Anda di halaman 1dari 10

HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DAN FISKUS

Diajukan sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Pajak dan Komersial
Dosen Pengampu : Arini Wildaniyati, S.E., M.SA.

Disusun Oleh:

Ramdoni Khairul T 1723010002


Miftahul Rifa’i 1723010003
Pratama Pahartiko 1723010011
Khamdan Rohim 1723010019
Aulia Rachman N.M 1723010026
Yusuf Fatah P 1723010031
Kurniawan Yogi S 1723010037

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-NYA, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini memuat tentang “HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DAN
FISKUS”. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang apa yang dibahas.

Makalah ini pasti tidak lepas dari kesalahan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Madiun, 3 April 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
B. HAK WAJIB PAJAK
C. HAK FISKUS
D. KEWAJIBAN FISKUS
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Kemudian definisi tersebut disempurnakan menjadi, Pajak merupakan
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan
utama untuk membiayai public investment. ( Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.)
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan
berperan serta secara langsung dan bersama–sama dalam melakasanakan kewajiban
perpajakan. Membayar pajak bukanlah kewajiban saja tetapi hak dari setiap warga
negara untuk ikut berpartisipasi untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional
berdarsarkan undang-undang perpajakan.
B. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis mempunyai tujuan agar munculnya
kesadaran pada masyarakat akan manfaat membayar pajak. Selain itu juga agar
masyarakat paham tentang hak-hak serta kewajiban yang diperoleh sebagai pembayar
pajak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian wajib pajak dan fiskus (aparatur pajak)
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib
pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.
Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas
pendapatan tidak kena pajak. Di indonesia setiap orang pribadi wajib mendaftarkan diri
dan mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP).
Fiskus atau aparatur pajak atau pejaba pajak adalah orang atau badan yag bertugas
untuk melakukan pemungutan pajak atau iuran kepada wajib pajak.
Pejabat pajak berwenang adalah Direktur Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai, Gubernur, Bupati/ Walikota, atau pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
B. Kewajiban dan hak wajib pajak
Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah sebagai
berikut :
1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak
Setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi
persyaratkan subjektif dan objektif. Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib
mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP dengan mengisi formulir pendaftaran dan
melampirkan persyaratan administrasi yang diperlukan, atau dapat pula mendaftarkan
diri secara on-line melalui e-register.
2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak
Setiap wajib pajak yang mempunyai usaha dimana wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak. Bagi Pengusaha yang telah memiliki NPWP, wajib dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh KPP atau KP2KP apabila telah memenuhi
persyaratan tertentu. Syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah pengusaha orang
pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena
pajak dengan jumlah peredaran bruto/penerimaan bruto (omzet) melebihi
Rp600.000.000,- setahun. Pengusaha yang tidak memenuhi persyaratan, dapat juga
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
3. Mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Dalam pengisian SPT harus dengan benar, lengkap dan jelas semua yang dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah berdasarkan peraturan Menteri Keuangan, serta menandatangani dan
menyampaikan dalam bahasa Indonesia ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tampat
Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
4. Membayar atau menyetor pajak
Wajib pajak wajib membayar atau menyetor pajak terutang dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui kantor pos, bank Badan Usaha Milik
Negara atau bank Badan Milik Daerah atau tempat pembayaraan yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
5. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan diwajibkan melakukan pembukuan, sementara
pencatatan dilakukan oleh WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dan WP orang
Pribadi yang tidak melakukan kegiata usaha atau pekerjaan bebas (pekerja lepas).
6. Kewajiban menaati pemeriksa pajak
Wajib pajak tentunya wajib menaati ketentuan pemeriksa pajak misalnya
memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan dan dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang teritang
pajak serta memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang di
pandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan dan atau
Memberikan keterangan lain yang diperlukan.
7. Kewajiban melakukan pemotongan dan pemungutan pajak
Pemotongan atau pemungutan pajak ini dilakukan WP terhadap pihak lain dalam
rangka melaksanakan perintah UU PPh seperti pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 24
pasal 26 dan UU PPN. Pajak yang telah dipotong atau dipngut tersebut harus
disetorkan ke kas negara melalui bank.
8. Kewajiban membuat faktur pajak
Setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib membuat faktur pajak untuk setiap
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak(JKP).
9. Kewajiban melunasi Bea Materai
Dalam UU Bea Materai No. 13 Tahun 1985 disebutkan bahwa Bea Materai
merupakan pajak yang dikenakan atas dokumen.

Hak-hak Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah sebagai
berikut :
1. Hak Mengajukan keberatan
Apabila WP merasa tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang diterbitkan atau
pemotongan atau pemungtan pajak yang dilakukan oleh pihak ketiga, WP dapat
mengajukan upaya hukum keberatan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat,
tanggal pemotongan atau pemugutan.
2. Hak Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Batas waktu penyampaian SPT tahuna Pajak Penghasilan untuk paling lama 3 (tiga)
bulan setelah akhir tahun pajak dan penyampaian SPT Masa paling lama 20 hari
setelah akhir masa pajak. Batas waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama 6
bulan dengan cara menyampaikan permohonan secara tertulis atau dengan cara lain
kepada Direktur Jenderal Pajak.
3. Hak membetulkan Surat Pemberitahuan
Apabila dalam penyampaianSPT terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pengisian,
WP dberikan kesempatan membetulkan dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
4. Hak mengajukan keberatan atau permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak atas
suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga tidak berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
5. Hak mengajukan banding
Apabila WP sudah mendapkan keputusan atau upaya keberatan yang diajukan kepada
kantor pajak dan merasa keputusan tersebut tidak memuaskan, maka WP dapat
mengajukan hukum banding ke pengadilan pajak sesuai dengan ketentuan pasal 27
UU KUP.
6. Hak memperoleh imbalan bunga
Wajib pajak memperoleh imbalan bunga berdasarkan pasal 27A UU KUP apabila
pegajuna keberatan atau banding diterima sebagian atau seluruhnya, sepanjang pajak
utang dalam SKPKB atau SKPKBT telah dinayar dan menyebabkan kelebihan
pembayaran maka pembayaran tersebut dikembalikan dengan tambahan imbalan
bungan 2% sebulan untuk masa 24 bulan terhitung tanggal pembayaran sehingga
menyebabkan diterbitkannya keputusan keberatan/banding.
7. Hak kerahasiaan WP
Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala
sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam
rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Disamping itu pihak lain yang melakukan
tugas di bidang perpajakan juga dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak,
termasuk tenaga ahli, sepert ahli bahasa, akuntan, pengacara yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak untuk membantu pelaksanaan undang-undang perpajakan.
Adapun kerahasiaan Wajib Pajak antara lain : a) Surat Pemberitahuan, laporan
keuangan, dan dokumen lainnya yang dilaporkan oleh Wajib Pajak; b) Data dari pihak
ketiga yang bersifat rahasia; c) Dokumen atau rahasia Wajib Pajak lainnya sesuai
ketentuan perpajakan yang berlaku. Namun demikian dalam rangka penyidikan,
penuntutan atau dalam rangka kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya,
keterangan atau bukti tertuils dari atau tentang Wajib Pajak dapat diberikan atau
diperlihatkan kepada pihak tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
8. Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak
Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
menunda pembayaran pajak.
9. Hak untuk penundaan pelaporan SPT Tahunan
Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat menyampaikan perpanjangan
penyampaian SPT Tahunan baik PPh Badan maupun PPh Orang Pribadi.
10. Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah
Dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana
pinjaman luar negeri PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh
kontraktor, konsultan dan supplier utama ditanggung oleh pemerintah.
C. Hak dan kewajiban fiskus
Hak-hak fiskus yang diatur dalam UU perpajakan adalah sebagai berikut:
1. Hak Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau melakukan
Pengukuhan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) secara jabatan.
2. Hak menerbitkan surat tagihan/ketetapan pajak.
3. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan.
Pemeriksaan dalam menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dalam psal 29 UU KUP. Sementara penyegelan dilakukan
fiskus terhadap ruangan atau tempat tertentu apabila WP tidak memenuhi
kewajibannya yaitu memberikan kesempatan pemeriksa pajak memasuki tempat
atau ruangan yang dipandang perlu guna kelancaran pemeriksaan.
4. Hak melakukan penyidikan.
Penyidikan terhadap WP dapat dilakukan oleh Pejabat Negeri Sipil (PPNS)
tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang memberi wewenang khusus
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana
diatur dalam pasal 44 UU KUP.
5. Hak menerbitkan surat paksa dan melaksanakan penyitaan.
Dalam hal ini WP tidak melunasi utang pajak sebagaimana ditentukan dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar setelah jatuh tempo pembayaran, maka fiskus
mempunyai hak untuk menerbitkan Surat Paksa agar WP dalam kurun waktu yang
ditentukan yaitu 2x24 jam harus melunasi utang pajaknya.
6. Hak mengurangi atau menghapus sanksi administrasi.
Dalam praktik penerbitan Surat Ketetapan Pajak tentu akan terjadi ketidaktelitian
petugas pajak yang dapat membebani WP yang tidak bersalah atau tidak
memahami peraturan perpajakan.
7. Hak melakukan pencegahan.
Hak melakukan penyanderaan terhada WP untuk pergi ke luar negeri didasarkan
pada ketentuan pasal 29 UU KUP tentang pajak dengan surat paksa. Pencegahan
dilakukan apabila WP atau Penanggung Pajak mempunyai utang sekurang-
kurangnya Rp.100.000.000,- dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang
pajaknya.
Kewajiban fiskus yang diatur dalam UU perpajakan adalah sebagai berikut:
1. kewajiban membina WP.
Kewajiban fiskus dalam membina WP merupakan suatu kewajiban yang sangat
penting sekalipun sistem perpajakan yang dipakai sekarang adalah self-
assemssment. Banyaknya penerimaan pajak antara lain juga ditentukan melalui
pembinaan yang dilakukan oleh fiskus. Pembinaan dapat dilakukan dengan
pemberian penyuluhan ketentuan pajak baru melalui media masa ataupun
langsung kepada masyarakat.
2. kewajiban menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar
dalam pemeriksaan berdasarkan permohonan WP atas adanya kelebihan
pembayaran pajak dan fiskus telah melakukan pemeriksaan atas permohonan
tersebut, maka sepanjang proses pemeriksaan menghasilkan adanya kelebihan
bayar fiskus wajib menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar paling lambat 12
bulan sejak permohonan diterima kantor pajak.
3. kewajiban merahasiakan data WP.
Setiap petugas pajak dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP kepada pihak lain
atas segala sesuatu yang menyangkut masalah data perpajakan karena data yang
disampaikan WP kepada fiskus bertalian erat dengan masalah perusahaan,
penghasilan, kekayaan, pekerjaan, dan data-data lainnya yang tidak boleh
diketahui pihak lain.
4. kewajiban melaksanakan putusan
putusan pengadilan pajak harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum. Putusan dapat langsung dilaksanakan dengan tidak memerlukan lagi
keputusan pejabat berwenang kecuali peraturan perundang-undangan mengatur
lain. Salinan putusan atau salinan penetapan akan dikirim kepada para pihak
dalam jangka waktu 30 hari atau 7 hari sejak tanggal putusan dari pengadilan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
H. Bohari, SH., M.S., 2002. Pengantar Hukum Pajak, Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada,.
Drs. C.S.T Kansil, 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka.
Pandiangan, Liberti. 2002. Undang-Undang Perpajakan Indonesia, Bandung : Erlangga,

Anda mungkin juga menyukai