Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN MEDIS

A. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2009), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2010),
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti
peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul
kantong berisikan materi abnormal.

B. Etiologi
a. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Pasien –
pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit
ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh
yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya

1
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang
lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).

c. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya
saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon,
batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut.
Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian
perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
h. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi
jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang

2
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala,
2009).

C. Klasifikasi
a. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat, terutama
akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia
eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul
ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
 Berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi,
2009).
2. Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta

3
(accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan
usus (Erfandi, 2009).
3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk
hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
“hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
 Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya
dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya
berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan aktivitas yang
menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2009).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar
dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk
ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia
ini.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum
dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui

4
cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis.
Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat,
2009).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
3. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan anestesi kulit
dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat,
2009)
4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang
sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis
adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat
bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien
wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika
keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
 Menurut Syamsuhidayat (2009), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering

5
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
2. Hernia inguinalis direk

Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya
tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2009).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap
akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas
skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada
pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.

6
D. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2009), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis
dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).

7
E. Gejala Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2008), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Kolik Menetap
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila
usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan
pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut
hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya
mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang
secara spontan.
7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.
Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.

8
F. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
1) Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
2) Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.
2. Palpasi
a. Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
1) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi
pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau

9
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha
dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
2) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3) Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).(Hudack& Gallo, 2007).

G. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


1. Herniografi.
2. USG
3. CT dan MRI
4. Laparaskopi
5. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).

10
H. Pathways

Adanya tekana kongenital kelahiran prematur aktivitas berat

HERNIA

Hernia umbilikalis hernia para hernia insisional Hernia inguinal


Konginetal umbilikalis
Kantong hernia
Kantung hernia Kantung hernia Kantong Hernia memasuki celah
Keluar melalui melewati dinding memasuki celah inguinal
Umbilikalis abdomen bekas insisi
Terdorong lewat
Dinding posterior
PEMBEDAHAN Canalis inguinal
Yang lemah
Insisi pembedahan
Benjolan pada region
Efek anastesi inguinal
Diskontravitas
Diatas ligamentum
Jaringan
Menekan system Inguinal mengecil
syaraf
Bila berbaring
NYERI
Penurunan reflek
gastrointestinal Status

Aktivitas kesehatan berubah


berkurang Menurunnya
nafsu makan Kurangnya informasi

INTOLERAN Cemas
SI NUTRISI KURANG DARI
AKTIVITAS KEBUTUHAN TUBUH 11
I. Terapi / Tindakan Penanganan
1. Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau
sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang
mungkin dari hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang
diantisipasi membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam
penatalaksanaan hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan
merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis.
2. Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan
pada hernia umbilikalis sebelum pasien berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa
penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian
korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan
dinding perut.Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia
inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural.
Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari
setelah udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik. Pada hernia
inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus dinilai
saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi
daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit
dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata
pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk,
sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat

12
J. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, hematom
dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang lebih serius
seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persenpada pasien yang
menjalani hernioraphy.

K. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


1. Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan pembedahan
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
anoreksi(NANDA, 2011
5. Resiko infeksi b.d luka insisi post pembedahan
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinal b.d suplai darah menurun
7. Resiko perdarahan b.d luka insisi post pembedahan
8. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan

14
LABORATORIUM

JENIS HASIL NILAI SATUAN CATATAN


PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN NORMAL
DARAH RUTIN
Hemoglobin 16,9 L 13,2-17,3 g/dl
P 11,7-15,5
Hematokrit 51 L 40-48 P 37-42 %
Hitung Eritrosit 5.940.000 L 4,4-5,9 P 3,8- Juta sel/ul
5,2
Hitung 1.88.000 150.000-450.000 Sel/ul
Trombosit
Hitung Leukosit 8.600 4.000-10.000 Sel/ul
Hitung Jenis
Eosinofil 0 2-4% %
Basofil 0 0-1% %
Batang 0 4-6% %
Segmen 43 50-70% %
limfosit 47 20-40%2-8% %
Monosit 10 2-8% %
Waktu 1’30” 1-3 menit Menit
Perdarahan
Waktu 3’30” 4’30” Menit
Pembekuan
Golongan Darah O+
LED - L<10 P<20 Mm/jam
Kimia Klinik
Gula darah 92 <140 Mg/dl
sewaktu

15
B. Analisa data dan Intervensi Keperawatan
No Dx keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :
1 rencana tindakan pembedahan Setelah dilakukan a. Jelaskan seluruh
tidakan keperawatan prosedur tidakan
selama 1x 60 menit kepada klien dan
diharapkan cemas perasaan yang
DO: dapat mungkin muncul pada
Pasien mengatakan terdapat hilang/berkurang saat melakukan
benjolan dilipatan paha kanan Kriteria hasil : tindakan.
dan takut untuk operasi a. Monitor b. Kaji tingkat kecemasan
intensitas dan reaksi fisik pada
DS: kecemasan. tingkat kecemasan
Pasien terlihat ketakutan dan b. Mencari (takikardi, takipnea,
belum siap untuk operasi informasi ekspresi cemas non
Td : 130/90 mmHg untuk verbal).
N : 89 x/menit menurunkan c. Temani pasien untuk
Rr : 24x/ menit cemas. mendukung keaman
S : 36,0˚c c. Menurunkan dan menurunkan rasa
stimulasi takut.
lingkungan d. Instruksikan pasien
ketika cemas. untuk menggunakan
d. Menyingkirk teknik relaksasi.
an tanda
kecemasan.

16
No Dx keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
2. Nyeri Akut berhubungan dengan NOC: NIC :
agen injury biologis Setelah melakukan 1. Lakukan pengkajian
asuhan keperawatan nyeri secara
selama 2x24 jam di komprehensif termasuk
harap nyeri dapat lokasi, karakteristik,
DO : berkurang dengan durasi frekuensi,
Pasien mengatakan nyeri pada kriteria hasil: kualitas dan faktor
luka post operasi a. Mampu presipitas
mengontrol 2. Gunakan komunikasi
nyeri ( tahu traupetik untuk
DS : penyebab mengetahui
Pasien terlihat meringis nyeri, pengalaman nyeri
kesakitan b. mampu pasien
Pasien terliat terlentang menggunaka 3. Berikan analgetik
Td : 150/90 mmHg n tehnik untuk mengurangi
N : 100 x/menit nonfarmakol nyeri
Rr :24 x/menit ogi untuk 4. Ajarkan tentang teknik
S : 36,0˚c mengurangi non farmakologi:napas
P : Nyeri pada luka post operasi nyeri dala,relaksasi,
Q : Pasien tampak meringis c. Melaporkan distraksi, kompres
kesakitan seperti teriris-iris bahwa nyeri hangat/ dingin
R : Pasien mengatakan sakit berkurang 5. Monitor vital sign
dibagian lipatan paha kanan post dengan sebelum dan sesudah
operasi menggunaka pemberian analgesik
S : Pasien mengatakan nyerinya n managemen pertama kali
sekitar 7 skala dari 1-10 nyeri
T : pasien mengatakan durasi
nyeri sekitar 10 menit

17
No Dx keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
3 Intoleransi aktifitas NOC: NIC :
berhubungan dengan kelemahan Setelah dilakukan 1. Menjelaskan batasan
tubuh tindakan aktifitas pasien sesuai kondisi.
keperawatan sela 2x 2. Meningkatkan aktifitas
24 jam diharapkan secara bertahap.
beraktivitas mandiri 3. Merencanakan waktu
DO : pasien mengatakan nyeri a. Berikan istirahat sesuai jadwal.
pada saat beraktifitas lingkungan 4. Memotivasi peningkatan
tenang dan dan beri penghargaan pada
batasi kemajuan yang telah dicapai.
pengunjung 5. mengkolaborasi dengan
DS : ku cukup cm selama fase keluarga untuk membantu
Pasien terlihat terlentang akut sesuai dalam beraktifitas
ditempat tidur dan tidak mau indikasi.
Td : 150/90 mmHg
N : 100 x/menit b. Bantu pasien
Rr :24 x/menit memilih
S : 36,0˚c beraktifitas posisi
Bab: kuning jernih nyaman
Bak : (-) untuk
istirahat/tidur
c. Bantu
aktivitas
perawatan
diri yang
diperlukan.

18
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan pembedahan
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

D. Evaluasi

Evaluasi Hari Pertama

No Hari/ Tanggal Evaluasi

1 S ; pasien mengatakan sudah mengerti tentang tindakan pembedahan


yang akan dilakukan
O : kesadaran : CM, Ku : cukup,pasien tampak rileks.
Td: 120/80 mmHg
R : 22x/menit
N : 93x/menit
S : 36,4 °C
A : masalah cemas teratasi sebagian
P : anjurkan teknik nafas dalam dan berdoa
2 S : Pasien mengatakan nyeri, pada luka post operasi .
O : Ku :cukup, cm. terlihat pasien tampak meringis kesakitan seperti
teriris-iris.
Td: 140/80 mmHg
R : 22x/menit
N : 93x/menit
S : 36,4 °C
Th/ injeksi
Cefotaksiem 2x 500 mg
Ketorolac 2x 30 mg

P : Nyeri pada luka post operasi


Q : Pasien tampak meringis kesakitan seperti teriris-iris
R : Pasien mengatakan sakit dibagian lipatan paha kanan post operasi
S : Pasien mengatakan nyerinya sekitar skala 5 dari 1-10
T : Pasien mengatakan durasi nyeri 5 menit
A : masalah nyeri belum teratasi
P:
- kolaborasi dengan dokter untuk dan
pemberian therapy injeksi analgesik
- Observasi Ku dan tanda-tanda vital

19
Evaluasi hari kedua

No Hari/ Tanggal Evaluasi

1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi mulai berkurang


O : Ku :cukup, cm. terlihat pasien terlihat lebih segar
Td : 138/80MmgHg
N : 90x/menit
S : 36.5˚C
Rr: 21x/menit
P : Nyeri pada luka operasi berkurang
Q : Pasien masih merasakan seperti teriris-iris.
R : Pasien mengatakan sakitnya hanya dibagian lipatan paha kanan
S : Pasien mengatakan nyerinya sekitar skala 4 dari 1-10
T : Pasien mengatakan durasi nyeri 3 menit

Th/ injeksi
Cefotaksiem 2x 500 mg
Ketorolac 2x 30 mg
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan pemberian therapy injeksi
- Observasi Ku dan tanda-tanda vital

2 S : Pasien mengatakan sudah berlatih aktivitas dengan mandiri.


O : ku : cukup, cm terlhat lebih segar dan mau duduk di depan kamar.
Td : 138/80MmHg
N : 80x/menit
S :36˚C
Rr: 21x/menit
Th/ injeksi
Cefotaksiem 2x 500 mg
Ketorolac 2x 30 mg
A : masalah intoleransi aktifitas teratasi sebagian
P:
- Memberikan motivasi peningkatan aktivitas secara mandiri

20
Evaluasi hari ketiga

No Hari/ Tanggal Evaluasi

1 S : pasien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang


O : Ku :cukup, cm. terlihat pasien tampak lebih tenang, rileks dan
Tertidur pulas semalam.
Td : 120/80MmgHg
N : 89x/menit
S : 36˚C
Rr: 20xmenit

P : Nyeri pada luka post operasi berkurang


Q :pasien mengatakan nyeri seperti teriris –iris muali berkurang
.
R : Pasien mengatakan sakitnya dilipatan paha kanan
S : Pasien mengatakan nyerinya sekitar skala 3 dari 1-10
T : Paien mengatakan nyeri muali hilang timbul
A : masalah nyeri teratasi sebagian
P : pasien diizinkan untuk pulang
2 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dan mulai
jalan- jalan disekitar kamar
O : ku : cukup, cm pasien terlihat lebih segar
Td : 120/80MmHg
N : 80x/menit
S :36˚C
Rr: 20 x/menit
A : masalah teratasi
P : pasien diizinkan untuk pulang

21
BAB IV

Kesimpulan

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2009), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2010),
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti
peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul
kantong berisikan materi abnormal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuhidayat, et.al. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Tambayong, dr. Jan. 2009. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Erfandi, (2009) .Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. [Internet], Tersedia


dalam: http://forbetterhealth.wordperss.com/2009/04/19Pengetahuan-dan-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi
Asep Subarkah, 2008. Klasifikasi untuk Hernia. Jakarta : EGC

Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Arief Mansjoer.2008 .Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Medica Aesculaplus FK UI

Jennifer, 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC

23

Anda mungkin juga menyukai