Anda di halaman 1dari 20

ISSN:

Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam 2087-8850


Komunikasi Pemasaran

MODEL KOMUNIKASI BERASA DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN


Studi Mengenai Iklan Ambient Media dalam Meraih Kepercayaan Khalayak Konsumen

Bambang Sukma Wijaya

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie


Jl. HR Rasuna Said, Kav. C-22, Kuningan, Jakarta 12920
Email: bambang.sukma@bakrie.ac.id

Abstrak
Semakin padat dan ramainya pesan-pesan komunikasi pemasaran di media konvensional, membuat banyak
pengiklan kini mulai melirik cara-cara berkomunikasi melalui media yang tidak biasa. Salah satunya melalui
iklan berbentuk ambient media. Tulisan ini berusaha menelaah bagaimana pola komunikasi iklan ambient
media sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran alternatif dalam meraih kepercayaan khalayak
konsumen. Dengan menggunakan metode studi kasus, penulis menemukan bahwa iklan ambient media
memiliki ciri khas yaitu mampu menyinergikan pesan dan pembuktian pesan melalui pengalaman khalayak
konsumen dengan suasana yang mendukung, sehingga khalayak konsumen dapat langsung merasakan
kebenaran pesan yang disampaikan. Pola komunikasi semacam ini penulis sebut sebagai Komunikasi Berasa
atau Experientially-Meaningful Communication atau Ambient Communication. Berbeda dengan konsep
“pengalaman” dalam marketing yang lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “produk”, konsep
“pengalaman” dalam Komunikasi Berasa lebih berorientasi pada pengalaman terhadap “pesan”. Sehingga
dengan pengalaman langsung atau seketika (tanpa tertunda) terhadap pesan yang disampaikan secara sinergis,
maka khalayak konsumen cenderung pula untuk langsung memercayai kebenaran pesan tersebut. Model
Komunikasi Berasa yang merupakan pola komunikasi iklan ambient media ini dapat menjadi salah satu solusi di
tengah semakin menipisnya kepercayaan khalayak konsumen terhadap janji-janji atau pesan iklan di media
konvensional.

Kata kunci: komunikasi berasa, iklan ambient media, khalayak, konsumen

Abstract
The more cluttered and intense of marketing communications messages in conventional media had turned
many advertisers to take a glance at ways of communication through unconventional media. One of them is
through ambient media advertisng. This paper is to review the advantages of ambient media ad as one of
marketing communication strategy in gaining the audience/consumer’s trust. By using qualitative case study
method, writer found that one distinct characteristic of ambient media ad is its capable of synergizing a
message and message proofing through consumer’s experience with a conducive ambience, thus consumers are
able to sense directly the truth of the presented message. This kind of communication model is called
Experientially-Meaningful Communication or Ambient Communication. Unlike ‘experience’ concept in marketing
which is more oriented to experience of a “product”, ‘experience’ concept within Experiential Communication is
more oriented to experience of a “message”. Therefore, with direct or instant experience (without delay) of a
message which is presented synergically, consumers will tend to directly accept the truth of that message.
Experientially-Meaningful Communication model which is a pattern of this ambient media ad communication
becomes one of the solutions in the midst of the lessening of consumers trust to promises or advertisement
message in the conventional media. To optimize communication result of ambient media ad, writer suggested
creators to mix it with public relation strategy by creating word-of-mouth and publicity.

Kata Kunci: Experientially-Meaningful Communication, Ambient Media Advertising, Audience, Consumer

55
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

Pendahuluan iklan berbentuk ambient media. Sebenarnya ada


beberapa penyebutan yang sering digunakan untuk
Media saat ini disesaki oleh ramainya pesan- iklan unik ini, antara lain: ambient advertising,
pesan komunikasi pemasaran. Philip Kotler, ambient marketing, guerilla marketing,
profesor marketing dari Kellogg School of unconventional media atau non-traditional media,
Management di Northwestern University, Amerika alternative media, serta out-door atau out-of-home
Serikat mengatakan bahwa rata-rata orang Amerika (OOH) advertising. Apapun penyebutannya, semua
setiap harinya dihadapkan pada ratusan iklan, dan merujuk pada obyek yang sama. Yang membedakan
kini mereka mencoba menghindarinya. Hal tersebut adalah dari sudut pandang mana melihatnya, dalam
mengakibatkan iklan televisi menjadi kehilangan konteks apa dan untuk tujuan apa. Di sini penulis
efektivitasnya karena semakin tidak keruannya menggunakan istilah iklan ambient media untuk
iklan, semakin banyaknya saluran, semakin merepresentasikan bentuk media dan isinya.
mudahnya konsumen mengganti saluran, dan Contoh iklan ambient media adalah iklan
semakin berkurangnya jam menonton televisi oleh sebuah produk mi spaghetti di Jerman yang
kelompok masyarakat tertentu. Akibatnya, pemasar menyimulasikan mi spaghetti dengan tali tambang
harus memikirkan cara lain untuk menarik berwarna kuning yang sepintas mirip mi spaghetti
perhatian konsumen (Kotler, 2005:116). yang sebenarnya. Pada dinding sebuah kapal
Fenomena yang hampir serupa juga terjadi di ditempeli stiker gambar wajah dengan ekspresi
Indonesia. Survei yang dilakukan LOWE Indonesia, nikmat. Stiker tersebut dipasang sedemikian rupa
sebuah biro iklan multinasional di Jakarta pada dengan mulut gambar berada tepat di lubang
November – Desember 2004 menyebutkan bahwa saluran tali.
53,7% pemirsa televisi di Indonesia merasa jenuh Sehingga ketika tali ditarik dari dalam kapal,
saat melihat iklan di TV sehingga mereka gambar seolah-olah sedang menghirup tali dengan
menggunakan waktu jeda iklan untuk melakukan nikmat, seperti nikmatnya mengonsumsi mi
aktivitas lain dan sebagian mengganti salurannya spaghetti Mondo Pasta, merek produk tersebut.
(Bisnis Indonesia, 2005). Menurut pembuatnya, pelabuhan Hamburg dipilih
Karena itu, Paramita Mohamad, Strategic sebagai tempat beriklan karena pelabuhan
Planning Director Lowe Indonesia menyarankan merupakan tempat paling sering dikunjungi
selain membuat iklan dengan ide yang simpel dan masyarakat Hamburg, Jerman. Iklan ini sempat
menarik, pengiklan juga harus melirik medium- meraih penghargaan di ajang festival iklan
medium lain dalam mengomunikasikan pesan- internasional dan fotonya menyebar di milis-milis
pesan produk maupun mereknya, dan tidak hanya internet. Sebuah taktik cerdas untuk meraih
tergantung pada media-media tradisional seperti dampak luas dengan biaya media yang tidak
televisi. semahal iklan-iklan konvensional seperti iklan
Saat ini telah berkembang berbagai macam televisi atau majalah. Yang dibutuhkan hanyalah ide
bentuk medium komunikasi pemasaran alternatif. kreativitas yang kuat dan keberanian
Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah mengeksekusinya.

56
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

Gambar 1. Iklan ambient media di pelabuhan Hamburg, Jerman yang


menyimulasikan kelezatan mi spaghetti merek Mondo Pasta
(Sumber: ambient-planet.com)

Sementara di Indonesia, pada tahun 2006 Aceh. Tujuannya adalah untuk menggugah
sebuah iklan layanan masyarakat ambient media pengunjung yang melewati jalan di bundaran HI
bertema “helping hands” menampilkan tangan- agar menyisihkan sebagian miliknya untuk
tangan anak-anak yang mengambang di kolam membantu para korban, dengan menyajikan
bundaran HI Jakarta, seolah meminta pertolongan. pengalaman bagaimana rasanya melihat langsung
Iklan tersebut disampaikan oleh lembaga pencari anak-anak yang menjadi korban tsunami.
donor untuk anak-anak korban bencana tsunami

57
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

Gambar 2. Iklan ambient media di kolam bundaran HI Jakarta dari lembaga


pencari donor bagi anak-anak korban tsunami Aceh
(Sumber: JWT Indonesia)

Dalam bentuk yang lebih sederhana pun iklan Aveyard, Advertising Campaigns Manager
ambient media dapat ditemukan. Sebuah iklan perusahaan telekomunikasi BT Cellnet memaparkan
layanan masyarakat tentang anti tayangan pengalamannya di Majalah Marketing (2001) Inggris
kekerasan di TV hanya berbentuk secarik kertas bahwa, “The essence of ambient media is about
yang ditempel dengan selotip pada layar kaca taking people by surprise and making our
produk TV yang sedang dipajang di sebuah show communication more relevant and credible.”
room toko elektronik, Agis Electronic Store Bandung (http://proquest.umi.com/pqdweb?did=12653366&
pada 2005 (www.pppi.or.id, diakses 3 Juli 2009). sid=1&Fmt=3&clientId=80745&RQT=309&VName=P
Pesan di secarik kertas tersebut berbunyi: “Beli TV- QD, diakses 5 November 2008).
nya, tapi jangan beli risiko menonton tayangan Sementara Sandra Luxton dan Lachlan
kekerasan di TV”. Para pengunjung yang hendak Drummond dari Monash University, Australia
membeli TV seperti diingatkan tentang bahaya menyebutkan beberapa ciri penting iklan ambient
menonton tayangan kekerasan di televisi, sehingga media, yakni: “The placement of advertising in
mereka dapat mengganti saluran jika menjumpai unusual and unexpected places (location) often with
tayangan-tayangan seperti itu. unconventional methods (execution) and being first
Tulisan ini berusaha menelaah bagaimana pola or only ad execution to do so (temporal).”
atau model komunikasi iklan ambient media sebagai (http://smib.vuw.ac.nz:8081/www/ANZMAC2000/C
salah satu bentuk komunikasi pemasaran alternatif Dsite/papers/l/Luxton1.PDF, diakses 9 Agustus
dalam meraih kepercayaan khalayak konsumen. 2009).
Iklan Ambient media memiliki kecenderungan
Tinjauan Pustaka untuk oportunistik, dalam arti bentuknya
memanfaatkan lingkungan yang ada dan seringkali
Iklan Ambient Media memang memiliki atribut yang ada di lingkungan tersebut menjadi
kekuatan menarik perhatian khalayak di sekitarnya bagian dari pesan itu sendiri (Hendroyono, 2007
dan cenderung lebih mudah menciptakan dalam Cakram Vol. 284). Ambient media memiliki
kepercayaan karena khalayak langsung salah satu sifat yang unik, yaitu sifat hidden
“mengalami” isi pesan yang disampaikan. Julie (tersembunyi) bagi pesan yang disampaikan.

58
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

Menurut Clemens Aristanto (2007 dalam Namun demikian, perkembangan iklan ambient
Cakram Vol. 284), bila dibandingkan dengan iklan media di Indonesia tidak semaju di negara-negara
televisi, iklan ambient media justru memiliki lain seperti Inggris yang biaya iklan untuk ambient
stopping power yang cukup tinggi disebabkan oleh media-nya selalu meningkat rata-rata 20% setiap
sifatnya yang unzappable (tidak dapat diganti tahun
salurannya seperti saluran dalam tv) dan (http://proquest.umi.com/pqdweb?did=50614586&
unavoidable (tidak dapat dihindari). Kedua hal sid=6&Fmt=4&clientId=80745&RQT=309&VName=P
tersebut yang menyebabkan media ini memiliki QD, diakses 10 Oktober 2008). Belum ada data pasti
daya pikat yang besar. mengenai jumlah anggaran dan persentase
Beberapa alasan perkembangan ambient media perkembangan iklan ambient media di Indonesia,
antara lain: sebagai bentuk penolakan terhadap namun melihat dari anggaran iklan untuk televisi
kekuatan media tradisional, kebutuhan komunikasi yang rata-rata mencapai 70% dari total belanja
langsung di tempat penjualan (point-of-sales), media dan terus meningkat setiap tahun, maka
keunggulannya yang mampu menjangkau target dapat diasumsikan bahwa pengiklan di Indonesia
dengan tepat, serta kecerdasannya dalam berbagai masih cenderung lebih banyak menggunakan
hal. “Ambient advertisements are effective means at media-media konvensional untuk
pushing a brand message in front of consumers and mengomunikasikan merek atau produknya
can develop even better top of mind recall within (Marketing, 2007).
target audiences” (http://www.wikipedia.org,
diakses 9 Agustus 2009). Metode
Menurut Rajiv Rao, Executive Director Ogilvy &
Mather (O&M) Mumbai, India, mengatakan bahwa Dalam kajian ini, penulis menggunakan metode
iklan ambient adalah sebuah pesan merek yang studi kasus kualitatif dengan pendekatan
menerpa saat tak diharapkan. “Ambient advertising interpretif, karena penulis berusaha menelaah
is a brand message that hits you when you least suatu fenomena atau kasus unik yang terjadi dalam
expect it. It is not restricted to any size, shape and komunikasi pemasaran. Ciri khas dari data kualitatif
format. They have no boundaries. And that is what adalah menjelaskan kasus-kasus tertentu. Data
makes it so refreshing” kasus hanya berlaku untuk kasus tertentu serta
(http://www.indopia.in/India-usa-uk-news/latest- tidak bertujuan untuk digeneralisasikan atau
news/280870/Business/4/32/4, diakses 5 Juli 2009). menguji hipotesis tertentu, lebih memungkinkan
Sementara Jimmy Murphy, Account Director data kasus mendalam dan komprehensif dalam
Cawley Nea TBWA Irlandia mengatakan bahwa mengekspresikan suatu objek penulisan (Bungin,
pakem umum ide kreatif yakni ‘right time right 2008: 104).
place’ juga berlaku pada media. Iklan ambient Untuk memperoleh data yang diinginkan,
media bisa mencerminkan karakteristik orang-orang penulis menggunakan teknik pengumpulan data
yang melakukan kegiatan pada saat itu sama dengan metode dokumenter dan wawancara.
dengan orang-orang yang mengonsumsi Penulis menelusuri sumber-sumber data
mediumnya. Ambient media adalah sikap. Sehingga dokumenter baik yang bersifat offline maupun
terlihat jelas perbedaan ketika menggunakan online. Bungin (2008: 124) mengatakan bahwa pada
sebuah ambient media dengan menggunakan surat- mulanya banyak kalangan akademisi meragukan
surat kabar, televisi atau media-media tradisional validitas data online sehubungan apabila data atau
lainnya. “Ambient media is about surprising people, infomasi itu digunakan dalam karya-karya ilmiah,
it’s not about being traditional.” namun ketika media internet berkembang begitu
(http://www.dublin.ie/yvonneportfolio/?pageID=45 pesat dan sangat akurat, maka keraguan itu menjadi
&siteID=691, diakses 8 September 2008). sirna.

59
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

Metode penelusuran data online yang dimaksud hanya melihat dari foto-foto yang disebarkan lewat
adalah tatacara melakukan penelusuran data milis atau surat elektronik berantai. Sehingga, calon
melalui media online seperti internet atau media informan seperti ini tidak memenuhi kriteria untuk
jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, dijadikan informan penelitian. Namun, penulis
sehingga memungkinkan peneliti dapat akhirnya menemukan beberapa informan yang
memanfaatkan data-informasi online yang berupa berhasil penulis wawancarai seputar pengalaman
data maupun informasi teori, secepat atau mereka melihat langsung iklan ambient media.
semudah mungkin, dan dapat Beberapa informan triangulator yang berhasil
dipertanggungjawabkan secara akademis. Prosedur penulis wawancarai adalah:
terpenting pada penggunaan metode ini adalah
penyebutan sumber data dan kapan melakukan a. Dilla, 26 tahun, Karyawati Swasta.
browsing (Bungin, 2008: 125-126). Wanita ini adalah lulusan Universitas Iowa,
Dalam melakukan analisis data, penulis Amerika Serikat dan sekarang bekerja sebagai
menggunakan teknik analisis komparatif, yakni Brand Planner di sebuah perusahaan iklan
teknik yang digunakan untuk membandingkan multinasional yang berkantor di Buncit,
kejadian-kejadian yang terjadi di saat peneliti Jakarta Selatan. Dilla yang punya hobi
menganalisis kejadian tersebut dan dilakukan snorkeling ini memiliki pembawaan
secara terus-menerus sepanjang penulisan itu cenderung serius, namun sangat luwes dalam
dilakukan (Bungin, 2008: 214). Penulis kemudian bersosialisasi. Dia mudah terkesan jika
mendialogkan data-data yang diperoleh dengan menemukan hal-hal unik dan menarik di
teori-teori yang relevan, sehingga menghasilkan sekitarnya, seperti ketika dikejutkan oleh iklan
konsep teori atau proposisi yang memperkaya hasil ambient media AT&T saat sedang
kajian. merampungkan kuliahnya di USA beberapa
Untuk mendukung kesahihan data, penulis juga tahun lalu.
melakukan triangulasi sumber data dengan
mewawancarai beberapa khalayak konsumen. b. Monica, 21 tahun, Mahasiswa
Triangulasi dalam metode kualitatif dilakukan Wanita cantik dan enerjik ini sedang
antara lain dengan membandingkan data hasil menempuh pendidikan di Universitas Pelita
pengamatan dengan hasil wawancara, dan Harapan, mengambil jurusan Bisnis
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu Internasional. Monita memiliki pembawaan
dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan riang dan senang berbagi bersama teman-
yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau temannya, seperti ketika dia melihat iklan
alasan-alasan terjadinya perbedaan (Moleong, ambient bolong TV Plasma Samsung di depan
2007: 330). Plaza Senayan Jakarta setahun lalu, dia
Penulis hanya mewawancarai khalayak langsung share ke teman-temannya karena
konsumen yang pernah melihat langsung iklan begitu excited dengan iklan ambient tersebut.
ambient media, di mana saja, dan bukan mereka
yang pernah melihat secara tidak langsung melalui c. Gerry, 32 tahun, Karyawan Swasta
publikasi media massa atau media online. Hal ini Gerry adalah pria berpembawaan santai dan
penulis tetapkan untuk mendapatkan informasi murah senyum, bekerja di sebuah perusahaan
mengenai pengalaman nyata dan respon mereka consumer good sebagai staf pemasaran. Pria
saat berinteraksi dengan iklan ambient media. beristri yang hobi traveling ini sangat terkesan
Terbatasnya produksi iklan ambient media di dengan iklan ambient media Sunsilk Tow
Indonesia membuat upaya untuk menemukan Truck yang tanpa sengaja dilihatnya saat
informan triangulator pun tidak semudah yang sedang melintas di jalan menuju kantornya di
dibayangkan. Kebanyakan para calon informan Jakarta Selatan.

60
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

d. Dadan, 20 tahun, Mahasiswa Ambient Advertising. Beberapa praktisi dan


Dadan adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi literatur media massa saat ini mulai menggunakan
Universitas Padjadjaran, Bandung. Pria istilah ini, sehingga menjadi sangat populer.
berwajah menarik ini punya hobi jalan-jalan di Penggunaan kata ‘advertising’ atau iklan
mall dan hangout bersama teman-teman dikarenakan pada kenyataannya, ambient media
sekampusnya. Karena hobinya itu pula hingga diciptakan untuk mengekspos pesan-pesan iklan.
tanpa sengaja melihat secarik kertas yang Bahkan, dapat dikatakan bahwa ambient media
awalnya disangka label harga elektronik di takkan ada tanpa iklannya, karena medianya itu
toko Agis Istana Plaza, namun ternyata iklan sendiri adalah iklan, atau setidaknya diciptakan
layanan masyarakat tentang anti-tayangan sesuai kebutuhan dan bentuk iklannya (customized
kekerasan di televisi. Iklan itu sangat terkesan media). Hal ini berbeda dengan media-media
baginya karena tanpa diduga dan sangat konvensional yang masih berisi informasi-informasi
‘kena’ dengan pengunjung toko yang hendak atau pesan lain selain iklan.
membeli TV. Ambient Marketing. Istilah ‘ambient marketing’
muncul di kalangan para praktisi pemasaran (bukan
Kajian ini berlangsung dalam kurun waktu periklanan) atau klien untuk menyebut penerapan
antara 2008-2009 di Jakarta dan Bandung. strategi pemasaran yang menggunakan cara-cara
ambient dalam menjual produk atau service
maupun dalam mengomunikasikan merek. Istilah
Hasil dan Pembahasan ‘ambient marketing’ juga sering digunakan untuk
menyebut iklan ambient media dalam konteks
Ambient Media, Ambient Advertising dan strategi komunikasi pemasaran terpadu (integrated
Ambient Marketing marketing communication) dengan cara-cara
Dalam dunia praktik komunikasi pemasaran, bergerilya ataupun menarik perhatian konsumen di
dikenal istilah “ambient media”, “ambient tempat-tempat tak terduga dengan cara-cara tidak
advertising” dan “ambient marketing”. Meskipun biasa baik melalui event maupun happening art.
merujuk pada obyek yang sama, namun Perbedaan perspektif dan penyebutan ketiga
penggunaan istilah tersebut memiliki sudut istilah tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah
pandang dan pemaknaan yang berbeda. ini. Penyebutan Ambient Advertising jika dilihat dari
Ambient media, sesuai namanya, merujuk pada bentuk eksekusinya, adalah iklan berbentuk
mediumnya. Hal ini untuk membedakan dengan ambient. Istilah ini paling sering digunakan oleh
penggunaan media-media konvensional atau orang-orang kreatif dalam suatu biro iklan atau para
tradisional lain seperti yang dikenal selama ini desainer grafis di butik-butik kreatif. Sedangkan
misalnya televisi, suratkabar, majalah, radio, penyebutan Ambient Media untuk merujuk pada
billboard, brosur, dan lain-lain. Agak sulit media yang digunakan. Istilah ini paling sering
menerjemahkan arti sebenarnya media ini ke dalam digunakan oleh para perencana media atau saluran
bahasa Indonesia, dikarenakan makna ‘ambient’ itu (media/ channel planner) dalam sebuah biro iklan
sendiri yang sangat kompleks dan relatif. Beberapa atau media specialist agency. Untuk penyebutan
artikel yang menggunakan istilah ‘media Ambient Marketing paling sering digunakan oleh
bersuasana’ atau ‘media lingkungan’ para marketer/ klien dan perencana merek (brand
(http://rudiirawanto.blogspot.com, diakses 7 Juli planner) dalam sebuah biro iklan atau biro
2009) justru jadi terdengar aneh dan bias arti, konsultan merek untuk menyebut strategi
sehingga kebanyakan orang tetap menggunakan pemasaran yang diterapkan.
kata aslinya, ‘ambient media’.

61
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

Ambient Advertising Ambient Media Ambient Marketing

konteks konteks konteks


BENTUK MEDIA STRATEGI

Kreatif/Desainer Media/Channel Planner Marketer/Brand Planner

Gambar 3. Perbedaan Ambient Advertising, Ambient Media dan Ambient Marketing


(Sumber: Wijaya, 2009)

Komunikasi Berasa: Pola Komunikasi Iklan mempercayainya. Barulah beberapa saat kemudian
Ambient Media ketika sang suami dapat membuktikan dengan
Dewasa ini, orang mulai kehilangan kesetiaannya, sang istri mempercayainya. Sebuah
kepercayaan terhadap kata-kata atau janji-janji iklan deterjen bubuk di televisi menampilkan visual
yang diucapkan. Seringkali kita mendengar seorang pembuktian keampuhan daya cuci deterjen
wanita mengucapkan “gombal” ketika pasangannya tersebut kepada ibu-ibu hanya untuk dapat meraih
mengatakan cinta kepadanya. Atau, betapa sering kepercayaan konsumen. Iklan yang lain
kita mendengar ucapan penonton ketika melihat menampilkan testimoni konsumen untuk
pesan produk iklan di televisi berkomentar, “ah, itu meyakinkan dan membuat konsumen lain percaya
kan cuma iklan!”. Hal tersebut dikarenakan akan keistimewaan produk tersebut. Namun semua
pengalaman wanita atau penonton terhadap pesan itu tidak dapat dibuktikan atau dirasakan langsung
yang disampaikan kerapkali tidak sesuai dengan oleh konsumen, karena mereka harus membeli
kenyataan. Sehingga apapun kata-kata atau pesan produknya dulu, menggunakannya, lalu akhirnya
yang didengar langsung disinisi bahkan cenderung mempercayainya bila memang terbukti apa yang
tidak dipercayai. dikatakan iklan tersebut benar.
Kepercayaan memang sudah menjadi barang Karena itu diperlukan sebuah cara
yang mahal dan langka. Tak heran, orang meraih berkomunikasi yang lebih efektif dalam meraih
kepercayaan dengan segala macam cara. Seorang kepercayaan khalayak, yakni melalui pembuktian
suami ketika mengatakan bahwa dia masih langsung terhadap kebenaran pesan yang
mencintai istrinya, sang istri tidak langsung

62
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

disampaikan dengan melibatkan pengalaman Schmitt tidak hanya memaparkan konsepnya


khalayak. secara rinci mengenai experiential marketing,
Sebenarnya, dalam ranah marketing terdapat namun juga menawarkan cara pengaktifan atau
sebuah pendekatan pemasaran yang melibatkan penerapan konsep tersebut melalui apa yang
pengalaman konsumen, yang diperkenalkan oleh disebutnya sebagai experience providers, yakni
Bernt H. Schmitt sebagai experiential marketing. Communications (berupa iklan, public relations, dll),
Schmitt menyebutkan 5 (lima) jenis pengalaman Visual/ Verbal Identity (logo, tagline, merek, dll),
konsumen yang menjadi landasan kerangka Product Presence (fisik produk, sampling, dll), Co-
experiential marketing, yakni: SENSE, FEEL, THINK, branding (kegiatan-kegiatan sponsorships, pameran,
ACT dan RELATE (Schmitt, 1999: 60). event aktivasi merek, dll), Environments (retail &
a. SENSE Marketing adalah upaya public space, interior kantor dan gedung, dll),
memaksimalkan panca indra pelanggan Websites (situs perusahaan, produk, layanan
melalui upaya penciptaan pengalaman pelanggan, blog marketing, dll), dan People (duta
pengindraan melalui penglihatan, suara, merek/produk, tenaga penjualan, customer service
sentuhan, rasa, dan penciuman. officers, dll).
b. FEEL Marketing adalah upaya Namun demikian, sebagaimana dikatakan pakar
memaksimalkan emosi dan perasaan pemasaran dan presiden World Marketing
terdalam dari pelanggan melalui upaya Association (WMA) Hermawan Kartajaya dari
penciptaan pengalaman dari mood positif MarkPlus yang membandingkan dengan pemikiran
yang berhubungan dengan merek, sampai Marc Gobe tentang Emotional Branding (strategi
kepada emosi kuat dari rasa senang dan pengembangan merek dengan melibatkan emosi
kebanggaan. konsumen), Experiential Marketing lebih banyak
c. THINK Marketing adalah upaya membahas tentang produk yang mampu
memaksimalkan tingkat intelektual melalui menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh
penciptaan pengalaman yang melibatkan hati dan perasaan konsumen (SWA, 2006). Padahal,
pelanggan secara kreatif melalui pemikiran iklan ambient media tidak selalu menawarkan
kognitif untuk memecahkan permasalahan. pengalaman terhadap produk yang diiklankan.
d. ACT Marketing adalah upaya Iklan ambient media lebih menawarkan
memaksimalkan pengalaman fisik, gaya ”pengalaman terhadap pesan” sehingga penerima
hidup dan interaksi melalui pemberian pesan dapat merasakan langsung kebenaran pesan
pilihan kepada pelanggan dalam melakukan yang disampaikan. Misalnya, pesan iklan produk
suatu hal, gaya hidup dan interaksi itu Rexona: ”Orang-orang akan menjauhi Anda bila
sendiri. badan Anda bau”, maka pengalaman yang
e. RELATE Marketing melibatkan keseluruhan ditawarkan kepada khalayak konsumen adalah
aspek sebelumnya yakni sense, feel, think, ”bagaimana rasanya jika orang-orang menjauhi
dan act. Pendek kata, Relate di sini berarti kita”, bukan pengalaman bagaimana rasanya
menghubungkan pengalaman pribadi menggunakan produk Rexona. Iklan ambient media
dengan pengalaman sosial budaya secara lebih fokus pada pesan, bukan pada produk. Hal ini
umum . dikarenakan iklan ambient media merupakan
sebuah proses komunikasi, bukan sekadar alat
pemasaran.

63
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

Gambar 4. Contoh pengalaman terhadap pesan (Sumber: ambient-planet.com)

Gambar 5. Contoh pengalaman terhadap produk/layanan hotel (Sumber: corbis.com)

Schmitt memang memasukkan variabel mediumnya yang ”umum”, tidak spesifik dibuat
communications sebagai salah satu experience untuk mengantarkan sebuah pesan tertentu dengan
provider dalam menerapkan konsep experiential melibatkan pengalaman khalayak konsumen seperti
marketing (dengan mencontohkan salah satunya yang terjadi pada iklan ambient media. Iklan
adalah iklan), namun iklan dalam konteks konvensional hanya menghadirkan pengalaman
pencontohan Schmitt tersebut adalah iklan pada orang lain melalui model iklan yang kemudian
media-media konvensional sehingga pengalaman memengaruhi khalayak konsumen saat melihat dan
yang dimaksud bukanlah ”pembuktian seketika” mendengarnya. Jadi khalayak konsumen tidak dapat
atau pengalaman ”langsung” terhadap kebenaran merasakan suasana sesungguhnya yang dihadirkan
pesan yang disampaikan. Hal itu dikarenakan sifat oleh pesan dan mengalami langsung kebenaran inti

64
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

pesan tersebut. Hal ini berbeda dengan iklan Bagaimanapun, terdapat perbedaan yang cukup
ambient media yang cenderung memberikan signifikan antara pengalaman sebagai bagian dari
pengalaman langsung khalayak konsumen terhadap proses pemasaran dan pengalaman sebagai bagian
pesan yang disampaikan melalui suasana yang dari proses komunikasi. Perbedaan tersebut dapat
sengaja diciptakan. dilihat pada gambar berikut ini.

Pesan

Pengirim experiential communication Penerima

Pengalaman

Produsen experiential marketing Konsumen

Produk/ Service

Gambar 6. Perbedaan experiential marketing dan experiential communication


dalam mengobyekkan pengalaman (Sumber: Wijaya, 2009)

Meskipun dalam penerapannya, pengalaman bahwa suatu ketika ia terkejut ketika melihat ada
produk acapkali tak dapat dibedakan dengan seperti bintik-bintik cahaya yang jatuh dari suatu
pengalaman pesan –terutama jika produk itu sendiri tembok gedung di sampingnya saat sedang melewati
distrategikan sebagai pesan, namun secara sebuah jalan di Boston. Rupanya itu iklan ambient
substansial kegiatan komunikasi yang berorientasi media ‘never drop calls’ dari perusahaan
pada proses penyampaian pesan dan kegiatan telekomunikasi AT&T.
pemasaran yang lebih berorientasi pada penjualan “Benar-benar unexpected dan cripped
produk seharusnya tetap dapat dibedakan. out. Saya sampai tertegun, iklan ini
Hasil triangulasi terhadap khalayak konsumen benar-benar clever. Maksudnya jelas mau
menunjukkan respon yang sinergis mengenai ingatin kita kalo pake AT&T sinyalnya
kelebihan dan keunikan iklan ambient media dalam ngga bakalan putus-putus kayak bintik
menghadirkan pengalaman terhadap pesan seperti cahaya itu.” (Wawancara dengan Dilla di
yang dipaparkan di atas. Jakarta, 30 Januari 2009).
Dilla misalnya, seorang karyawati swasta yang
pernah tinggal dan mengenyam pendidikan di Menurut Marc Gobe dalam bukunya Emotional
Amerika Serikat selama beberapa tahun bercerita Branding, kejutan juga bisa menjadi elemen yang

65
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

sangat kuat dalam menciptakan ikatan dengan beberapa tahun lalu. Waktu itu dia sedang melintasi
konsumen melalui kehadiran merek (Gobe, 2005: jalan di wilayah Jakarta Selatan. Awalnya dia
196-197). Karena itu, iklan ambient media seperti menyangka mobil dengan gambar model iklan
yang dikatakan Juhi Kalia –Executive Creative Sunsilk itu adalah mobil box biasa, tapi ketika
Director Saatchi & Saatchi, kreator iklan ambient melihat gambar rambut itu tersambung ke mobil
media ‘Sunsilk Towtruck’ dan ‘Helping Hand’ saat yang mengikut di belakangnya, dia baru menyadari
masih di JWT-- dengan sebutan ‘deeper connection’ bahwa itu bukan iklan biasa.
merupakan sebuah strategi branding yang tepat “Luar biasa idenya. Saya ngerasain
untuk menciptakan ikatan emosional dengan gimana kuatnya rambut cewek di gambar
konsumen. itu sampe bisa nderek mobil di
Lain lagi pengalaman Monita, mahasiswa belakangnya. Emang sih kayak ga
Universitas Pelita Harapan yang pernah melihat mungkin ada rambut cewek cakep bisa
langsung iklan ambient media TV Plasma Samsung di nderek mobil, tapi waktu itu saya benar-
sepanjang jalan depan Plaza Senayan, Jakarta. benar udah kadung suka duluan
“Awalnya sih aku ngga merhatiin ya. Tapi ngeliatnya, sampe saya ngikutin trus
pas macet, aku liat kok ada yang aneh ya. mobilnya hehe..“ (Wawancara dengan
Tivi tapi bolong gitu. Bener-bener tivi, tapi Gerry di Jakarta, 2 Februari 2009)
layarnya bolong. Hehehe.. aku langsung
cerita ke teman-teman kalo di PS ada Impresi yang diungkapkan Gerry menunjukkan
iklan lucu.” (Wawancara dengan Monita betapa impactful sebuah iklan ambient media.
di Jakarta, 18 Agustus 2009) Kekuatan memengaruhinya itu sampai
mengalahkan logika dari ceritanya. Tampilan
‘Keanehan’ yang disaksikan Monita merupakan visualnya yang tampak real menunjukkan benefit
salah satu kelebihan iklan ambient media yang unik produk seperti drama yang mempesona bagi Gerry
dan mampu menarik perhatian khalayak konsumen. yang tanpa sadar mengikutinya terus.
Tak cuma itu, ‘keanehan’ itu justru menimbulkan Hal tersebut bisa jadi dikarenakan ide iklannya
gema yang panjang di benak Monita serta kesan lahir dari kejadian sehari-hari yang memang connect
yang dalam di hatinya sehingga ia menceritakan dengan kenyataan yang sering dilihat. Seperti diakui
pengalamannya tersebut kepada teman-temannya. Jehan sebelumnya, bahwa ide iklan itu lahir dari
“Aku lama mikir, gila iklan itu keren seringnya ia melihat truk-truk gandeng berseliweran
banget. Smart! Untuk bilang kalo gambar di jalan-jalan Jakarta. Kemudian dia mencoba
tivi yang dihasilkan Samsung itu sangat menghubungkan dengan benefit produk, sehingga
real seperti aslinya, iklannya cukup muncullah iklan tow truck Sunsilk yang telah
dipasang seperti billboard di pinggir jalan, menyihir Gerry tersebut.
dengan visual asli tivinya tapi tengahnya “The braid and the chain looked perfectly
dibolongin. Jadi waktu kita melihatnya ya like each other and the idea of a live
udah pasti kita ngeliat gambar product demonstration was a nice
pemandangan asli di baliknya, apa addition to support the product window
adanya. Aduh sayang waktu itu aku ngga stories of strong hair on main media.”
sempat moto. Padahal itu berkesan (Wawancara dengan Juhi Kalia di Jakarta,
banget buat aku.” (Wawancara dengan 20 Agustus 2009)
Monica di Jakarta, 18 Agustus 2009)
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam bukunya
Gerry, karyawan swasta yang berkantor di Consumer Behavior mengatakan bahwa khalayak
Jakarta Selatan juga memiliki kesan yang dalam konsumen (penerima pesan) mengolah pesan yang
ketika melihat iklan mobil gandeng Sunsilk diterimanya berdasarkan pengalaman-pengalaman

66
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

pribadi dan karakteristik pribadi mereka. (Receivers Kanuk sebagai faktor ‘receiver’s mood’ yang
decode the messages they receive on the basis of memengaruhi proses pengolahan pesan yang
their personal experiences and personal diterima.
characteristics) (Schiffman, 2007: 278). Ketepatan suasana hati (dalam kondisi
Lebih lanjut Schiffman dan Kanuk mengatakan membutuhkan televisi baru) dan konteks
bahwa beberapa faktor yang memengaruhi proses penempatan pesan iklan yang menciptakan suasana
decoding dan comprehension pesan-pesan persuasif tertentu pada akhirnya menimbulkan kepercayaan
konsumen, selain karakteristik personal khalayak, terhadap pesan yang disampaikan. Kalimat seperti
juga keterlibatan terhadap produk atau kategori ‘kena banget’ atau ‘tiba-tiba jadi ingat tayangan-
produk, sinergi pesan dan medium, serta suasana tayangan kekerasan di TV’ dapat dimaknai sebagai
hati khalayak atau penerima pesan (Schiffman, sikap yang ‘berpotensi menimbulkan kepercayaan
2007: 278). langsung’ terhadap pesan yang disampaikan, karena
Gerry telah mengetahui bahwa Sunsilk adalah pesan iklan tersebut adalah mengajak pengunjung
produk perawatan rambut dan dia juga sering untuk sadar atau ingat akan bahaya tayangan
melihat truk gandeng, sehingga ketika ‘keterlibatan kekerasan di televisi.
terhadap produk’ dan ‘sinergi pesan dan Kepercayaan terhadap pesan iklan ambient
medium’terjadi seperti yang dikatakan Jehan bahwa media juga diungkapkan oleh Monita ketika
‘the braid and the chain looked perfectly like each dibandingkan dengan pesan yang sama yang
other and the idea of a live product demonstration’, disampaikan dalam bentuk iklan-iklan lain seperti
maka iklan tersebut menghasilkan impact yang kuat iklan televisi atau iklan cetak.
terhadap khalayak konsumen seperti yang dialami “Pastilah aku lebih percaya ma iklan
oleh Gerry. ambient yang di PS itu, soalnya ada
Dadan, mahasiswa Universitas Padjadjaran interactive experience-nya. Kita benar-
Bandung juga mengalami hal serupa ketika melihat benar merasakan kalo pesan itu nggak
iklan anti-tayangan kekerasan di tv saat sedang bohong, apa adanya seperti yang
berkunjung ke show room Agis Istana Plaza ditampilkan. Tanpa bilang gambarnya
Bandung beberapa tahun lalu. real pun kita udah tahu karena ngeliat
“Ga tau kenapa, waktu itu gue tiba-tiba langsung.” (Wawancara dengan Monita di
jadi ingat banyaknya tayangan-tayangan Jakarta, 18 Agustus 2009)
kriminal di tivi yang pasti sangat ngga
baik buat anak-anak. Kok bisa ya iklannya Dilla juga merasa lebih percaya pada iklan
dipasang di tempat yang kena banget ambient media daripada iklan-iklan konvensional.
gitu hehe.. keren tu iklan, tau aja “Soalnya ambient lebih real. Visualnya
kebiasaan kita.. padahal cuma kertas dibuat nyata dan ditempatkan di tempat
doang yang ditempel, trus bilang beli tivi yang tepat. Menurutku iklan ambient itu
tapi jangan beli risiko nonton tayangan memang clever. Iklannya directly
kekerasan di tivi. Simpel banget, tapi interupted tapi nggak mengganggu.”
ngena.” (Wawancara dengan Dadan di (Wawancara dengan Dilla di Jakarta, 30
Bandung, 8 Maret 2009) Januari 2009)

Dadan merasakan bahwa iklan yang dilihatnya Demikian pula Gerry yang mengaku lebih suka
tersebut langsung memberi efek kesadaran iklan ambient media daripada iklan-iklan
terhadap pesan yang disampaikan, karena konvensional, apalagi jika idenya biasa-biasa saja.
disampaikan tepat (dan tak terduga) saat konsumen “Iklan ambient itu lebih membuat kita
sedang melihat-lihat produk televisi yang akan excited. Kalo soal percaya pesannya, masa’
dibelinya. Hal ini pula yang dikatakan Schiffman dan ngga percaya kalo udah ditunjukin secara

67
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

nyata gimana kuatnya rambut itu nderek wawancara dengan khalayak konsumen.
mobil. Mungkin secara masuk akal terlalu Terbatasnya jumlah konsumen yang berhasil penulis
berlebihan kalo ada rambut bisa nderek wawancarai dikarenakan terbatasnya jumlah iklan
mobil, tapi mungkin aja ya hehe.. tapi kalo ambient media yang ada, sehingga khalayak
benefit produknya sendiri, ehm..dengan konsumen yang pernah berinteraksi langsung
liat iklan itu jadi tahu kalo Sunsilk emang dengan iklan tersebut pun sangat sedikit.
hebat buat nguatin rambut...” (Wawancara Kebanyakan khalayak konsumen yang ditanyakan
dengan Gerry di Jakarta, 2 Februari 2009) tentang pengalamannya melihat iklan ambient
media hanya menjawab pernah melihat di internet
Dengan demikian, terdapat sinergi yang baik atau di media-media cetak, dan hal ini tidak
antara pesan iklan ambient media yang memang memenuhi kriteria untuk dijadikan subyek
sengaja dibuat khusus untuk meraih kepercayaan penulisan.
khalayak dengan respon dan pengalaman khalayak Sinergi pesan yang dibuat dan disampaikan
yang merasakan langsung kebenaran pesan yang kreator iklan ambient media dan pengalaman
disampaikan. khalayak konsumen dapat dilihat pada gambar
Penulis mengategori beberapa topik penting berikut.
yang ditemukan dari hasil wawancara dengan
kreator dan mencocokkannya dengan hasil

Gambar 7. Konfigurasi Hasil Temuan: Sinergi Pesan dan Suasana Pengalaman Khalayak
Konsumen (Sumber: Wijaya, 2009)

68
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

Dari gambaran sinergis tersebut, diketahui sosial (jika iklan layanan masyarakat), serta
bahwa upaya kreator untuk ‘menarik perhatian’ dan tindakan-tindakan positif lainnya. Sikap dan
‘berempati terhadap khalayak konsumen’ dapat tindakan-tindakan ini, jika merujuk pada Attitude
dimaknai sebagai agenda persuasif. Sementara Model merupakan wilayah konatif (conative).
‘kepercayaan terhadap pesan’ merupakan sikap Sementara ‘pemahaman pesan’ dapat dimaknai
yang diharapkan oleh kreator atau komunikator sebagai wilayah kognitif (cognitive) dan
iklan yang kemudian dapat memengaruhi khalayak ‘pembuktian pesan dan pengalaman rasa’
konsumen untuk melakukan tindakan berikutnya merupakan wilayah afektif (affective).
seperti pembelian produk, menyebarkan berita Pengelompokan makna dari kategorisasi
(word of mouth dan publisitas), mencintai dan sinergis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
menyetiai merek, menunjukkan kepedulian dan aksi

Gambar 8. Transformasi pengelompokan makna hasil temuan ke proposisi model


komunikasi iklan ambient media (Sumber: Wijaya, 2009)

Dari hasil analisis di atas, penulis kemudian Secara sederhana, Komunikasi Berasa adalah
merumuskan sebuah model komunikasi yang dapat model komunikasi yang menyinergikan
menggambarkan pola komunikasi iklan ambient penyampaian dan pembuktian pesan melalui
media yang menyinergikan pesan dan suasana pengalaman khalayak terhadap pesan, sehingga
pengalaman khalayak konsumen, yakni Model menimbulkan kepercayaan (trustworthiness) dan
Komunikasi Berasa. kesan mendalam (meaningfulness) terhadap pesan
tersebut. Dengan kata lain, konsep ini menyertakan

69
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

pembuktian sinergis melalui pengalaman atau rasa kebenaran pesan tersebut dengan mengalami,
dalam proses penyampaian pesan. Sehingga ketika melihat, mendengar, atau merasakan langsung.
pesan sampai kepada penerima, pada saat itu pula Pada iklan ambient media, seperti diakui oleh
penerima merasakan atau mengalami kebenaran isi khalayak konsumen, mereka merasakan pesan
pesan tersebut dalam suasana yang mendukung. benar-benar hadir nyata seperti apa adanya,
Penggunaan kata ‘berasa’ dan bukan ‘berbukti’ sehingga mereka cenderung lebih percaya pesan
untuk menyatakan bahwa stimulus yang yang disampaikan iklan ambient media daripada
memengaruhi penerima pesan tidak hanya iklan-iklan konvensional.
menyertakan aspek kognitif tetapi terlebih adalah Bila digambarkan, maka konsep model
aspek afektif. Penerima merasakan (suasana) Komunikasi Berasa adalah sebagai berikut.

Gambar 9. Model Komunikasi Berasa (Sumber: Wijaya, 2009)

Sumber (Pengirim) –dengan tujuan melalui eksplorasi afektif. Hasil dari proses
memengaruhi—mengirimkan pesan sekaligus komunikasi ini adalah kepercayaan Penerima atau
mengantarkan suasana pengalaman atau rasa yang khalayak terhadap Isi pesan.
sinergis dengan makna pesan secara bersamaan, Dalam konteksi komunikasi iklan ambient
yang kemudian diterima oleh Penerima. Dalam media, kreator iklan ambient media sebagai
proses penerimaan pesan dan suasana pencipta dan pengirim pesan (SUMBER) telah
pengalaman/ rasa, Penerima melakukan transaksi memiliki agenda persuasif untuk memengaruhi
makna pesan melalui proses kognitif sekaligus khalayak konsumen dengan eksekusi visual iklan
melakukan proses pembuktian makna pesan yang menarik perhatian, dipasang di tempat yang

70
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

tepat, dan dirancang berdasarkan empati terhadap didengar, diraba, dicium atau dikecap sesuai makna
konsumen dengan membayangkan respon khalayak yang di-encode dalam pesan. Bukti di sini dapat
konsumen saat melihat iklannya. PESAN kemudian secara langsung maupun tidak langsung melalui
dirancang agar mudah dan langsung dipahami medium tertentu. Meskipun bukti melalui media
(dimaknai) oleh khalayak konsumen (PENERIMA), rawan dimanipulasi, namun khalayak dapat
ditunjang simulasi visual yang menghadirkan sensasi memilahnya sendiri mana yang layak dipercaya dan
dan suasana pengalaman/ rasa untuk pembuktian tidak untuk dapat dinikmati makna dan bukti
pesan, sehingga akhirnya menimbulkan pesannya melalui sensasi indrawi. Dengan
kepercayaan terhadap pesan yang dihasilkan. demikian, indikator keberasaan indrawi adalah
Kepercayaan ini kemudian berefek bola salju dalam sensibility dari suatu pesan dan bukti pesan:
bentuk tindakan-tindakan lanjutan seperti word of seberapa nyata pesan dan buktinya dapat dilihat,
mouth, publisitas, pembelian produk, kecintaan dipirsa, didengar, diraba, dicium atau dikecap
terhadap merek, pencoblosan gambar (untuk iklan (tergantung bentuk pesannya), tak terkecuali pesan-
politik), kepedulian sosial (untuk iklan layanan pesan melalui media.
masyarakat), dan lain-lain tergantung tujuan dan Keberasaan Emosional. Melalui pengalaman
jenis iklannya. afektif, khalayak merasakan pesan yang
Hal yang penting untuk dicatat bahwa, semakin disampaikan lebih nyata dan terbukti
sinergis/ selaras dan seketika penyampaian dan kebenarannya. Pengalaman afektif di sini berarti
pembuktian pesan, maka nilai keberasaannya pun respon dan evaluasi positif dari perasaan khalayak
semakin baik. Namun demikian, bukti yang tertunda terhadap pesan dan bukti pesan yang disampaikan.
bukan berarti suatu pesan tak berasa, karena dalam Ada pepatah mengatakan bahwa mulut bisa
situasi komunikasi tertentu, (secara teknis) berdusta, mata bisa menipu, telinga bisa
keseketikaan dan keserentakan pesan dan menyangkal, tapi hati tak pernah bisa berbohong.
pembuktian pesan tidak mudah diwujudkan. Karena Karena itu, kejujuran nuranif yang melibatkan
itu, Model Komunikasi Berasa lebih menekankan perasaan terdalam dan tersensitif pun menjadi
pada sinergitas pesan dan pembuktian pesan, atau faktor penting dalam komunikasi berasa.
pemaknaan dan pengalaman terhadap pesan, Sensitivitas perasaan dalam memaknai pesan dan
konsistensinya, keselarasannya, tinimbang mengalami bukti kebenarannya dibutuhkan agar
keseketikaan dan keserentakan pembuktiannya. energi dan ‘imajinasi’ empatik dapat bekerja
Dengan kata lain, yang penting pesan itu sesuai apa maksimal. Dengan demikian, keberasaan emosional
yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Soal dapat ditilik dari berbagai indikator penting seperti:
presisi keserentakan waktu hanya berpengaruh seberapa kuat perasaan khalayak berelasi positif
pada nilai keberasaan dan efek kepercayaan serta dengan pesan dan bukti pesan yang disampaikan;
meaningfulness-nya yang tentu saja ‘lebih cepat seberapa positif perasaan khalayak dalam menilai
lebih baik’. kenyataan bukti pesan; seberapa jujur nurani
Sementara itu, secara umum faktor-faktor yang khalayak dalam menyuarakan pengakuan atas
mengindikasikan keberasaan suatu pesan dapat kebenaran makna dan bukti pesan; seberapa
ditelisik dari berbagai dimensi, di antaranya: empatik dan sensitif perasaan khalayak dalam
keberasaan indrawi, keberasaan emosional, menempatkan diri sebagai komunikator untuk
keberasaan rasional, keberasaan relevansional, merasakan denyut kesungguhan, kejujuran bahkan
keberasaan benefisial, dan keberasaan sosial. kebohongan yang tersirat dalam pesan dan bukti
Keberasaan Indrawi. Sebuah pesan lebih pesan; seberapa dalam rasa percaya dan keyakinan
berasa kebenarannya ketika disertai bukti ‘fisik’ khalayak terhadap makna dan bukti pesan yang
yang dapat ditangkap melalui pengalaman indrawi disuguhkan.
khalayak. Dengan demikian, maka pesan tersebut Keberasaan Rasional. Sebuah pesan akan lebih
menjadi lebih nyata karena buktinya dapat dilihat, berasa kebenarannya ketika makna pesan tersebut

71
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

masuk akal. Dengan kata lain, apa yang disampaikan akan menjadi kurang berasa pula bagi khalayak,
dan dibuktikan kebenarannya, lebih berasa jika meskipun pengalaman indrawi, afektif dan kognitif
kognisi khalayak mampu menerimanya dengan baik. telah berhasil memberikan bukti nyata. Keberasaan
Dalam hal ini, suatu pesan atau makna yang benefisial di sini termasuk manfaat-manfaat yang
dicangkokkan dalam suatu tindakan komunikatif intangible seperti ketenangan hati, kejelasan dan
harus mampu menghargai dan memperhitungkan kepastian masa depan, kebahagiaan, dan
logika khalayak, karena khalayak tidak pasif (Hall, sebagainya. Jika dikonklusikan, maka indikator
2006; Schiappa, 2006) dan bukan benda mati yang keberasaan benefisial mencakup: manfaat langsung
tak memiliki pikiran untuk menilai suatu pesan layak maupun tidak langsung dari pesan dan bukti pesan
dipercaya atau tidak. Dengan demikian, maka yang disampaikan, manfaat nyata dan tidak nyata
penting untuk memaksimalkan pengalaman kognitif (intangible), dan seberapa solutif pesan dan bukti
khalayak terhadap pesan yang disampaikan agar pesan tersebut menjawab permasalahan khalayak.
pesan tersebut lebih berasa dan menghasilkan efek Keberasaan Sosial. Ketika bukti pesan dirasakan
kepercayaan yang tinggi. Indikator keberasaan dan dialami sama oleh khalayak lain, maka
rasional di antaranya: seberapa logis atau masuk keberasaan pesan tersebut akan semakin kuat.
akal pesan dan bukti pesan yang disampaikan, Pemaknaan dan pengalaman pesan dalam proses
tanda-tanda awal bukti kebenaran pesan, decoding tidak lagi dimiliki secara eksklusif oleh
kerealistisan janji atau klaim dalam pesan dan suatu individu, tapi secara inklusif dan kolektif.
kausalitas prediktif kebenaran pesan. Bahkan, pemaknaan dan pengalaman yang sama
Keberasaan Relevansional. Sebuah pesan, antarsesama komunitas atau khalayak publik ini
seberapa benar pun maknanya dan seberapa nyata tidak saja membuat pesan semakin berasa, tapi juga
pun buktinya, akan menjadi kurang berasa bagi semakin kredibel. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
khalayak jika pesan tersebut tidak relevan dengan indikator keberasaan sosial merujuk pada: seberapa
kepentingan dan kondisi khalayak. Karena itu, inklusif pesan dan bukti pesan dirasakan oleh
makna dan bukti pesan harus sesuai dengan apa khalayak publik atau suatu komunitas, lingkungan
yang khalayak butuhkan, inginkan, harapkan bahkan sosial dan masyarakat secara umum; seberapa
impikan sehingga pesan tersebut akan lebih berasa kerap pesan dan bukti pesan tersebut hadir di
bagi khalayak yang menerimanya. Dengan media sosial dan menjadi subyek wacana publik;
demikian, indikator keberasaan relevansional dapat seberapa besar hasrat sosial yang ditimbulkan oleh
ditelaah dari: seberapa sesuai pesan dan bukti pesan dan bukti pesan sehingga memicu
pesan dengan kebutuhan, keinginan, harapan, penyebarluasan pesan dan bukti pesan tersebut
mimpi dan obsesi khalayak; seberapa mengerti si secara sukarela di kalangan khalayak.
sumber (tercermin pada isi dan bukti pesan) akan
kondisi dan masalah yang sedang dihadapi Simpulan
khalayak, baik secara personal maupun kolektif.
Keberasaan Benefisial. Manusia cenderung Iklan ambient media dapat menjadi salah satu
mengejar keuntungan, manfaat atau benefit untuk bentuk komunikasi pemasaran alternatif yang
mendefinisikan kebahagiaannya. Tak heran, dalam menarik di tengah semakin padatnya pesan-pesan
teori Uses and Gratification, khalayak cenderung komunikasi pemasaran di media-media
mencari dan merespon konten media yang konvensional seperti televisi, radio, suratkabar dan
dianggap menguntungkannya (McQuail, 2010). majalah, billboard, dan lain-lain. Selain memiliki
Komunikasi, walaupun bukan panasea, namun unsur kreativitas yang tinggi sehingga dapat
sering dianggap sebagai solusi berbagai masalah meningkatkan citra sebuah produk atau merek,
(Mulyana, 2007). Karena itu, dalam komunikasi keunikan yang dimiliki iklan ambient media juga
berasa, pesan-pesan yang makna dan buktinya tidak berpotensi lebih cepat menarik perhatian khalayak
atau kurang memberi manfaat atau kurang solutif

72
Bambang Sukma Wijaya, Model Komunikasi Berasa dalam Komunikasi Pemasaran

konsumen dibandingkan bentuk-bentuk iklan out- publikasi luas media-media massa. Karena itu,
of-home (OOH) lainnya. penulis menyarankan untuk “membungkus” setiap
Selain itu, menggunakan model Komunikasi penggunaan iklan ambient media dengan strategi
Berasa, iklan ambient media juga mampu public relation yang tepat untuk mendapatkan efek
menyinergikan proses penyampaian pesan dan bola salju promosi dan publikasi.
pembuktian pesan seketika melalui pengalaman Dikarenakan kajian ini bersifat kualitatif, maka
khalayak konsumen dan suasana yang mendukung, penulis juga menganjurkan adanya penelitian yang
sehingga khalayak konsumen dapat merasakan bersifat kuantitatif, untuk mengetahui efektivitas
langsung kebenaran isi pesan yang disampaikan. Di komunikasi iklan ambient media dari sisi khalayak
tengah semakin menipisnya kepercayaan khalayak konsumen. Penelitian ini telah menghasilkan
konsumen terhadap pesan-pesan dan janji iklan di beberapa variabel penting yang dapat dijadikan
media-media konvensional, maka model acuan untuk mengukur efektivitas maupun
Komunikasi Berasa ini dapat menjadi solusi yang kredibilitas pesan, sehingga diharapkan lebih
efektif dalam meraih kepercayaan khalayak memudahkan para peneliti kuantitatif dalam
konsumen. merencanakan penelitiannya. Penelitian kuantitatif
Kepercayaan tersebut kemudian akan terhadap iklan ambient media juga perlu dilakukan
berdampak pada tindakan komunikasi berikutnya untuk membuktikan lebih jauh mengenai premis-
seperti komunikasi getok tular (word of mouth), premis yang telah dihasilkan dalam kajian ini,
publisitas, serta tindakan yang mengacu pada seberapa jauh sinergi yang dihasilkan, seberapa
tujuan atau agenda persuasif yang menyertai pesan kuat suasana yang dibutuhkan, unsur-unsur apa saja
itu sendiri, seperti pembelian produk, kecintaan yang paling berpengaruh dalam menimbulkan
terhadap merek serta kepedulian nyata atau kepercayaan terhadap pesan, dan sebagainya.
partisipasi aktif dalam kegiatan sosial. Di samping itu, berkaitan dengan konsep
Secara eksplisit, Model Komunikasi Berasa Komunikasi Berasa yang dihasilkan kajian ini, maka
adalah model komunikasi persuasif yang sangat menarik jika model ini pun dikembangkan
menyinergikan penyampaian pesan dan pada penelitian-penelitian di ranah komunikasi lain,
pembuktian pesan seketika melalui pelibatan seperti komunikasi politik, organisasi, korporat,
suasana pengalaman khalayak sehingga tercipta sosial, budaya, dan lain-lain. Hal ini disebabkan
kepercayaan langsung terhadap kebenaran pesan ‘komunikasi dengan pembuktian pesan seketika’
yang disampaikan. Model Komunikasi Berasa juga seperti yang dilansir dalam Model Komunikasi
dapat diterapkan di ranah komunikasi lain untuk Berasa juga dibutuhkan pada bidang-bidang
hal-hal yang bersifat persuasif dan bertujuan meraih komunikasi lain. Setidaknya model komunikasi ini
kepercayaan khalayak/ publik, seperti komunikasi dapat menghindarkan para komunikator dari stigma
politik, komunikasi organisasi, komunikasi NATO atau ‘no action talk only’ yang banyak
antarpribadi, komunikasi sosial, dan lain-lain. melekat pada para komunikator politik, sosial,
Untuk menciptakan iklan ambient media yang agama dan lain-lain. Mengukur atau mengaji
low budget high impact, selain harus memiliki ide fenomena Komunikasi Berasa di bidang-bidang
dan konsep yang kuat, penulis menyarankan kepada tersebut tentu akan bermanfaat dalam
kreator dan praktisi biro iklan untuk memperkaya khasanah ilmu komunikasi.
mempertimbangkan kesederhanaan eksekusi iklan,
di samping ide dan konsepnya itu sendiri harus bisa Daftar Pustaka
melahirkan buzz atau pembicaraan orang banyak
sehingga impact-nya tidak hanya dirasakan oleh Aristantono, Clemens. 2007. “Sudut-sudut Ambient
khalayak konsumen yang melihat langsung, tetapi di Jakarta”. Majalah Cakram Vol. 284
juga mengundang rasa penasaran masyarakat
umum sebagai hasil dari word of mouth dan

73
Journal Communication Spectrum, Vol. 1 No. 1 Februari – Juli 2011

Bainbridge, Jane & James Curtis. 1998. On the McQuail, D. 2010. Mass Communication Theory: An
Ambient Trail. London: Marketing, September Introduction. London: Sage Pub
17, 1998 Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penulisan
Bisnis Indonesia, 7 Maret 2005. “53% Pemirsa Jenuh Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Tonton Iklan di TV” Rosdakarya
Bungin, Burhan. 2008. Penulisan Kualitatif: Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada. Schiappa E. 2008. Beyond Representational
Campbell, Richard, Christopher R. Martin & Bettina Correctedness, Rethinking Criticism of Popular
Fabos. 2006. Media & Culture An Introduction Media. USA: State University of New York Press
to Mass Communication. 5th Edition. Boston, Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie Lazar. 2007.
USA: Bedford Consumer Behaviour (Ninth Edition). New
Cappo, Joe. The Future of Advertising: New Media, Jersey: Pearson Prentice
New Clients, New Consumers in The Post- Schmitt, Bernt H. 1999. Experiential Marketing: How
Television Age. 2003. USA: Crain to Get Customers to SENSE, FEEL, THINK, ACT
Communication (McGraw-Hill Companies) and RELATE to your Company and Brand. USA:
Gobe, Marc. 2005. Emotional Branding. Terj. Bayu The Free Press
Mahendra. Jakarta: Erlangga Shimp, Terence A. 2003. Advertising & Promotion
Hall, Stuart. 2006. ‘Encoding/Decoding’. Dalam: Supplemental Aspect of Integrated Marketing
Meenakshi Gigi Durham & Douglas M. Kellner Communication (Periklanan & Promosi Aspek
(eds). Media and Cultural Studies, Key Works. Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu). 5th
USA: Blackwell. 163-173 Edition. Penerj. Revyani Sjahrial & Dyah
Harris, Richard Jackson. 2004. A Cognitive Anikasari. Jakarta: Erlangga
Psychology of Mass Communication. 4th Edition. Severin, Werner J. & James W. Tankard, Jr. 2007.
New Jersey: LEA Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan
Hendroyono, Handoko. 2007. “The Rise of Ambient di dalam Media Massa. Penerj: Sugeng
Media (Not The Fall of Advertising)”. Majalah Hariyanto. Jakarta: Kencana
Cakram Vol. 284 SWA, 2006. “Mengikat Konsumen dengan
Investor Daily. 10 Maret 2005. “50% Iklan TV Tidak Experiential Marketing” dalam SWA Edisi No.
Ditonton”. 05/XXII/ 1 – 14 Maret 2006
Kotler, Philip. 2005. According to Kotler. Penerj. Wijaya, Bambang Sukma. 2009. Produksi Pesan
Herman Sudrajat. Jakarta: BIP Iklan Ambient Media dalam Konteks Komunikasi
Lindlof, Thomas R. & Bryan C. Taylor. 2002. Berasa: Sebuah Studi Eksploratoris. Tesis
Qualitative Communication Research Methods. Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu
2nd Edition. California, USA: Sage Publications Buana, Jakarta
Luxton, Sandra & Lachlan Drummond. 2000. What is www.ambient-planet.com [24/06/08]
This Thing Called ‘Ambient Advertising’? dalam www.dublin.ie [08/09/08]
Visionary Marketing for the 21st Century: Facing www.indopia.in [05/07/09]
the Challenge. Journal ANZMAC (diakses dari: www.komunikasiana.com [08/08/08]
http://smib.vuw.ac.nz:8081/www/ANZMAC200 www.livemint.com [09/06/09]
0/CDsite/papers/l/Luxton1.PDF [09/08/09]) www.pppi.or.id [03/07/09]
Marketing, 2007. “Jurus-jurus Jitu Mengukur www.proquest.umi.com [05/11/08]
Efektivitas Iklan” dalam Marketing Edisi No. www.proquest.umi.com [05/11/08]
03/VII/Maret/2007 www.rudiirawanto.blogspot.com [07/07/09]
Marketing, 2007. “Membuang Uang Sia-sia?” dalam www.wikipedia.org [09/08/09]
Marketing Edisi No. 03/VII/Maret/2007

74

Anda mungkin juga menyukai