Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi pada anak usia sekolah merupakan suatu proses penyampaian dan
transfer informasi yang melibatkan anak usia sekolah, baik sebagai pengirim pesan
maupun penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha - usaha untuk
mengelompokkan, memilih, dan mengirimkan lambang - lambang sedemikian rupa yang
dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun
kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Komunikasi pada anak usia sekolah yang terjadi mempunyai perbedaan bila
dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja maupun orang dewasa.
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses tersebut mereka
dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran. Keterlibatan perawat dalam
berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan
dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat
mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, komunikasi anak tersebut
sering menjadi terganggu. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak usia sekolah, menguasai
teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak usia sekolah sesuai dengan
perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah ?
2. Bagaimana sikap seorang perawat yang harus diperhatikan dalam komunikasi dengan
anak usia sekolah ?
3. Apa model komunikasi terapeutik yang cocok dilakukan seorang perawat terhaap anak
usia sekolah ?
C. Tujuan
Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara komunikasi yang baik pada anak usia sekolah
7 - 12 tahun.

D. Manfaat
Mendapatkan wawasan dan informasi tentang cara berkomunikasi pada usia sekolah 7 - 12
tahun dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tumbuh Kembang Anak


Menurut Jean Peuget, anak pada usia 7-11 tahun merupakan tahap konkrit
operasional. Pada fase ini anak sudah mulai berpikir lebih logis dan terarah, dapat
memilih, menggolongkan , mengorganisasikan fakta, disamping itu mampu berpikir dari
sudut pandang orang lain. Pada fase ini pula anak dapat mengetahui konsep guru, tetapi
belum dapat berpikir hal - hal yang abstrak. Anak telah dapat mengatasi persoalan dengan
konkrit dan sistematis menurut persepsinya .
Sedangkan menurut Erickson, usia 6-12 tahun adalah tahap industri Vs. inferiority.
Anak siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas, bila diberi tugas akan
dikerjakan sampai selesai. Sudah ingin menghasilkan sesuatu, mulai belajar aturan - aturan
dan kompetisi melalui proses pendidikan belajar dan berhubungan dengan orang lain. Jika
harapan anak terlalu tinggi dan tidak mampu memenuhi standart maka anak menjadi
inferiority, kurang percaya diri, gangguan prestasi dan takut kompetisi.
B. Komunikasi Anak pada Usia Sekolah ( 7 - 12 tahun )
Komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah adalah komunikasi yang dilakukan
antara perawat dan klien (anak usia sekolah ), yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tahap ini merupakan masa awal
anak - anak yang penuh imajinasi, mereka mengarahkan energy mereka pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual, tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan dan
bagaimana sesuatu itu bekerja. Usia sekolah merupakan periode kritis perkembangan
konsep diri, terdapat kematangan yang stabil dalam perkembangan fisik, mental dan
sosial, fokus pada perkembangan kompetensi, keterampilan, kerja sama dan
perkembangan moral.
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar. Apa yang dilakukan oleh
anak mencerminkan pikiran anak. Pada usia kedelapan biasanya anak sudah mampu
membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan. Komunikasi yang dapat dilakukan
pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak
yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui. pada usia ini keingintahuan
pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi.
Anak berusia 5 - 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi
lebih pada apa yang mereka ketahui bila dihadapkan pada masalah baru. Mereka butuh
penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi tidak membutuhkan pengesahan dari tindakan
yang dilakukan. Pada masa ini anak sudah dapat memahami penjelasan sederhana dan
mampu mendemonstrasikannya. Anak perlu di izinkan untuk mengekspresikan rasa takut
dan keheranan yang dialaminya.
C. Model-model Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Sekolah
1. Shannon-Weaver Model
Dalam model Shannon, komunikasi dipresentasikan sebagai suatu system,
dimana memilih sumber informasi yang diformulasi ke dalam suatu pesan. Pesan
kemudian ditransmisikan dengan signal melalui chanel ke receiver. Penerima/receiver
menginterpretasikan pesan dan mengirimkan ke tujuan . Bentuk unik dari konsep ini
adalah adanya noise/gangguan. Noise adalah faktor-faktor yang mempengaruhi atau
mengganggu transfer pesan dari sumber ke tujuan yang akan dicapai. Dalam model
komunikasi manusia, noise dapat berupa distorsi persepsi, misalnya interpretasi
psikologis, suara yang tidak terdengar.
Salah satu keunggulan dari model ini adalah kesamaan jalur dalam pengiriman
komunikasi yaitu dari sumber ke penerima. Kekurangannya adalah tidak menunjukkan
hubungan transaksi antara sumber dan receiver. Model ini sifatnya linear yang berarti
jalurnya satu arah. Model ini dibatasi oleh omitting komponen feed back dan tidak
secara jelas mengilustrasikan fungsi proses.
2. Leary Model
Dalam komunikasi transaksional dan model multidimensional, menguatkan
aspek interaksional dalam komunikasi. Dimana komunikasi manusia adalah proses dua
orang dimana satu dan lainnya saling dipengaruhi dan mempengaruhi. Leary
mengembangkan teori ini dari hasil pengalamannya sebagai terapis pada pasien
psikoterapi. Tingkah laku Leary berbeda saat menghadapi tiap pasien dan Leary
menemukan bahwa pasien juga terpengaruh tingkah laku Leary. Leary menyimpulkan
bahwa tingkah laku orang merupakan respon dari tingkah laku yang kita tampilkan,
misalny`a bila kita bertingkah dominan maka kita kondisikan orang lain bertingkah
submisive. Dalam perspektif Leary, setiap pesan komunikasi dapat dilihat melalui dua
dimensi : Dominan-Submision dan Hate-Love.
Ada dua aturan yang mengatur fungsi dimensi ini dalam interaksi manusia.
Aturan pertama : Tingkah laku komunikatif dominan atau submisive biasanya
menstimuli tingkah laku sebaliknya pada orang lain, berlaku
autokratik (dominan) biasanya akan menstimuli orang lain untuk
berlaku submisive dan sebaliknya.
Aturan kedua : Tingkah laku membenci/mencintai biasanya akan menstimuli tingkah
laku yang sama dari orang lain, artinya dengan bertingkah laku yang
baik pada orang lain, orang lain akan berlaku baik juga dan sebaliknya.
Leary menyatakan bahwa aturan-aturan ini berlaku secara reflek, respon kita terhadap
perilaku orang lain secara involuntary dan immediate sehingga komunikasi kita
otomatis akan distimulasi oleh reaksi dominan - submisive atau hate-love dari yang
lain.
3. Health Communication Model.
Transaksi
Transaksi adalah elemen mayor ke-dua dalam model komunikasi kesehatan.
Transaksi merupakan suatu interaksi antara partisipan yang terlibat.Transaksi ini
melibatkan individu tentang informasi yang mencakup verbal dan non-verbal. Transaksi
kesehatan merupakan bentuk kesepakatan bagaimana klien itu mencari dan
mempertahankan kesehatannya sepanjang hidup.
Transaksi kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan ,dinamis dan
bukan suatu yang statis, dimana terdapat feed back yang continue yang partisipan
mampu untuk menempatkan diri dalam berkomunikasi.
Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu
setting/tempat dimana proses terjadi yang punya pengaruh besar dalam komunikasi
antara health professional - client - anggota keluarga dan orang lain yang terlibat dalam
konteks. Salah satu unsur konteks adalah tempat dimana perawatan kesehatan
dilaksanakan, seperti : rumah sakit, klinik, ruang rawat jalan, atau ruang intensive yang
mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur yang lain adalah jumlah partisipan
yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan perawatan ) misalnya dalam bentuk group
kecil atau interaksi antar individu atau kelompok besar. Jumlah partisipan yang ada
mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya.
Dari berbagai macam model komunikasi, yang sesuai untuk diterapkan pada klien
anak usia sekolah adalah model komunikasi kesehatan (Health Communication Model)
karena pada model ini penekanan pada proses relationship terdapat empat tipe
relationship yang ada, yaitu hubungan antara: professional-professional, profesional-
client, professional-significant others, dan client-significant others.
Sesuai dengan teori perkembangan Jean Peaget, pada fase ini anak dapat
mengetahui konsep baru ( merasakan sakit) tetapi belum dapat berpikir tentang hal-hal
yang abstrak sehingga untuk mencapai proses perawatan diperlukan significant othes /
keluarga / teman untuk membantu profesional kesehatan mengekspresikan hal abstrak
yang dirasakan oleh klien.

Sedangkan menurut teori Erickson, pada fase ini anak belajar untuk dilibatkan
dalam aktifitas dan berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, mulai belajar aturan-
aturan baru melalui proses belajar dan berhubungan dengan orang lain sehingga
mendukung profesional kesehatan untuk melakukan tindakan – tindakan keperawatan
pada klien.
Konteks adalah tempat/situasi dimana pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan :
tempat/ruang, jenis pelayanan, dan jumlah personel, hal ini berkaitan dengan peran
significant others (keluarga, teman dll.) dan profesional kesehatan untuk menyiapkan
lingkungan yang terapeutik bagi kesembuhan klien. Hal ini berkaitan dengan proses
tumbang yang diungkapkan oleh Erickson yakni anak sudah mulai berpikir logis dan
terarah, dapat memilih, menggolongkan, mengorganisasikan fakta, disamping itu
mampu berpikir dari sudut pandang orang lain sedangkan jumlah partisipan yang
terlibat dalam komunikasi (group kecil / interaksi antar individu) akan membantu klien
untuk mengekspresikan tentang perasaan.
Transaksi, kesepakatan interaksi antar partisipan didalam proses komunikasi
meliputi verbal, nonverbal yang terjadi secara kontinyu, ini menunjukkan bahwa
komunikasi tidak hanya bersifat satu arah dan terdapat umpan balik, ini terkait dengan
teori Erickson dimana anak siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas.
Seorang perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah tentu
mengalami banyak hambatan. Hambatan tersebut bisa dipengaruhi dari beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1. Faktor yang bersifat teknis, yaitu kurangnya penguasaan teknik berkomunikasi.
Teknik komunikasi mencakup unsur-unsur yang ada dalam komunikator dalam
mengungkapkan pesan, menyandi lambang-lambang, kejelian dalam memilih
saluran, dan metode penyampaian pesan.
2. Faktor yang sifatnya perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikasi yang bersifat:
a. Pandangan bersifat apriori
b. Prasangka yang didasarkan atas emosi
c. Suasanayangotoriter
d. Ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah
e. Sifat yang egosentris
3. Faktor yang bersifat situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi, misalnya: situasi ekonomi,
sosial, politik, dan keamanan. Komunikasi yang efektif dapat tercapai bila kita
mengetahui dan memahami tekhnik komunikasi pada anak sesuai tahapan tumbuh
kembang anak.
Komunikasi pada anak usia sekolah (7-12 tahun) gunakan kata sederhana yang
spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang
tidak diketahui, jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu
yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam, sebab ini akan
membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

D. Kegunaan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Sekolah


 Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan anak melalui hubungan
perawat dan klien.
 Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila anak percaya pada hal- hal yang diperlukan .
 Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik sangat penting diterapkan pada anak usia sekolah, dengan
demikian perawat dapat membina hubungan saling percaya pada anak dan anak dapat
mengekspresikan perasaannya. Komunikasi teraputik mempunyai tujuan, prinsip, sikap,
teknik-teknik/model dan hambatan yang perlu diketahui dan disadari sehingga
memudahkan dalam penerapan. Dari model konsep komunikasi yang ada adalah model
komunikasi kesehatan yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan pasien anak usia
sekolah.
B. Saran
Untuk mencapai komunikasi yang efektif hendaknya kita mengetahui tehnik maupaun
model komunikasi pada anak dan memahami psikologis sesuai tahapan tumbuh kembang
anak.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Kesehatan Anak dalam Kontek Keluarga, pusdiknakes Depkes RI , Jakarta (1993).

Hubungan Terapeutik Perawat - Klien , Budiana Keliat ,S.Kp.

Health Communication Strategies for Health Professional, Laurel L. Northouse third


edition, application &lange 1998.

Anda mungkin juga menyukai