Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun sebagai bentuk tanggung
jawab mahasiswa dalam memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pengembangan
Wilayah – Pasca Sarjana jurusan Manajemen Rekayasa Infrastruktur.
Penyusunan makalah ini kami mendapatkan banyak bantuan dari berbagai
pihak. Maka, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2. Dr. Agus Dharma, selaku Dosen Pengajar
3. Orang Tua Penulis dan Semua pihak yang telah membantu penulis menyusun
makalah ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan tugas
akhir ini, namun penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis mengharapkan koreksi, kritik, dan saran dari pembaca sebagai masukkan
untuk penyusunan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan penulis serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para
pembaca yang hendak menyusun makalah berikutnya.
(Amsor Chairuddin)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................1
1.2 TUJUAN ............................................................................................2
1.3 METODE PENELITIAN ..................................................................2
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah Pengembangan Wilayah Kota Cirebon
Melalui Peningkatan Infrastruktur Pelabuhan Cirebon adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui profil umum, kependudukan, profil sosial dan ekonomi di Kota
Cirebon
2. Mengetahui profil Pelabuhan Cirebon
3. Mengetahui strategi dan dampak peningkatan insfrastruktur pelabuhan
dalam pengembangan wilayah di Kota Cirebon.
2
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang terjadi pada potensi pengembangan wilayah Kota
Cirebon yang memiliki lokasi geografis laut strategis tetapi pelabuhan laut yang ada
belum dapat dimaksimalkan potensinya.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan pengumpulan dan mempelajari peraturan
peraturan, pedoman yang berlaku, publikasi seperti jurnal ilmiah, textbook, surat
kabar, media daring, proceeding seminar/kolokium dan lain-lain terkait dengan
analisa. Termasuk juga mempelajari studi terdahulu yang dapat menunjang analisa.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data statistik yang
diperlukan untuk mengetahui pembangunan wilayah. Berdasarkan sumber datanya
yaitu data primer dan data sekunder. Data yang dipakai dalam penyusunan makalah
ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), berbagai laporan yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang, publikasi (textbooks, jurnal ilmiah dan sejenisnya)
termasuk laporan studi terkait lainnya.
4. Profil Kota Cirebon
Profil Provinsi Papua didapat dengan menjelaskan secara umum kondisi
pemerintahan dan wilayah di Kota Cirebon
5. Profil Pelabuhan Cirebon
Profil Provinsi Papua didapat dengan menjelaskan secara umum kondisi
sarana dan prasarana, data teknis dan non teknis pada Pelabuhan Cirebon
6. Implikasi
Hubungan dan pengaruh peningkatan infrastruktur Pelabuhan Cirebon
terhadap pengembangan wilayah di Kota Cirebon, ditinjau dari aspek Ekonomi,
Sosial, dan Budaya.
7. Penarikan Kesimpulan dan Saran
3
BAB 2
KAJIAN TEORI
4
tersebut. Sedangkan Pembangunan ekonomi (economic development) adalah suatu
proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerantaan pemerataan pendapatan bagi
penduduk di suatu negara. Pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh
komponen- komponen tertentu seperti (Friedman and Allonso, 2008): sumber daya
lokal, Pasar, tenaga kerja, investasi, kemampuan pemerintah, transportasi dan
komunikasi, serta teknologi.
5
2.3 PELABUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
Kesenjangan antar wilayah dapat diatasi salah satunya dengan mendorong
pengembangan transportasi. Transportasi yang dikembangkan dapat berupa
transportasi darat berbasis jalan dan rel, transportasi laut, serta transportasi udara.
Transportasi laut memegang peranan penting dalam transportasi bahkan sebelum
ada jaringan jalan karena dengan biaya yang relatif lebih murah sudah dapat
menunjang perdagangan dan lalu lintas muatan. Sarana utama yang paling penting
bagi transportasi laut adalah pelabuhan. Pelabuhan dapat digunakan sebagai tempat
kapal bersandar dan melakukan bongkar muat barang atau orang lalu
didistribusikan ke daerah lain melalui transportasi darat.
Suranto (2004), mengatakan pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik-turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang
yang dilengkapi dengan faslitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan dan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Menurut R. Bintarto (1968), dalam pengembangan bidang ekonomi,
pelabuhan memiliki beberapa fungsi yang sama-sama dapat meningkatkan ekonomi
suatu negara. Pelabuhan bukan hanya digunakan sebagai tempat merapat bagi
sebuah kapal melainkan juga dapat berfungsi untuk tempat penyimpanan stok
barang, seperti contohnya sebagai tempat penyimpanan cadangan minyak dan peti
kemas (container), karena biasanya selain sebagai prasarana transportasi manusia
pelabuhan juga kerap menjadi prasarana transportasi untuk barang – barang.
Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan penanganan (handling) Petikemas di
Pelabuhan, yang terdiri dari:
1. Mengambil Petikemas dari Kapal dan meletakkannya di bawah portal
gantry crane
2. Mengambil dari Kapal dan langsung meletakkannya di atas bak truk/trailer
yang sudah siap dibawah portal gantry, yang akan segera mengangkutnya
keluar Pelabuhan
3. Memindahkan Petikemas dari suatu tempat penumpukan untuk ditumpuk
ditempat lainnya diatas Container yard yang sama.
4. Melakukan shifting Petikemas, karena Petikemas yang berada ditumpukan
bawah akan diambil sehingga Petikemas yang menindihnya harus
dipindahkan terlebih dahulu.
5. Mengumpulkan (mempersatukan) beberapa Petikemas dari satu shipment
ke satu lokasi penumpukan (tadinya terpencar pada beberapa lokasi /
kapling.
6
Indonesia sebagai negara dengan garis pantai sepanjang sekitar 81.000
kilometer dan 17.504 pulau memiliki potensi pemanfaaat jalur transportasi laut
yang sangat tinggi. Begitu berpengaruhnya pelabuhan sebagai pemantik
pengembangan wilayah, kota-kota besar di Indonesia juga berkembang pesat
diawali karena adanya pelabuhan di Kota tersebut. Sebagai contoh nyata adalah
DKI Jakarta, Surabaya, Semarang, Cirebon, hingga Jayapura. Transportasi laut jika
dibandingkan dengan moda transportasi lainnya memiliki efesiensi yang tinggi dari
segi kapasitas, biaya, dan ramah lingkungan.
7
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Tabel 3.1 Jumlah Kelurahan, RW, dan RT Menurut Kecamatan
di Kota Cirebon
Luas
No. Kecamatan Kelurahan RW RT
Wilayah
1 Harjamuktu 17.615 5 76 454
2 Lemahwungkuk 6.507 4 42 232
3 Pekalipan 1.561 4 39 189
4 Kesambi 8.059 5 55 307
5 Kejaksaan 3.616 4 35 183
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2019.
4.2.1 Demografi
Jumlah Penduduk Kota Cirebon Tahun 2018 Sesuai Keputusan Walikota
Cirebon Nomor 470/Kep.68.DISDUKCAPIL/2019 berdasarkan database
kependudukan per kelurahan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
sebagai data dasar kependudukan Kota Cirebon, jumlah penduduk Kota Cirebon
per tanggal 31 Desember 2018 adalah 337.586 jiwa. Jumlah penduduk tersebut
terdiri dari 169.139 laki-laki dan 168.447 perempuan yang menempati wilayah
Kota Cirebon seluas 37,358 km2, sehingga tingkat kepadatan penduduk di Kota
Cirebon adalah sebanyak 79,11 jiwa/km2.
Tabel 3.2 Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Cirebon Tahun 2018
Kecamatan Luas Jumlah Jumlah Kepadatan
Wilayah Kelurahan Penduduk Penduduk
2
(km ) (Jiwa) (Jiwa/km2)
Harjamukti 17.615 5 120.486 6,83
Lemahwungkuk 6.507 4 59.136 9,08
Pekalipan 1.561 4 31.680 20,29
Kesambi 8.059 5 77.322 9,59
Kejaksaan 3.616 4 48.962 33,32
Jumlah 37.358 22 337.586 79,11
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2019.
9
4.2.2 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai PDRB Kota Cirebon berdasarkan harga konstan 2010 (ADHK 2010)
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. PDRB ADHK pada tahun 2017 tercatat
sebesar Rp14,88 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp14,06 triliun.
Secara kumulatif peningkatan PDRB ADHK 2010 dari tahun 2013 ke tahun 2017
mencapai Rp3,02 triliun rupiah. Angka PDRB dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan dengan berbagai variasi. Hal ini dapat dimaklumi karena ada kebijakan-
kebijakan yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi
perekonomian yang ada. Laju pertumbuhan ekonomi dalam 5 (lima) tahun terakhir
terus menunjukan peningkatan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 mencapai
4,90 persen dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 5,79 persen.
Indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya
adalah pendapatan per kapita. Nilai Pendapatan per kapita diperoleh dari
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk
pada pertengahan tahun. Selengkapnya, pendapatan per kapita dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa PDRB per Kapita Kota Cirebon terus
mengalami kenaikan selama kurun waktu tahun 2013-2017. Pada tahun 2013
mencapai 45,11 juta rupiah dan angka ini terus meningkat menjadi 49,37 juta rupiah
tahun 2014, pada tahun 2015 tumbuh menjadi 54,32 juta rupiah, pada tahun 2016
tumbuh menjadi 58,37 juta rupiah dan pada tahun 2017 tumbuh menjadi 63,00 juta
rupiah. Pertumbuhan PDRB kota Cirebon mengalami peningkatan sebesar 4,63
persen pada tahun 2017.
10
Penggunaan lahan sebagai Kawasan Strategis Kota dengan sudut
kepentingan ekonomi meliputi:
1. Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Sekitaran
Gunung Sari, Jalan Cipto Mangunkusumo, dan Ciremai Raya;
2. Kawasan Strategis Kota dengan sudut kepentingan sosial budaya meliputi:
Keraton Cirebon, Gua Sunyaragi, Majasem dan Argasunya-Kalijaga.
11
Gambar 3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cirebon
Sumber: Bappeda Kota Cirebon, 2019.
12
4.2 PROFIL PELABUHAN CIREBON
Pelabuhan Cirebon merupakan pintu gerbang kegiatan usaha bagi
hinterland yang luas, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah di lintasan jalur
jalan raya dan rel kereta api ke seluruh kota di Pulau Jawa merupakan keuntungan
utama bagi pelabuhan Cirebon. Secara administratif Pelabuhan Cirebon masuk ke
dalam wilayah Kota Cirebon letaknya berada pada: 06°42'55,6" Lintang Selatan;
108°34'13,89" Bujur Timur dengan luas lahan pelabuhan 51 Ha. Pelabuhan Cirebon
dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, baik dari arah Jakarta, Provinsi
Jawa Barat maupun dari Jawa Tengah. Kemudahan ini mendukung kelancaran
distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon. Pelabuhan Cirebon didukung oleh
kedalaman kolam -7 meter LWS. Sedangkan kapal yang memiliki draft diatas 7
meter dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 10 km lepas pantai.
Keberadaan Pelabuhan Cirebon dipandang sebagai salahsatu fasilitas yang
sangat strategis karena hanya satu-satunya di wilayah pantai Utara khususnya Jawa
Barat bagian timur. Diharapkan dengan berkembangnya Pelabuhan Cirebon pelaku
industri bias memangkas biaya Rp 2,5-3,0 juta per kontainer jika tak harus
mengapalkan produk mereka lewat Tanjung Priok dengan rata-rata ekspor 1.200
kontainer per bulan, pelaku industry rotan Cirebon saja bisa menghemat biaya
transportasi sampai Rp 3,6 miliar per bulan atau Rp 43,2 miliar per tahun.
13
4.2.1 Gambaran Umum Kondisi Eksisting Pelabuhan
1. Status Pelabuhan
Status Pelabuhan Cirebon sendiri adalah Pelabuhan Pengumpul sesuai
dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Berdasaran "Keputusan
Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan No. 58 tahun
1988 dan Nomor: KP 25/AL 108/PHB-88 tentang Batas-batas Daerah
Lingkungan Kerja dan Derah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
Cirebon", menetapkan, bahwa Pelabuhan Cirebon mempunyai luas 51 ha
Daerah Lingkungan Kerja dan 25 ha Daerah Lingkungan Kepentingan, serta
perairan Pelabuhan seluas 8.410,91 ha. Pelabuhan Cirebon didukung oleh
kedalaman kolam sampai -6,5 m LWS. Sedangkan kapal yang memiliki
draft lebih dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 5 - 10 km lepas
pantai.
2. Hinterland Pelabuhan
Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran
rendah dan sebagian kecil merupakan wilayah perbukitan yang berada di
wilayah selatan kota. Kondisi wilayah kota yang sebagian besar berupa
dataran rendah menjadi kendala tersendiri karena kecepatan aliran air hujan
yang terbuang ke laut menjadi lambat dan sangat berpotensi menimbulkan
genangan banjir di beberapa tempat. Namun kondisi lahan yang relative
datar dapat mendukung bagi perkembangan kota dan peningkatan
infrastruktur kewilayahan, seperti misalnya pengembangan jalan poros,
pengembangan terminal peti kemas. Selain itu juga posisi geografis yang
strategis (akses ke Jakarta dan Bandung serta akses ke Semarang dan
Yogyakarta).
4. Kondisi Bathymetri
Kondisi Batimetri di alur Pelabuhan Cirebon cukup landai, sehingga untuk
kepentingan alur pelayaran sangat tidak menguntungkan karena hanya kapal
dengan draft dangkal yang dapat merapat menuju dermaga.
14
5. Kondisi Topografi
Wilayah kegiatan kepelabuhan secara geologi mempunyai litologi endapan
alluvial pantai yang terdiri dari perselang-selingan endapan lempung dan
pasir serta merupakan alluvial dasar laut perairan dangkal. Keadaan bentang
alam di lokasi Pelabuhan Cirebon ditandai dengan kemiringan kurang dari
2%. Satuan bentang alam didaerah ini merupakan satuan bentang alam
dataran pantai. Ketinggian dataran di lokasi Pelabuhan Cirebon berkisar
antara 1-2 m diatas permukaan laut. Kemudian keadaan dataran pantai ini
ditandai dengan kelandaian yang jauh menjorok ke laut, yaitu sekitar jarak
1.000 m dari garis pantai.
15
4.3 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA CIREBON
DENGAN PENINGKATAN INFRASTRUKTUR PELABUHAN
CIREBON
16
7. Melayani Angkutan petikemas sekitar 300.000 teus/tahun atau angkutan
lain yang setara;
8. Memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu)
tambatan, peralatan bongkar muat petikemas/curah/general cargo serta
lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai.
9. Berperan sebagai pusat distribusi peti kemas/curah/general
cargo/penumpang ditingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas
internasional;
17
dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan sarana bongkar muat barang dan naik
turunnya penumpang, empat terminal tersebut adalah Terminal Penumpang,
Terminal Peti Kemas, Terminal Curah Kering, dan Terminal Multipurpose. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan sedikit perubahan tata kelola dalam
pelaksanaan bongkar muatnya, kebutuhan terminal yang ada tidak dipisahkan
dengan jelas pada peruntukan dermaga dan daerah yang ada di belakangnya. Akan
tetapi dibuat lebih fleksibel dengan merencanakan dermaga yang ada menjadi
dermaga multipurpose termasuk di dalamnya adalah dermaga curah cair, alih fungsi
dock yard yang ada menjadi terminal penumpang, yang lain seperti peti kemas,
curah kering dan relokasi dock yard memanfaatkan penambahan lahan darat dengan
reklamasi laut.
18
Pada 1897 sampai 1899 dibangun jalan trem dari Semarang menuju Cirebon
berdasarkan konsesi yang diperoleh sejak 1893. Rute tersebut melalui beberapa
pabrik gula di sepanjang Cirebon-Semarang, seperti pabrik gula Soerawinangoeng,
Gempol, Paroeng Djaya, Djatiwangie, dan Kadipaten. Dari sana gula diangkut
menuju pelabuhan Muara Jati di Cirebon, melewati gudang-gudang SCS yang ada
di area Stasiun Cheribon SCS (Prujakan lama). Dari pelabuhan, gula diekspor ke
luar negeri atau ke wilayah lain di Hindia Belanda. Stasiun Cheribon SCS dibangun
pada 1897. Dalam rangka mengantisipasi jumlah orderan yang terus meningkat
setiap tahun, direksi SCS mulai mempertimbangkan perluasan stasiun untuk
memisahkan pelayanan penumpang dan barang. Apalagi ketika eksploitasi
perusahaan kereta api negara Staatspoorwegen (SS) sudah menjangkau Cirebon
pada 1911, para direksi juga harus memikirkan kenyamanan penumpang. Saat ini
truk-truk besar mengangkut barang dari Pelabuhan Cirebon mengakibatkan
kemacetan dan polusi udara yang cukup signifikan di daerah Pelabuhan. Re-aktifasi
jalur kereta api di Pelabuhan Cirebon diharapkan dapat membantu mempercepat
arus distribusi barang dan mengurangi kemacetan yang terjadi.
19
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah Pembangunan Ekonomi Regional Studi Empiris
di Provinsi Papua Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:
1. Kota Cirebon memiliki luas wilayah sekitar 37,36 km2 yang terbagi menjadi
5 kecamatan, 22 kelurahan, 248 rukun warga, dan 1366 rukun tetangga.
Jumlah penduduk Kota Cirebon per tanggal 31 Desember 2018 adalah
337.586 jiwa. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari 169.139 laki-laki dan
168.447 perempuan yang menempati wilayah Kota Cirebon seluas 37,358
km2, sehingga tingkat kepadatan penduduk di Kota Cirebon adalah
sebanyak 79,11 jiwa/km2. PDRB ADHK pada tahun 2017 tercatat sebesar
Rp14,88 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp14,06 triliun.
20
3. Strategi dan dampak pengembangan wilayah kota cirebon dengan
peningkatan infrastruktur Pelabuhan Cirebon dapat disebutkan sebagai
berikut:
a. Pengerukkan kolam dan reklamasi daratan, hal ini akan berdampak pada
kapasitas tampungan dermaga yang menjadi lebih besar dan dapat
menampung kapal besar.
b. Re-aktifasi jalur kereta api di Pelabuhan Cirebon, diharapkan dapat
membantu mempercepat arus distribusi barang dan mengurangi
kemacetan yang terjadi.
4.2 SARAN
1. Perhatian khusus terutama pencemaran oleh debu batu bara dan kerusakan
jalan oleh tonase danfrekuensi kendaraan pengangkut batu bara.
2. Prakiraan dampak penting yang timbul akibat kegiatan Pelabuhan Cirebon
yaitu:
a. Penurunan kualitas udara (baik oleh BM batu bara maupun yang
lainnya)
b. Peningkatan kebisingan
c. Penurunan kualitas air laut
d. Timbulnya kerusakan jalan
e. Timbulnya limbah domestik
f. Peningkatan kebutuhan air bersih
g. Timbulnya kemacetan lalu lintas
h. Timbulnya limbah B3
i. Perubahan kelimpahan jenis biota darat
j. Gangguan biota air
k. Interaksi sosial
l. Peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat
m. Penggunaan tenaga kerja lokal
n. Gangguan aktivitas nelayan
o. Pola penyakit
p. Kesehatan lingkungan
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2018. Jumlah Penduduk Kota Cirebon. Pemerintah Republik
Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2018. Jawa Barat Dalam Angka. Pemerintah Republik
Indonesia.
Gurning, Raja Oloan Saut dan Budiyanto, Eko Hariyadi. 2007. Manajemen Bisnis
Pelabuhan. PT Andhika Prasetya Ekawahana.
22