Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN TUBERKULOSIS (TBC)

Dosen Pembimbing : Titik Suhartini, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Anita Wahyuningsih

(14401.16.17003)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY PESANTREN


ZAINUL HASAN PROBOLINGGO

2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARG A
DENGAN KASUS TUBERKULOSIS (TBC)
A. KONSEP DASAR KELUARGA
2.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga. (Friedman 1998).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya
sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. (Sayekti 1994).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (Effendy, 1998)
2.2 Bentuk atau Type Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya,
adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek-nenek, paman bibi).
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai atau kehilangan
pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian
atau ditinggal pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone). Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya
(the non marital heterosexsual cobabiting family)
f. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
2
g. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena
masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti dengan
adat istiadat yang sangat kuat. (Depkes RI. 2002)
B. KONSEP DASAR TUBERKULOSIS
A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian
menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu :
kelenjar limfe, saluran pernafasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain
(Depkes RI, 2002).
Tuberkulos adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal,
tulang dan nodus limfe (Smeltzer 2001). Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu
setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
B. Etiologi
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. dengan ukuran
panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Kuman Mycobacterium Tuberkulosis adalah
kuman berbentuk batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan
sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smelzer, 2001: 5584).
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberculosis aktif lagi (Bahar, 1999: 715).
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenani jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal
ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis. Kuman
TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin) dan melepaskan droplet.
Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2002).
3
C. Anatomi Fisiologi

Paru-paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-
paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga dada,
terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta
pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-
paru terletak diantara kedua lapisan pleura.
Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran halus dan licin yang disebut
pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan
superior diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua
pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura yang mengandung sejumlah
kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser
dengan bebas selama ventilasi.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan
bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus
lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan
perluasan pleura.
Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-divisi bronkus. Pertama adalah
bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi
menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada paru kiri).

4
Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf.
Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus. Bronkiolus
membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut
tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga
dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru menuju laring.

Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis


yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi saluran transisional antara kalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolus dan jakus
alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di dalam
alveoli.

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar,
yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-
sel yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti
lendir dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting (Brunner &
Suddarth, 2001: 512).

D. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis
(TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan
melakukan reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.

5
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti
oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari .
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon
lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini
dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke
laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan
nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus
pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung
sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
6
kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan
tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis
terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan
antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar
sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis
milier.

E. PATHWAY

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak
spesifik tetapi progresif. Penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda
dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
1) Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

7
2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent
(menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
4) Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
G. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit TB Paru :
1. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
a) Tuberkulosis Paru BTA (+)
· Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+).
· 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberculosis aktif.
b) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk
berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas
2. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1. TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2. TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex,
TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
H. Jenis-jenis Penyakit TBC
Penyakit tuberkulosis (TBC) terdiri atas 2 golongan besar, yaitu :

8
1. TB paru (TB pada organ paru-paru)
2. TB ekstra paru
I. Komplikasi
Komplikasi dari TB paru adalah :

1. Pembesaran kelenjar sevikalis yang superfisial


2. Pleuritis tuberkulosa
3. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
4. Tuberkulosa milier
5. Meningitis tuberkulosa
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
1) Pemeriksaan Diagnostik.
2) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali
yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila
didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu
positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan
ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
3) Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
4) Pemeriksaan histology / kultur jaringan
Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
5) Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.
K. Penatalaksanaan
Pengobatan TBC Paru
Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan
dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2
RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang
berat (milier) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan

9
yakni 2RHZ/7RH. Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan program
pemberantasan TB Paru dengan panduan 1RHE / 5R2H2.
Evaluasi Pengobatan.
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan,
nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan
radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA
langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat
8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA
dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol terhadap
pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila
fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan sebagai dokumentasi
untuk perbandingan bila nanti timbul kasus kambuh.
Ada 3 Dampak masalah dari TB Paru :
1) Terhadap individu.
 Biologis.
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak napas, nyeri
dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari dan
kadang-kadang panas yang tinggi.
 Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk yang terus
menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan.
 Sosial.
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya sehingga
klien selalu mengisolasi dirinya.
 Spiritual.
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena penyakitnya yang tidak
sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya yang manakutkan
 Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.
2) Terhadap keluarga.
· Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena
kurang pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang
pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan penularan
penyakit.
· Produktifitas menurun.
10
Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai pemenuhan
kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari terutama untuk
biaya pengobatan..
3) Terhadap masyarakat.
Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan
Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko
penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara penularan penyakit TB
Paru.
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua orang
yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan
oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas Minum
Obat (PMO) dan ada system pencatatan / pelaporan.
Perawatan bagi penderita TBC
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
1. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat
yaitu keluarga.
2. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan.
3. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4. Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima
dan enam
6. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik
(Depkes RI, 2002)
Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Menutup mulut bila batuk
2. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup
yang diberi lisol
3. Makan, makanan bergizi
4. Memisahkan alat makan dan minum bekas pe5nderita
5. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
6. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2002)

11
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret
darah.
Kriteria hasil :
§ Mempertahankan jalan nafas pasien
§ Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
a. Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter,
jumlah sputum, adanya emoptisis
c. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan
latihan napas dalam
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau
produksi sputum meningkat.
Kriteria hasil :
§ BB meningkat
Intervensi :
a. Catat status nutrisi pasien
b. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada
klien kecuali kontra indikasi
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen.
Kriteria hasil :
§ Menurunkan resiko penyebaran infeksi
Intervensi :
a. Kaji patologi penyakit
b. Identifikasi orang lain yang berisiko

12
c. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindari meludah
d. Kaji tindakan kontrol infeksi
e. Awasi suhu sesuai indikasi
f. Kolaborasi dengan tim medis

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma
kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk
mengatasi masalah.

3.1.1 Pengumpulan data


Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah

3.1.1.1 Data umum


3.1.1.1.1 Identitas kepala keluarga
3.1.1.1.2 Komposisi kelaurga
3.1.1.1.3 Genogram
3.1.1.1.4 Tipe keluarga
3.1.1.1.5 Latar belakang keluarga (etnis)
3.1.1.1.6 Agama
3.1.1.1.7 Status Sosial Ekonomi
3.1.1.1.8 Aktivitas rekreasi keluarga
3.1.1.2 Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
3.1.1.2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini
3.1.1.2.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi
3.1.1.2.3 Riwayat keluarga sebelumnya
3.1.1.3 Data lingkungan
3.1.1.3.1 Karakteristik rumah
3.1.1.3.2 Karakteristik lingkungan komunitas
3.1.1.3.3 Mobilitas geografis keluarga
3.1.1.3.4 Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial
keluarga
3.1.1.3.5 Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

14
3.1.1.4 Struktur keluarga
3.1.1.4.1 Pola komunikasi
3.1.1.4.2 Struktur kekuasaan
3.1.1.4.3 Struktur peran
3.1.1.4.4 Nilai dan normal keluarga
3.1.1.5 Pemeriksaan fisik

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to


toe” .

3.1.1.6 Koping keluarga


3.1.1.6.1 Stressor jangka pendek dan jangka panjang
3.1.1.6.2 Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap
situasi atau stressor
3.1.1.6.3 Penggunaan strategi koping
3.1.1.6.4 Strategi adaptasi disfungsional

3.1.2 Analisa data


Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan keluarga antara lain :

3.1.2.1 Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga


3.1.2.2 Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3.1.2.3 Karakter keluarga

3.1.3 Rumusan Masalah


Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan
yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang
didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat
dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan
tentang masalah keperawatan keluarga (Effendy, 1998).

15
3.1.4 Skoring

Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan


keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :

3.1.4.1 Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan


potencial
3.1.4.2 Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3.1.4.3 Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.
3.1.4.4 Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi
melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun
skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :

Tabel : Skoring Masalah Keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot

1 Sifat masalah

Skala :

a. Aktual 3

b. Resiko 2 1

c. Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala :

16
a. Dengan mudah 2

b. Hanya sebagian 1 2

c. Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah

Skala :

a. Tinggi 3

b. Cukup 2 1

c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah

Skala :

a. Masalah berat harus segera 2


ditangani
1 1
b. Masalah yang tidak perlu segera

ditangani
0
c. Masalah tidak dirasakan

TOTAL 5

(Suprajitno, 2004)

Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diprioritaskan suatu masalah.


Masing-masing masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu.
Kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun
rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :

17
Skor X Bobo

Nilai Tertinggi

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA (Carpenito
L.J. 2001) adalah :

3.2.1 Manajemen kesehatan yang dapat diubah


3.2.2 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
3.2.3 Kurang pengetahuan
3.2.4 Konflik keputusan
3.2.5 Berduka disfungsional
3.2.6 Konflik peran orang tua
3.2.7 Isolasi sosial
3.2.8 Perubahan dalam proses keluarga
3.2.9 Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
3.2.10 Perubahan penampilan peran
3.2.11 Potensial terhadap kekerasan
3.2.12 Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
3.2.13 Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif
3.2.14 Perilaku mencari hidup sehat
3.2.15 Berduka diantisipasi

3.3 Perencanaan
Tahap setelah kita melakukan pengkajian adalah perencanaan keperawatan
sebagai pedoman untuk memberikan tindakan perawatan pada seseorang
berdasarkan diagnosa perawatan yang muncul.

Rencana perawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah TB paru


adalah sebagai berikut:

18
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Kriteria Standar

1 Resiko penularan Tujuan umum:


ditandai dengan
Setelah diberikan askep selama 4
ketidakmampuan
hari diharapkan keluarga dapat
keluarga dalam
mengerti tentang penularan
menjaga
penyakit TB paru dan tidak terjadi
lingkungan
penularan lebih lanjut

Tuujuan khusus :

1. Setelah diberikan perawatan


Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
selama 1 kali kunjungan
cara penularan TB Paru
selama 30 menit diharapkan
- Diskusikan dengan keluarga tentang cara
keluarga mampu mengenal
penularan TB paru
penularan TB paru
- Anjurkan keluarga untuk menjaga
Verbal Keluarga dapat
lingkungan agar tetap bersih
menyebutkan 3cara
- Memotivasi keluarga untuk menghindari
dari 5 penularan TB

19
paru hal-hal yang dapat menularkan TB Paru

2. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga mengerti


- Diskusikan dengan keluarga manfaat
selama 1 kali kunjungan tentang pemberian pengobatan secara teratur
selama 30 menit diharapkan obat secara teratur - Beri pujian tentang keputusan yang diambil
keluarga mampu mengambil - Pemberian lama
- Motivasi keluarga untuk selalu
keputusan mengenai pengobatan selama 6 mengingatkan klien minum obat
pengobatan pada klien - 8 bulan
- Keluarga mampu
memotivasi klien
untuk berobat secara
teratur
3. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga mampu
- Diskusikan dengan keluarga cara penularan
selama 1 kali kunjungan merawat klien. TB Paru
selama 30 menit diharapkan - Dapat menghindari
- Ajarkan keluarga merawat diri dan klien
keluarga mampu merawat hal-hal yang dapat
- Jelaskan pada keluarga cara menghindari
anggota keluarga yang sakit menularkan penyakit hal-hal yang dapat menularkan TB paru
TB paru
4. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga selalu
- Anjurkan keluarga agar selalu menjaga
selama 1 kali kunjungan membersihkan kebersihan rumah, manata barang-barang

20
selama 30 menit diharapkan rumah, menata dan membedakan peralatan untuk makan
keluarga mampu memodifikasi barang-barangnya - Motivasi keluarga untuk memelihara
lingkungan rumah dan membedakan lingkungan rumah agar tetap bersih dan
peralatan untuk membuka jendela setiap hari agar sinar
makan matahari menyinari seluruh kamar
- Sinar matahari dapat
menyinari seluruh
ruangan
5. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga dapat
- Diskusikan dengan keluarga tentang
selama 1 kali kunjungan memanfatkan pentingnya fasilitas kesehatan dalam
selama 30 menit diharapkan fasilitas kesehatan perawatan kesehatan keluarga
keluarga mampu yang ada - Motivasi keluarga untuk mengajak anggota
memanfaatkan fasilitas - Keluarga dapat keluarga yang sakit berobat ke puskesmas
pelayanan kesehatan yang ada mengajak anggota
keluarga yang sakit
untuk berobat
2 Penatalaksanaan Tupan :
pemeliharaan
Setelah diberikan askep selama 4
rumah tak efektif
hari diharapkan keluarga mampu

21
berhubungan menata atau mempertahankan
dengan lingkungan rumah yang efektif
ketidakmampuan
keluarga untuk
memodifikasi Tupen :
lingkungan dalam - Diskusikan dengan keluarga
1. Setelah diberikan perawatan
usaha mengatasi manfaat lingkungan yang sehat
selama 1 kali kunjungan
masalah - Jelaskan pada keluarga tentang pengertian,
selama 30 menit diharapkan
kesehatan syarat rumah sehat dan akibat bila
keluarga mampu mengenal
ditandai dengan Verbal - Keluarga mengerti lingkungan tidak sehat
lingkungan yang sehat
kondisi rumah tentang pengertian
- Motivasi keluarga untuk menjaga
kurang rapi dan rumah sehat lingkungan yang sehat
bersih - Syarat rumah sehat
- Manfaat rumah
sehat
- Akibat bila
lingkungan rumah
yang tidak sehat
2. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga termotivasi
- Diskusikan dengan keluarga untuk
selama 1 kali kunjungan untuk menata mempertahankan lingkungan yang sehat

22
selama 30 menit diharapkan lingkungan rumah
- Motivasi keluarga untuk tetap menjaga
keluarga mampu mengambil sehat bagi keluarga lingkungan yang sehat
keputusan untuk menata rumah - Beri pujian terhadap keputusan yang
sehat bagi keluarga diambil oleh keluarga
3. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga menata
- Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
selama 1 kali kunjungan perabotan agar rapi dari lingkungan yang kotor
selama 30 menit diharapkan dan bersih - Berikan dorongan pada keluarga untuk
keluarga mampu menata dan - Keluarga menyapu membersihkan lingkungan rumah
memelihara lingkungan rumah di dalam dan di luar
- Anjurkan keluarga untuk menyapu di dalam
rumah setiap hari dan di luar kamar setiap hari

4. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga dapat


- Memotivasi keluarga agar mampu
selama 1 kali kunjungan membuat kamar memodifikasi lingkungan rumah agar
selama 30 menit diharapkan tidak lembab dan tampak bersih dan rapi
keluarga mampu memodifikasi pengap - Anjurkan keluarga untuk meningkatkan
lingkungan rumah untuk kesehatan keluarga dengan cara
- Sinar matahari dapat
meningkatkan kesehatan membersihkan lingkungan, barang-barang
masuk keseluruh
keluarga tertata rapi dan menjemur bantal, kasur
ruangan
minimal 2 kali seminggu
- Jendela terbuka

23
setiap hari
- Peralatan tertata rapi
- Bantal dan kasur
dijemur minimal 2
kali seminggu
5. Setelah diberikan Psikomotor - Keluarga - Diskusikan untuk menentukan fasilitas
perawatan selama 1 kali memanfaatkan kesehatan yang tepat untuk dipilih
kunjungan selama 30 menit fasilitas kesehatan
- Anjurkan keluarga untuk memanfaatkan
diharapkan keluarga yang ada sesuai fasilitas kesehatan yang ada
mampu memanfaatkan dengan kebutuhan - Motivasi keluarga untuk memeriksakan
fasilitas kesehatan yang anggota keluarganya yang sakit kepelayanan
terkait dengan kesehatan kesehatan terdekat
lingkungan
3 Potensial Tupan :
penatalaksanaan
Setelah diberikan askep selama 4
terapeutik yang
hari diharapkan keluarga mampu
efektif
melaksanakan program pengobatan
berhubungan
keluarga yang efektif
dengan

24
keadekuatan
keluarga dalam Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
Tupen :
merawat anggota penyakit TB paru
keluarga yang 1. Setelah diberikan perawatan - Jelaskan pada keluarga tentang pengertian,
sakit ditandai selama 1 kali kunjungan selama penyebab, tanda dan gejala, cara
Verbal Keluarga mengerti
dengan klien 30 menit diharapkan keluarga pencegahan dan pengobatan TB paru
tentang
mengatakan rajin mampu mengenal penyakit TB - Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
kontrol paru tersebut penyakit TB paru bila tidak minum obat
kepuskesmas
- Keluarga mengerti
tentang penyebab,
tanda dan gejala
TB paru, cara
penularan TB paru,
cara pencegahan dan
pengobatan TB
paru, cara minum
obat yang benar

Dan akibat bila tidak

25
minum obat

2. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga mengerti


- Diskusikan dengan keluarga tentang
selama 1 kali kunjungan selama tentang akibat bila manfaat minum obat secara teratur dan
30 menit diharapkan keluarga putus obat dan bila akibat bila putus obat
mampu mengambil keputusan minum obat tidak
- Motivasi keluarga untuk menjaga dan
dalam pengobatan yang sedang teratur mengawasi klien saat minum obat
dijalani oleh Klien - Keluarga termotivasi
dalam perawatan
klien
3. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga mengerti
- Motivasi klien untuk tetap minum obat
selama 1 kali kunjungan selama tentang manfaat secara teratur
30 menit diharapkan keluarga minum obat secara
- Anjurkan keluarga untuk mengambil obat
mampu merawat anggota teratur bila obat klien sudah habis
keluarga yang menderita TB - Keluarga mengambil
paru obat di puskesmas
bila obat klien habis
4. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga membuka
- Diskusikan dengan keluarga tentang

26
selama 1 kali kunjungan selama Jendela setiap hari, manfaat mempertahankan lingkungan
30 menit diharapkan keluarga kamar tidak lembab rumah yang sehat bagi anggota keluarga
mampu mempertahankan dan pengap, barang- yang sakit
suasana rumah yang sehat bagi barang tertata rapi,
- Anjurkan keluarga membuka jendela setiap
anggota keluarga yang sakit membuang ludah hari, membuang ludah pada tempat
pada tempat pembuangan ludah yang sudah diisi larutan
pembuangan ludah desinfektan
yang sudah diisi
- Motivasi keluarga untuk menata rumah
larutan desinfektan, yang sehat agar sinar matahari dapat masuk
halaman rumah ke seluruh ruangan sehingga kamar tidak
tidak becek lembab dan pengap

Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga mengajak


- Motivasi klien agar kontrol ke puskesmas
selama 1 kali kunjungan selama 30 klien kontrol dan untuk mendapatkan pengobatan
menit diharapkan keluarga mampu melanjutkan - Anjurkan keluarga untuk selalu mengontrol
memanfaatkan sumber dan fasilitas pengobatan apabila obat klien
kesehatan yang ada obat habis

27
3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawataan terhadap keluarga didasarkan pada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan
keluarga dan sarana prasarana yang ada pada keluarga.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum.
Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan
melakukan berbagai perbaikan.

Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

3.5.1 Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan
keperawatan.
3.5.2 Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya
3.5.3 Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan
dalam pelaksanan tindakan keperawatan
3.5.4 Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan
perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1998)

28
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Tuberculosis (TBC).http://www.indonesianursing.com

Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Piogama. 2009. Mengatasi TBC Dengan Pengobatan yang Sesuai.


http://www.piogama.ugm.ac.id

29
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TBC

Pokok Bahasan :Tuberkulosis


Sub Pokok Bahasan : Menjaga kesehatan keluarga yang terserang TBC
Sasaran : Keluarga Ny. S
Hari/tanggal : 17 Oktober 2019
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Rumah keluarga Ny. S

A. Latar belakang
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit lama, namun sampai saat ini masih belum bisa
dimusnahkan. Jika dilihat secara global, TBC membunuh 2 juta penduduk dunia setiap tahunnya,
dimana angka ini melebihi penyakit infeksi lainnya. Bahkan Indonesia adalah Negara terbesar
ketiga dengan jumlah pasien TBC terbanyak didunia setelah cina dan india. Sulit memusnahkan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Myobacterium tuberculosis ini disebabkan oleh beberapa
hal. Diantaranya adalah munculnya bakteri yang resisten terhadap obat yang digunakan. Karena
itu, upaya penemuan obat bar uterus dilakukan.

B. Tujuan
a) Tujuan umum
Setelah dilakukan pelatihan tentang TBC klien beserta keluarganya dapat memahami
mengenai pentingnya menjaga kesehatan keluarga.

b) Tujuan khusus
Setelah dilakukan pelatihan tentang TBC diharapkan keluarga Ny. S dapat:
1) Menjelaskan kembali pengertian TBC
2) Menyebutkan penyebab TBC
3) Menyebutkan tanda dan gejala TBC
4) Menjelaskan cara penanganan TBC
5) Menjelaskan cara pencegahan TBC

30
C. Pelaksanaan
a) Hari/tanggal : 17 Oktober 2019
b) Waktu : 30 menit
c) Sasaran : Keluarga Ny. S
d) Tempat : Rumah keluarga Ny. S
e) Pemberi Penyuluhan : Anita Wahyuningsih
f) Metode : Ceramah, demonstrasi
g) Media : Standart Operasional Prosedur (SOP)
h) Materi : (terlampir)
i) Rencana Kegiatan :
Kegiatan Waktu Respon Penghuni
5 menit 
Pembukaan
a) Memberikan salam a) Menjawab salam
b) Memperkenalkan diri b) Mendengarkan
c) Menjelaskan tujuan c) Mendengarkan
d) Memberikan kesempatan d) Bertanya
untuk bertanya

15 menit
Kegiatan Inti
a) Melakukan apersepsi a) Menjawab
b) Menjelaskan pengertian b) Mendengarkan
tentang TBC
c) Menjelaskan penyebab TBC
d) Menyebutkan tanda dan
gejala TBC
e) Menjelaskan cara
penanganan TBC
f) Menjelaskan pencegahan

31
TBC
g) Memberikan kesempatan
penghuni untuk bertanya
c) Bertanya

Penutup 10 menit
a) Melakukan evaluasi a) Menjawab
b) Memberikan reinforcement b) Mendengarkan
c) Menyimpulkan kegiatan
d) Salam penutup c) Menyimpulkan bersama
d) Menjawab salam

j) Evaluasi :
Jelaskan pengertian TBC?
Sebutkan tanda dan gejala TBC?
Sebutkan cara pencegahan TBC?

32
Materi Penyuluhan

A. Pengertian TBC
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
TBC atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil
tahan asam disingkat BTA, nama lengkapnya Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini pada
umumnya menyerang paru-paru, namun terkadang juga dapat menyerang organ lain seperti
ginjal, tulang, limpa, dan otak.
Tuberculosis berasal dari bahasa Latin “Tuberkel” yang artinya tonjolan kecil dan keras
yang terbentuk sewaktu sistem kekebalan tubuh membangun dinding pengaman untuk
membungkus bakteri Mycobacterium tuberculosis di dalam paru-paru.
B. Penularan TBC
Tuberculosis ditularkan melalui droplet (percikan dahak) atau titik-titik air dari bersin
atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, Bakteri TBC terhisap melalui saluran
pernapasan masuk ke dalam paru, kemudian bakteri masuk lagi ke saluran limfe paru dan dari ini
bakteri TBC menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Melalui aliran darah inilah bakteri
TBC menyebar ke berbagai organ tubuh. Anak-anak sering mendapatkan penularan dari orang
dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah
sakit dan dari lingkungan sekitar rumah.
C. Penyebab TBC
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Tuberculosis disebabkan oleh Basil Tahan Asam,
Mycobacterium tuberculosis. Di dalam jaringan tubuh, bakteri Mycobacterium tuberculosis
berada dalam keadaan dormant, yaitu tidak aktif atau tertidur dalam waktu beberapa tahun.
Mycobacterium tuberculosis akan mati dengan cepat jika terkena sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup selama beberapa jam bila berada di tempat yang gelap dan lembab.

33
D. Tanda dan gejala TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus
baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Darah yang
dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
d. Sesak Napas: Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
e. Nyeri Dada: Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
f. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.

34
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak
dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

E. Pengobatan TBC
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah
kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai
penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan
lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus
minum obat setiap hari.

35
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
F. Pencegahan TBC
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC,
maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Pencegahan Primer
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun
hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan
sebelumnya yang sudah tinggi.
Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif,
melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian
tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan
tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai
terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk
ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan
diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
b. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC
yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi
spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung
dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan
dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga
penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan
imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan
membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi,
sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi
TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan,
dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

36
c. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi
pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan
penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan
perlunya rehabilitasi.

Pencegahan TBC bisa juga berupa :


1. Makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang.
2. Olahraga teratur.
3. Istirahat yang cukup.
4. Mengkonsumsi multivitamin yang membantu menjaga daya tahan tubuh.
5. Biasakan mencuci tangan.
6. Berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius atau penenang.
7. Mengatur sistem sirkulasi udara di rumah.
8. Membiarkan jendela terbuka agar sinar matahari dapat masuk.
9. Menggunakan masker saat kontak atau berada di dalam suatu ruangan dengan penderita
TBC.
10. Pemberian vaksin BCG ( Bacille Calmette-Guerin )

37
DAFTAR PUSTAKA

Laban, Yoannes Y. 2007. TBC: Penyakit & Cara Pencegahan. Yogyakarta: Kanisius
Misnadiarly. 2007. Mengenal, Mencegah, Menanggulangi TBC. Semarang: Yayasan Obor
Indonesia
Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto
Widiyanto, Sentot. 2009. Mengenal 10 Penyakit Mematikan. Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Madani

38
39

Anda mungkin juga menyukai