Gambar 4.2. Foto kondisi pipa radian furnace saat dilakukan pemeriksaan visual
di lapangan.
1
Pengukuran dimensi dilakukan pada sampel pipa radian furnace yang digunakan
sebagai untuk bahan penelitian, pengukuran dimensi meliputi diameter dan
ketebalan pipa seperti terlihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Hasil pengukuran diameter luar dan ketebalan pipa sampel menujukkan bahwa
diameter terbesar sebesar 144,38 mm dan ketebalan pipa minimum sebesar 6,04
mm. Jika dibandingan dengan nominal nilai nominal dimenternya adalah 141,3
mm dan ketebalan nominalnya 6,55 mm. Jadi, dimeter pipa terjadi perbesaran 3,5
mm, sedangkan ketebalannya berkurang sebesar 0,51 mm. Dengan demikian, pipa
belum mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Secara visual terlihat adanya retakan- retakan pada bagian luar fire side tube
furnace (lihat gambar 1 dan 2). Pada bagian luar terlihat banyaknya deposit pada
daerah sekitar patahan dan pada bagian dalam terlihat adanya lapisan endapan yang
tebal (lihat gambar 3). Pada gambar 3 menunjukkan terjadinya scale dan deposit
melapisi bagian dalam pipa atau bagian luar pipa
Gambar 3 : Terlihat retakan merambat menembus dari bagian dalam sampai bagian
luar.
Lokasi A yang merupakan lokasi yang jauh dari patahan berada pada fire side (arah
jam 12) sedangkan lokasi B adalah lokasi yang jauh dari patahan berada pada wall
side (arah jam 6). Dapat ditandai dari endapan pada gambar 6 menunjukkan tube
furnace bagian A lebih tebal dibanding endapan pada bagian B.
2
Gambar 5 : Permukahan patahan yang menunjukkan awal patahan.
Gambar 6 : Penipisan tube terjadi pada jam 12 (fire side) dengan ketebalan 7.3 mm
dan pada lokasi yang sama ketebalan karat sekitar 10 mm.
nilai rata-rata diameter pipa sebesar 5,92 cm. Tabel 2. berikut memperlihatkan data
hasil pengukuran diameter pipa.
Dari hasil pengamatan visual terhadap pipa, terlihat pipa terkorosi pada bagian
dalam, bahkan ditemukan adanya lubang. Gambar 4.2 menunjukkan bagian dalam
untuk pipa bawah.
Secara umum, bagian dalam pipa berwarna coklat. Jika dilihat lebih dekat, warna
deposit korosi bervariasi antara merah, coklat muda, coklat tua, dan hitam. Warna
coklat kemerahan menunjukkan adanya senyawa Fe2O3, sedangkan warna hitam
menunjukkan adanya senyawa Fe O . Kedua senyawa tersebut adalah produk
korosi. Banyak terbentuk sumur (pit) pada pipa, seperti diperlihatkan pada
Gambar 4.3 berikut.
Selain itu, ketebalan pipa juga diukur menggunakan mikrometer skrup. Pada pipa
tersebut, terdapat beberapa bagian yang memiliki ketebalan berbeda. Hal ini
menunjukkan terjadinya penipisan logam akibat korosi. Penipisan ini berkisar
antara 20% hingga 100%. Adanya lubang menunjukkan terjadinya penipisan
100%. Tabel 3. berikut menunjukkan nilai ketebalan pipa pada beberapa bagian
tertentu yang sudah ditandai pada Gambar 4.4.
3
terlalu tampak penipisannya. Terjadinya penipisan ini juga disebabkan serangan
korosi.
Bahan yang menjadi fokus peneltian adalah potongan dari pipa (gambar 1) yang
merupakan bagian dari pipa pemanas air (water heater) untuk pembangkit listrik
tenaga uap (steam generator) yang telah mengalami kerusakan seperti terlihat pada
gambar 1 berikut.
foto
Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik kerusakan dan
menentukan langkah persiapan untuk peme-riksaan selanjutnya.Metoda
pemeriksaan visual ini dilakukan dengan mengamati kondisi sampel secara cermat,
seperti lokasi-lokasi yang mengalami kerusakan dan kemudian di lakukan
dokumentasi dengan kamera.
Gambar 3 : Foto kondisi visual permukaan dalam pipa heater menunjukkan bahwa
penipisan pipa terjadi di area jam 4.30 – 7.30 (tanda panah) dan pada jam 5.15
6.45.
Gambar 5 : Foto makro sampel A, potongan melintang dari pipa yang pecah
(rupture) terlihat jelas adanya indikasi penipisan dinding pipa dan pada ujung /
bibir pecahan membentuk sudut permukaan yang tajam (tanda panah). Pembesaran
12X.
Gambar 6 :Foto makro sampel B,potongan melintang pada posisi jam 12 dari pipa
heater tidak terlihat adanya indikasi penipisan dinding pipa. 6X
Pemeriksaan Ketebalan.
4
Dari hasil pemeriksaan ketebalan pada pipa yang mengalami kerusakan seperti
terlihat pada tabel 1 (lokasi pemeriksaan sangat dekat dengan pecah / robeknya
pipa) menunjukkan bahwa ketebalan pipa di area jam 6 (area yang paling tipis
adalah sebesar 0,72 mm, sedangkan ketebalan dinding pipa di area jam 12 adalah
sebesar 6,25 mm.
Hasil pemeriksaan pada ujung tube heat exchanger yang putus (sampel 1, lihat
Gambar 3), terlihat bahwa korosi telah menyerang permukaan luar dan dalam tube,
seperti ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.
Gambar 4. Photo Makro Ujung Tube Heat Exchanger Yang Putus (Sampel 1)
Hasil pemeriksaan tube heat xchanger pada lokasi 1 meter dari daerah yang
mengalami putus (sampel 2, lihat Gambar 3), terlihat bahwa korosi juga telah
menyerang permukaan luar dan dalam tube, seperti pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6. Photo Makro Tube Heat Exchanger Pada Lokasi 1 m Dari Daerah Yang
Mengalami Putus (Sampel 2)
5
Dalam survey di perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), telah
ditemukan kerusakan pada pipa economizer yang digunakan pada system Boiler.
Kerusakan pipa economizer tersebut tepatnya korosi erosi Cold – end corrosion
atau dew – point corrosion akibat efek fly ash dan Incomplete penetration pada
bagian luar sisi api pipa economizer, dan tergantung pada jenis dan kualitas bahan
bakar yang digunakan serta kondisi boiler tersebut.
Sehingga pipa economizer tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk lebih jelasnya ditunjukan pada Gambar 2 dan gambar 3 yang
memperlihatkan penampang yang terkena kerusakan akibat serangan korosi.
Gambar 3. Hasil proses las pada tube Economizer yang kena korosi dan incomplete
penetration
Pemeriksaan Visual.
Pipa economizer yang mengalami kegagalan/kerusakkan pada bagian luar maupun
pada bagian dalam khususnya pada sisi api. Untuk lebih jelasnya ditunjukan pada
Gambar 2 yang memperlihatkan penampang kerusakkan akibat korosi erosi.
Sedangkan Gambar 3 memperlihatkan kerusakan akibat Incomplete penetration
pada sisi luar dan dalam pipa.
Gambar 2 : Potongan tubing No3: panjang 430 mm, diameter 73,5 mm dan pipa
No.5: panjang 535 mm, diameter 73,5 mm
Gambar 4 : Cacat slek pada daerah ujung pipa berulir pipa No.3.
6
Secara visualisasi permukaan pipa ulir telah terjadi korosi merata berwarna merah
kecoklatan.
Pengamatan Visual
Pengamatan visual bertujuan untuk melihat pada bagian mana dari pipa yang
mengalami kegagalan dan juga untuk bisa menentukan kemungkinan jenis
kegagalan apa yang terjadi pada pipa. Alat utama yang digunakan untuk
pengamatan visual ini adalah kamera (Gambar 1).
Untuk pengamatan visual ini alat yang digunakan adalah kamera yang memiliki
resolusi tinggi dan penggaris yang berguna sebagai alat dokumentasi dan juga alat
pembanding atau pengukur.
Pengamatan visual
Langkah awal untuk menentukan kerusakan dalam analisa kegagalan adalah
pengamatan visual karena dengan melihat bentuk kerusakannya akan bisa
didapatkan hipotesa awal sebagai dasar untuk menentukan langkah yang akan
diambil selanjutnya.
Bila dilihat secara visual, dari Gambar 7, pada pipa ini terdapat crack sepanjang ±
9 cm pada bagian dinding pipanya. Pipa ini mengalami keretakan hingga minyak
yang ada dalam pipa merembes keluar. Hal ini menyebabkan minyak yang
mengalir di dalamnya bocor sehingga merembas keluar.
Gambar 7. Retakan tampak pada bagian dalam dan luar pipa Untuk
mengkerucutkan dugaan, dilakukan perbandingan dengan contoh kegagalan lain
(Gambar 8).
Gambar 8. Contoh jenis kegagalan; (A) Creep, (B) Oksidasi, (C) Thermal fatigue,
(D) Korosi, (E) Pitting
corrosion, (F) Kavitasi
Dari kondisi operasional yang bekerja secara terus menerus, secara visual yang
bentuk kegagalannya mirip
dengan spesimen uji adalah creep dan thermal fatigue.
7
2. Analisis komposisi kimia
Hasil uji komposisi menunjukkan bahwa material pipa mempunyai paduan unsur
utama 99,1% Fe. Berdasarkan hasil uji komposisi kimia material pipa
mengandung beberapa unsur penting antara lain unsur C, P, S, Mn, Cr, dan Mo
[2].
Dimana pada pipa konveksi mengandung unsur chrom dan molibden yang relatif
rendah serta unsur karbon C sebesar 0,0711% yang rendah <0,3%, maka dengan
ini dapat dikategorikan material pipa tersebut adalah jenis baja dengan karbon
rendah dengan unsur Cr dan Mo yang tidak begitu signifikan. Adapun hasil
lengkap pengujian komposisi material pipa PDAM Semarang, Jawa Tengah
disajikan pada Tabel 1 [2].
Setelah dilakukan uji komposisi kimia pada benda uji diketahui benda uji
termasuk dalam golongan baja karbon rendah. Dengan kadar karbon < 0.25% C
yaitu 0.159% C dengan unsur paduan utamanya adalah mangan. Kadar karbon
yang kurang dari 0.25% pada hasil uji berada dibawah nilai maksimum yang
ditentukan ASTM A106
Sedangkan kadar mangan 0.773% pada hasil uji. kadar mangan pada hasil uji
masih dibawah nilai maksimum ASTM A106, mangan tidak memberikan
pengaruh yang sungguh-sungguh pada struktur, mangan dapat mencegah
penggrafitan dan menstabilkan sementit.
Sumber Data : Standard ASTM A 312, “Specification for Seamless Ferritic and
Austenitic Alloy Steel -Boiler, Superheater and Heat Exchanger Tube”
8
material economizer tinggi dibandingkan standarnya. Sehingga ketahanan
material terhadap scaling lebih kuat dan
rangsangan terbentuknya fasa ferit juga lebih kuat.
3. Sulfur (S) pada material economizer (0,0031 %S) sedangkan pada materail
standar ASTM A210 Grade C (0,035 %S), sehingga dengan rendahnya unsur
sulfur (S) pada material economizer menjadi berkurang sifat mampu pipa
economizer.
4. Unsur manganese (Mn) pada material economizer (0,92 %Mn) sedangkan
pada material standar ASTM A210 Grade C (0,29-1,06 %Mn), sehingga dengan
rendahnya unsur manganese (Mn) pada material economizer maka stabilitas
feritnya pada temperatur tinggi kurang.
5. Unsur phosphorus (P) pada material economizer (0,0078 %P) sedangkan pada
material standar ASTM A210 Grade C (0,035 %P), sehingga dengan rendahnya
unsur phosphorus (P) pada material economizer dapat menurunkan keuletan dari
material.
6. Selain itu pada material economizer juga terdapat unsur – unsur yang tidak
dimiliki oleh material standar ASTM A210 Grade C seperti Cr, Ni, Mo, Cu, Al,
V, W, Ti, Nb, B yang prosentasenya kurang dari 1 %, kemungkinan berasal dari
proses casting, machining atau fabrikasi. [3, 4, 5]
Dari hasil analisa komposisi kimia, diperoleh bahwa material pipa economizer
tersebut termasuk material standar baja karbon rendah tetapi kadar karbonnya
0,195 %C lebih rendah dari standar ASTM A210 Grade C yaitu 0,27 %C.
Dari hasil uji komposisi kimia dinyatakan bahwa material pipa adalah baja
karbon medium dengan paduan rendah. Kehadiran unsur Mn-Cr-Mo dalam
material sangat diperlukan untuk menahan gesekan serta tahan terhadap
lingkungan korosif. Dari data hasil uji komposisi kimia terbukti bahwa ketiga
unsur tsb relatif sangat kecil, dengan demikian material pipa akan rentan
terhadap serangan yang bersifat korosif. Sehingga kekuatan material akan
menurun akibat gesekan pada beban yang bekerja (beban puntir).
3. Uji keras
Hasil dari data dapat diperoleh bahwa pada spesimen uji, pipa konveksi
yang terkorosi parah memiliki nilai kekerasan vickers yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai kekerasan vickers pada pipa konveksi yang
masih bagus dengan nilai standar ASTM a106 yang digunakan sebagai
acuan.
9
Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan pada spesimen pipa korosi dan pipa bagus dengan HV
penetrator diamond dengan beban 0,2 kgf. Masing-masing spesimen
mengalami 5 kali titik pengujian kekerasan sesuai ditunjukkan pada Gambar
5.
Hasil uji kekerasan pada dua lokasi dari sampel pipa konveksi (tabel 3)
menunjukkan bahwa perbandingan nilai kekerasan antara pipa di area rusak
(rupture area) dengan di area bagus mengindikasikan adanya perbedaan
yang cukup signifikan.
Nilai kekerasan didaerah yang rusak berkisar antara 131,8 HV s/d 154 HV,
sedangkan nilai kekerasan pipa yang bagus adalah berkisar antara 131,8 HV
s/d 142,2 HV, hal ini menunjukkan bahwa tube yang rusak karena terserang
korosi nilai kekerasan atau kekuatannya lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pipa yang bagus.
nilai kekerasan potongan pipa konveksi hampir merata, setelah dirata – rata
dari 5 titik hasil pengujian maka nilai kekerasan potongan pipa konveksi
adalah 142,48 HV. Sedangkan nilai kekerasan pada materail standar ASTM
A106 Grade b adalah 121-146 HV. Sehingga dari perbandingan tersebut
10
maka material potongan pipa konveksi yang terkena korosi nilai
kekerasannya relatif lebih mendekati nilai maksimum kekerasan material
standar ASTM A106 Grade b. Hal ini kemungkinan karena pengaruh dari
material economizer korosi yang tidak homogen atau komposisi kimia yang
kurang sesuai standar.
Dengan hasil data yang diperoleh dari uji kekerasan ini bisa ditarik hipotesa
bila suhu temper semakin tinggi maka baja akan mempunyai sifat kekerasan
dan kekuatan tarik yang semakin menurun, sedangkan keuletan dan
kekenyalan akan meningkat. [3]
Bisa juga diakibatkan karena pada saat operasi, pipa pada bagian luarnya
langsung bersentuhan dengan api, temperatur pipa naik dengan sangat cepat
dan mengakibatkan perbedaan yang cukup besar pada temperatur dalam
yang menyebabkan retaknya pipa pada bagian luar yang merambat kedalam.
[4]. Dari hasil uji kekerasan ini menunjukkan adanya pengurangan
kekerasan atau terjadi pelunakan. Pelunakan ini dapat terjadi karena adanya
perubahan butir dan/atau terjadinya perubahan fasa.
4. Struktur makro
5. Struktur mikro
6. Uji sem
7. Uji eds
8. Uji xrd
11