a. Mengenai mukosa dan dapat teriritasi
b. Menggangu sensitivitas gigi biasanya hanya sementara dan paling lama 3 hari
c. Dapat menyebabkan kerapuhan koronal dan kekuatan enamel menurun
d. WB perubahan warna jadi pink terjadi cervical invasive resorbstion
e. Sisa peroksida dapat merubah morfologi enamel menjadi lebih kasar dan dapat timbul
bercak putih
f. Dapat mengurangi perlekatan / polimerisasi
g. Apabila bahan tertelan dapat mengiritasi tenggorokan
h. Dapat menyebabkan resesi gingiva
STEP 4 (Mind Map)
STEP 5 (Learning Objektive)
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Prosedur, Bahan dan Macam Teknik
Bleaching pada Gigi Vital dan Non Vital
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasi
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Efek Samping
STEP 7 (Learning Objektive)
Secara umum, bleaching pada gigi vital bisa dilakukan menggunakan 2 teknik,
yaitu in office dan home bleaching. Adapun bahan yang dapat digunakan meliputi:
1. Karbamid peroksida
Merupakan campuran urea dan hydrogen peroksida. Bahan ini tidak berwarna, tidak
berbau, berbentuk kristal yang dapat larut dalam alkohol, eter, maupun air.
Karbamid peroksida dapat digunakan pada teknik in office dalam konsentrasi 35%,
sedangkan konsentrasi yang rendah (sekitar 10-15%) untuk home bleaching (Torres
dkk. 2014).
2. Hidrogen peroksida
Merupakan bahan bleaching yang sering digunakan. Bahan ini tersedia dalam bentuk
cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan bersifat kaustik. Bahan ini dapat
digunakan dalam konsentrasi cukup besar (30-35%) pada teknik in office, dan
konsentrasi rendah untuk penggunaan dalam teknik home bleaching. Penggunaan
bahan ini harus hati-hati karena dapat mengiritasi kulit dan membran mukosa
(Suprastiwi, 2005)
1) In Office
Tehniknya bleaching secara eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab,
1996) :
a) Pengukuran warna gigi yang sesuai
b) Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta
pelindung mulut, pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang
(dental floss) pada gigi yang akan dirawat. Atau dapat menggunakan cheek
and lip retractor.
c) Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida
pada Bagian labial dan palatinal gigi.
d) Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled
photoflood yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau
dengan hand-held thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan
ujung alat ini pada permukaan gigi yang telah diberi gulungan kapas yang
dibasahi dengan superoxol.
e) Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak
3 kali.
f) Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss,
lepaskan Karet isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.
g) Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.
b) Non Vital
1) Teknik Walking Bleach
Teknik Walking Bleach pertama kali ditemukan oleh Spasser di tahun 1961.
Teknik ini dipilih karena waktu perawatan lebih singkat, lebih aman dan harganya
lebih terjangkau. Teknik ini dilakukan dengan memasukkan bahan bleaching ke
dalam ruang pulpa dan diulangi setelah 3-7 hari sampai diperoleh warna gigi yang
diinginkan. Bahan bleaching yang digunakan dapat berupa hidrogen peroksida,
sodium perborat, maupun carbamide peroksida. Hidrogen peroksida adalah
oksidator kuat yang sediaannya terdapat dalam konsentrasi yang bervariasi, pada
umumnya yang digunakan adalah konsentrasi 30-35%. Sodium perborat terdiri dari
95% perborat yang dapat menghasilkan 9,9% oksigen. Bahan ini stabil dalam
kondisi kering tetapi bila dicampur dengan asam, air hangat, atau air akan menjadi
sodium metaborat, hidrogen peroksida dan bentuk nasen dari oksigen. Carbamide
peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida dengan konsentrasi antara 3%
sampai 15%. Pada umumnya sediaan carbamide peroksida adalah 10%. Bahan ini
dapat mempengaruhi retensi dari resin komposit (Soesilo, 2016).
2) Teknik Termokatalitik
Dulu, teknik ini menjadi teknik yang juga sering digunakan selain walking
bleaching technique karena terdapat reaksi yang kuat antara hidrogen peroksida
dengan panas. Teknik ini menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi
30% -35% yang ditempatkan di ruang pulpa diantara kunjungan. Sumber panas
bertindak sebagai katalis dalam dekomposisi zat pemutih menjadi bahan
pengoksidasi sehingga menyediakan energi untuk solusi pemutihan, dan
memungkinkan difusi yang luas ke struktur gigi. Reaksi temperatur dalam proses
pemutihan gigi meningkatkan aktivitas oksigen yang berkontak dengan panas
(Plotino, 2018).
Pada era sekarang. teknik termokatalitik ini yang prinsipnya menggunakan
panas, panas tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada sementum
dan ligamen periodontal, sehingga dapat memperbesar terjadinya resorbsi akar
eksternal. Oleh karena itu, penggunaan panas dalam perawatan bleaching harus
dihindari. Sumber panas bertindak sebagai katalis dalam dekomposisi zat pemutih
menjadi bahan pengoksidasi sehingga menyediakan energi untuk solusi
pemutihan, dan memungkinkan difusi yang luas ke struktur gigi. Reaksi
temperatur dalam proses pemutihan gigi meningkatkan aktivitas oksigen yang
berkontak dengan panas (Plotino, 2018).
Teknik ini menggunakan sepotong kapas kecil yang telah dibasahi dengan
bahan pemutih yang ditempatkan dalam kamar pulpa, kemudian dilakukan
pemanasan selama dua menit. Bila perlu dapat juga pemanasan dilakukan pada
sepotong kapas yang dibasahi larutan pemutih dan ditempatkan di bagian labial
gigi. Sumber panas yang dapat digunakan adalah lampu pemanas, alat pemanas
listrik atau instrumen kecil yang ujungnya dipanaskan (Plotino, 2018).
Teknik termokatalitik bleaching :
1. Sebelum melakukan bleaching dilakukan perawatan pendahuluan
sperti perawatan saluran akar terlebih dahulu.
2. Preparasi dari cavity access yang terdiri dari pembersihan,
menghilangkan material pengisi, dan semua prosedur preparasi pada
diskolorisasi gigi pada walking bleaching technique.
3. Dilakukan evaluasi pasca PSA apakah pengisiannya sudah hermetis
dengan foto ronsen, lakukan tes perkusi.
4. Selanjutnya lakukan tahapan bleaching yang pertama gigi
dibersihkan, menghilangkan tumpatan sementara, lakukan irigasi
pada kavitas dan keringkan, aplikasikan vaselin dan rubber dam, catat
shade dari giginya, lalu memotong guttap point 1-3mm dibawah
orifice.
5. Diatas guttap berilah GI yang bertindak sebagai barrier dan bertujuan
untuk memisahkan bahan bleaching.
6. Tempatkan 30%-35% hidrogen peroksida pada ruang pulpa diikuti
dengan aplikasi panas yang biasanya menggunakan alat pemanas
elektrik atau lampu yang didesain secara khusus atau
instrumen/aplikator panas atau burnisher panas.
7. Cek shade gigi
8. Lakukan bleaching sampai shade yang diharapkan tercapai
9. Aplikasi dari panas tersebut dapat menaikan reaksi hidrogen
peroksida.
10. Aplikasi panas dilakuan 3-4 kali dalam setiap kunjungan.
11. Pada akhir dari setiap kunjungan bahan pemutih tertutup di dalam
kamar pulpa (tidak dibiarkan terbuka) sama seperti dalam teknik
walking bleach. (lakukan tumpatan sementara) (Plotino, 2018).
Indikasi
Di bawah ini adalah Indikasi dari perawatan bleaching internal menurut Walton,
dkk 2014, diantaranya :
Kontra indikasi dari perawatan bleaching internal menurut Walton, dkk 2014,
diantaranya :
2) Efek Sistemik
Ada lebih banyak kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping dari zat
home bleaching aggent, meskipun konsentrasinya jauh di bawah orang-orang dari
teknik in-office, karena dikendalikan oleh dokter gigi. Kadang-kadang, pasien
melaporkan iritasi mukosa saluran cerna, misalnya rasa terbakar di palatal,
tenggorokan, dan gangguan di perut atau usus. Namun disimpulkan bahwa
penggunaan konsentrasi rendah hidrogen peroksida dalam pemutihan gigi masih
aman (Alqahtani, 2014).
Diana S. 2016. Perawatan Internal Bleaching Untuk Estetik Gigi Pasca Perawatan Endodotik.
Denta Jurnal Kedokteran Gigi. Vol. 10 No 2.
Mona, Deli. 2016. Perawatan internal bleaching pada insisivus sentral kiri atas paska perawatan
endodontik pada pasien dengan riwayat trauma (laporan kasus). Jurnal B-Dent. 3(1): 72-
73
Plotino, Glanluca. 2018. Nonvital Tooth Bleaching: A Review of the Literature and Clinical
Procedures.
Soesilo, Diana. 2016. Perawatan Internal Bleaching Untuk Estetik Gigi Pasca Perawatan
Endodotik. Surabaya: Denta Jurnal Kedokteran Gigi, Vol. 10 No. 2, ISSN : 1907-5987
Suprastiwi, Endang. 2005. Penggunaan Karbamid Peroksida sebagai Bahan Pemutih Gigi.
Universitas Indonesia, pp. 139-141.
Torres, CRG., Crastechini, E., Feitosa, FA., Pucci, CR., Borges, AB. 2014. Influence of pH on
the Effectiveness of Hydrogen Peroxide Whitening. Operative Dentistry, pp. 62.
Walton, R. & Torabinejab, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics. Second Edition.
Philadelphia : W.B. Saunders Co.
Walton, R.E. dan Torabinejad, M.,Fouad, A.2014. Endodontics: Principles and Practice ed 5.
Elsevier Health Sciences p 398