Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fachrie Raihandy

Nim : 1703015085

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA I
“GEOREFERENCING”

I. Pendahuluan

Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat


memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang
dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Disamping itu, SIG juga
dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang
akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Sistem
Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog),
dan sistem otomatis yang berbasis digital computer (Bafdal dkk, 2011).

Sistem informasi geografis (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari


perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan mengupdate,
memenipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang
bereferensi geografis. Banyaknya pemahaman tenteng informasi geografis yang
ada tergantung dari segi mana sistem informasi geografis itu dilihat. Di pengertian
lain, sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk
bekerja dengan data yang terinferensi secara spasial atau koordinat geografi.
Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus
dalam menangani data yang terinferensi secara spasial, selain merupakan
sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap data tersebut (Widyawati,
2014).

Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan
data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan
adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang
berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data
atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai
objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu
dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan
kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x, y yang menunjukkan lokasi suatu
obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain.
Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan
memanjang seperti sungai, jalan, kontur dan lain-lain. Sedangkan area adalah
kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen,
misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya
(Poerbaningtyas, 2011).

Data atribut (aspasial) adalah gambaran data yang terdiri atas informasi
yang relevan terhadap suatu lokasi, dengan maksud memberikan identifikasi pada
lokasi tersebut. Data atribut merupakan data yang berupa penjelasan dari setiap
fenomena yang terdapat di permukaan bumi. Data atribut berfungsi untuk
menggambarkan gejala topografi karena memiliki aspek deskriptif dan kualitatif.
Oleh karena itu, data atribut sangat penting dalam menjelaskan seluruh objek
geografi. Contohnya, atribut kualitas tanah terdiri atas status kepemilikian lahan,
luas lahan, tingkat kesuburan tanah dan kandungan mineral dalam tanah (Saputra,
2011).

II. Tujuan

Praktikum yang berjudul “Georerfencing” ini bertujuan agar mahasiswa


memahami bagaimana mendapatkan informasi terkait koordinat dan proyeksi.

III. Metodologi dan Pembahasan

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum GIS ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Oktober 2019


pukul 13.00 – 14.40 WITA. Praktikum ini bertempat di Laboratorium
Kartografi dan SIG Gedung OECF Fakultas Pertanian Universitas
Mulawarman Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan

 Laptop / PC
 Alat Tulis
 Aplikasi ArcGIS
 Peta rupa bumi Indonesia 1:50.000 Air Putih

3.3 Metode

1. Buka file ArcGIS lalu cari dan buka ArcMap 10.2.2


2. Setelah itu klik add data lalu klik file 191541_airputih.JPG dan add file
tersebut

3. Data akan ditampilkan dilayer objek point


4. Dilanjutkan dengan add control point untuk mengkoordinat titik peta
dan menginput x dan y. Proses ini bertujuan untuk memberikan
informasi posisi sumber data tersebut pada permukaan bumi sesuai
dengan koordinat, proses ini disebut georeferensi.

5. Buat 4 titik potong kiri kanan atas bawah sehingga berbentuk persegi
pada peta tersebut dan menginput data Bujur (x) dan Lintang (y), untuk
menginput data dilihat kordinat pada garis garis yang tergambar pada
peta. Peta ini menggunakan satuan menit busur, maka di konversi dulu
ke derajat decimal dengan acuan persamaan 1° = 60 menit busur. Pada
kasus peta yang digunakan kali ini nilai yang berjejer secara horizontal
merupakan kordinat berdasarkan Bujur Timur dan nilai yang berjejer
secara bertikal merupakan kordinat berdasarkan Lintang Selatan.

No Bujur (x) Lintang (y)


1 117.016 -0.266
2 117.23 -0.483
3 117.23 -0.266
4 117.016 -0.483
6. Untuk melihat akurasi georeferencing, klik view link table dan lihat
total RMS Error yang didapat sebesar 1,89509e-005

7. Dilanjutkan mengubah format file menjadi Tiff dengan cara klik


georeferencing lalu recitify, pilih folder dan ubah format file menjadi
Tiff lalu klik add dilanjutkan save
8. Setelah itu dilanjutkan dengan klik geoprocessing > ArcToolbox > Data
Management Tool > Projections and Transformations > Raster > Define
Projection > Input Dataset setelah itu Input Coordinate System >
Geographic Coordinate System > Word > WGS 1984 > Ok
9. Klik OK dan selesai

3.4 Pembahasan

Pada praktikum ini kami diberikan peta rupa bumi 1:50.000 Air Putih
dalam bentuk (.JPG). Menggunakan aplikasi ArcGIS dengan membuka ArcMap
10.2.2 untuk mengetahui georeferensinya. Untuk mengetahui georeferensi
diperlukan menetapkan empat titik koordinat yaitu kiri atas (1), bawah kanan (2),
atas kanan (3), dan kiri bawah (4) , keempat titik ini dibuat dengan mengklik add
control point lalu mengisi data x dan y sesuai urutan dan sesuai titik koordinatnya.
Setelah mengisi titik koordinat maka untuk melihat akurasi georeferencing, klik
view link table dan lihat total RMS Error, total RMS Error yang saya dapat sebesar
1,89509e-005. Nilai RMS Error merupakan nilai kemelencengan peletakan point
pada peta. Semakin kecil nilai RMS maka semakin akurat sang pemberi titik dan
semakin tinggi presisi koordinat peta yang diolah.

Setelah mendapatkan nilai RMS Error maka dilanjutkan dengan mengubah


format file yang awalnya .JPG menjadi .TIFF dengan cara klik georeferencing lalu
recitify, lalu pilih folder dan ubah format file menjadi TIFF lalu klik add
dilanjutkan save file tersebut. Lalu Setelah itu dilanjutkan dengan klik
geoprocessing > ArcToolbox > Data Management Tool > Projections and
Transformations > Raster > Define Projection, lalu Input Dataset dimana ingin
menaruh file tersebut dan setelah itu Input Coordinate System dengan pilih
Geographic Coordinate System > Word > WGS 1984 dilanjutkan klik OK dan
selesai.
Daftar Pustaka

Bafdal, N., Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2012.


Petunjuk Praktikum Sistem Informasi Geografis. Jurusan TMIP FTIP
Unpad. Bandung.

Widyawati, Sri. 2014. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi


Geografis Komoditas Hortikultura Berbasis Web pada Dinas Pertanian Kab
upaten Probolinggo. J. Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik. Vol 4(2).

Saputra, Ragil. 2011. Sistem Informasi Geografis Pencarian Rute Optimum


Obyek Wisata Kota Yogyakarta dengan Algoritma Floyd-
Warshall. J. Matematika. Vol 14(1)

Anda mungkin juga menyukai