Anda di halaman 1dari 14

RAHASIA MEDIK (KEDOKTERAN)

(Warsito)
i. Pengertian Rahasia Medis

Dalam KODEKI, Rahasia Kedokteran adalah segala sesuatu yang harus


dirahasiakan mengenai apa yang diketahui dan didapatkan selama menjalani praktek
lapangan kedokteran, baik yang menyangkut masa sekarang maupun yang sudah
lampau, baik pasien yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1966 tentang wajib
Simpan Rahasia Kedokteran pada Pasal 1 yang dimaksud dengan rahasia kedokteran
ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam Pasal 3 pada waktu
atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan No 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran,
menyatakan bahwa Rahasia kedokteran adalah data dan informasi tentang kesehatan
seseorang yang diperoleh tenaga kesehatan pada waktu menjalankan pekerjaan atau
profesinya.
Dalam bidang medis/ke dokteran, segala temuan pada diri pasien dapat dikatakan
sebagai rahasia medis dan rahasia ini sepenuhnya milik pasien, sebagaimana
disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medis Pasal 10 Ayat 2 “isi rekam medis merupakan milik pasien”.
Sedangkan kewajiban dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan tenaga kesehatan yang
berkaitan ialah menjaga dan menghormati rahasia itu terhadap orang atau pihak yang
tidak berkepentingan atas rahasia itu, walaupun pasien tersebut sudah meninggal dunia.

Menurut Pasal 351 KUHP Rahasia medis adalah :


a. Segala sesuatu yang di sampaikan pasien (secara sadar atau tidak sadar) kepada
dokter.
b. Segala sesuatu yang diketahui oleh dokter sewaktu mengobati dan merawat
pasien.

Rahasia kedokteran terdapat di :


a. Rahasia pekerjaan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus
dirahasiakan dokter atau dokter gigi berdas arkan lafal sumpah yang diucapkan
pada waktu menerima gelar seorang dokter.
b. Rahasia jabatan adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan

1|Page
dokter atau dokter gigi berdasarkan lafal sumpah yang diucapkan pada waktu
diangkat sebagai pegawai negeri.

ii. Ruang Lingkup Rahasia Medik


Rekam medis mengandung 2 macam informasi yaitu :
a. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan
Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan merupakan catatan yang mengenai
hasil pemeriksaan, diagnosis pengobatan pengamatan dan seterusnya mengenai
penderita yang bersangkutan. Mengenai hal ini ada kewajiban simpan rahasia
kedokteran, sehingga tidka boleh tersebar luaskan tanpa ijin penderita tersebut.
b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan yaitu mengenai identitas pasien
(nama, alamat, dan lain-lain). Berkas rekam medis asli tetap harus disimpan di
rumah sakit dan tidak boleh diserahkan kepada pengacara atapun siapapun, yang
berhak atas rekam medis adalah rumah sakit. Pengisian dan penyelesaianya
adalah tanggung jawab penuh dokter yang merawat dimana catatan harus cermat,
singkat dan jelas.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 36 Tahun 1012 tentang Rahasia


Kedokteran, Pasal 3 menyatakan :
(1) Rahasia kedokteran mencakup data dan informasi mengenai:
a) identitas pasien;
b) kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, penegakan diagnosis, pengobatan dan/atau tindakan kedokteran; dan
c) hal lain yang berkenaan dengan pasien.
Adapun Informasi dikategorikan sebagai Rahasia yang memenuhi syarat sebagai berikut
:
1. Rahasia tersebut merupakan informasi substansial dan penting bagi pasienya atau
bagi pengobatannya
2. Rahasia itu sebelumnya belum pernah terbuka untuk umum. Apabila rahasia
tersebut telat terbuka untuk umum, tapi belum meluas atau jika digunakan sebagai
alat bukti maka rahasia tersebut tidak boleh dibocorkan kepada orang lain
3. Rahasia tersebut bukanlah informasi yang memang tersedia untuk publik
4. Rahasia yang jika dibuka akan menimbulkan malu bagi pasien, dokter atau pihak-
pihak lain

2|Page
5. Rahasia yang jika dibuka akan merugikan pasiennya
6. Rahasia yang jika dibuka akan mempersulit pengobatan terhadap pasien
7. Rahasia yang jika dibuka akan menimbulkan kemungkinan pasien tidak lagi
memberikan informasi selajutnya kepada dokter. Hal ini akan mempersulit dalam
proses pengobatan
8. Bagi pasien, informasi tersebut sangat penting dan atau sensitif
9. Jika dibuka rahasia tersebut, akan menimbulkan kemarahan/gejolak/ sikap
masyarakat yang merugikan kepentingan pasien dan atau mempersulit pengobatan
10. Pasien tidak pernah mengijinkan secara tegas atau tersirat dibukanya rahasia itu.

Rahasia kedokteran ini dapat dibuka jika :


1. Diperbolehkan oleh pasiennya
2. Kepentingan umum menghendakinya
3. Rahasia tersebut dapat menjadi alat bukti kasus pidana, meskipun tidak semua
rahasia dapat dibuka untuk menjadi alat bukti
4. Penyakit tersebut dibuka untuk mencegah akan dilakukanya penyakit berat
(menular) oleh pasien atau orang lain.
5. Undang-undang lain memperbolehkan dibukan ya informasi tersebut seperti dalam
UU no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran Pasal 48 Ayat 2

Maka rahasia kedokteran ini dapat dibuka berdasarkan beberapa alasan yaitu:
a. Karena daya paksa P asal 48 KUHP yang berbunyi :
“Barang siapa melakukan sesuatu perbuatan karena pengaruh daya paksa yang
tidak dapat dipidana”
Dengan adanya Pasal tersebut, maka tenaga kesehatan terpaksa membuka
rahasia pasien karena pengaruh daya paksa untuk melindungi :
1 Kepentingan umum
2 Kepentingan orang yang tidak bersalah
3 Kepentingan pasien
4 Kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat dipidana
b. Karena menjalankan Perintah Undang-Undang Pasal 170 Ayat 2 KUHP Seorang
tenaga kesehatan yang dipanggil sebagai saksi ahli atau saksi dalam sidang
pengadilan, kewajiban untuk menyimpan rahasia pasien dapat gugur atas perintah
hakim yang memimpin sidang.

3|Page
c. Karena perintah Jabatan Pasal 51 KUHP
Seorang tenaga kesehatan yang diperintahkan untuk membuka rahasia pasien oleh
atasanya yang berhak untuk itu, tidak dapat dipidana.

d. Karena untuk mendapatkan santunan asuransi


Seorang dokter wajib mengisi formulir yang diperlukan oleh pasien atau
keluarganya untuk mendapatkan santunan asuransi. Dalam hal ini kewajiban untuk
menyimpan rahasia kedokteran menjadi gugur, karena berdasarkan peraturan yang
dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja, tanpa keterangan dari dokter yang
merawat, maka santunan asuransi tenaga kerja tidak akan dapat diberikan kepada
yang bersangkutan.

Pembukaan rahasia medis dipertegas kembali pada Permenkes RI No


269/Menkes/Per/III/ 2008 BAB IV Pasal 10
Ayat 2
“Informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan
c. Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien
Ayat 3
“Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaiaman pada Ayat (2) harus dilakukan
secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan”

iii. Tenaga Kesehatan Yang Wajib Menyimpan Rahasia Kedokteran


Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No 36/2014 Tenaga Kesehatan :
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

4|Page
kesehatan.

Klasifikasi Tenaga Kesehatan (Pasal 8):


1. Tenaga Kesehatan.
2. Asisten Tenaga Kesehatan.

Pasal 11 UU Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:

(a). tenaga medis; (b). tenaga psikologi klinis; (c). tenaga keperawatan; (d). tenaga
kebidanan; (e). tenaga kefarmasian; (f). tenaga kesehatan masyarakat; (g). tenaga
kesehatan lingkungan; (h). tenaga gizi; (i). tenaga keterapian fisik; (j). Tenaga
keteknisian medis; (k). tenaga teknik biomedika; (l). tenaga kesehatan tradisional; dan
(m). tenaga kesehatan lain.

UU No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pada Pasal 58 :


(1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:
c. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan No 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran Pasal 4


(1) Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau menggunakan
data dan informasi tentang pasien wajib menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memilikiakses
terhadap data dan informasi kesehatan pasien;
b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;
c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;
d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan;
e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan; dan
f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan,perawatan,
dan/atau manajemen informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.

5|Page
UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada Pasal 48 :
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
perundangundangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan
Menteri.

iv. Etika Kedokteran Tentang Rahasia Medik


Sumpah dokter berdasarkan Pasal 13 Kode Etik Kedokteran Indonesia selanjutnya
di singkat KODEKI sebagai berikut: “Setiap dokter wajib merahasiakan sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang penderita bahkan juga setelah penderita itu
meninggal”’.

a. Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai


kewajiban:merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
b. Hak untuk menolak pengobatan atau perawatan secara tindak medis Hak ini
merupakan wujud pasien untuk menentukan nasibnya sendiri. Atas dasar hak ini,
dokter atau Rumah Sakit tidak belum memaksa pasien untuk menerima suatu
tindakan medis tertentu, namun dokter harus menjelaskan resiko atas kemungkinan
yang terjadi bila tindakan medis tersebut tidak dilakukan.
c. Hak untuk mendapat penjelaskan lain (second opinion) Pasien berhak untuk
penjelasan lain dari dokter lain dengan konsekuensi pasien sendiri.
d. Hak untuk mengetahui isi rekam medik. Apabila pasien menghendaki pihak lain
mengetahui isi rekan mediknya, maka pasien harus membuat ijin tertulis atau
surat kuasa untuk itu. Dokter atau Rumah Sakit dapat memberikan ringkasan atau
copy rekam medis dengan tetap menjaga rekam medis tersebut dari orang yang
tidak berhak.
e. Pengecualian kewajiban ini :
Diatur oleh Undang-Undang (misalnya:Undang-Undang Penyakit menular).
Bila pasien mendapat hak sosial tertentu (misalnya:tunjangan atau
penggantian biaya kesehatan)
6|Page
Pasien sendiri mengijinkan - baik secara lisan maupun tertulis
Pasien menunjukkan kesan bahwa ia menghendaki demikian (misalnya :
membawa pendamping ke ruang praktek dokter )
Bila untuk kepentingan umum atau kepentingan yang lebih tinggi (misalnya :
pengumuman tentang sakitnya seorang pejabat negara)
f. Kewenangan menolong pasien gawat darurat Kewenangan ini lebih dibebankan
pada dokter sebagai pihak yang menguasai ilmu tentang manusia dan kesehatan.

v. Persetujuan Membuka Rahasia Medis


Walaupun informasi yang terkandung dalam rekam medis dapat dibuka, namun
pelepasan informasi tersebut harus melalui persetujuan atau ijin tertulis dari
pasien ataupun kuasa pasien itu sendiri. Ini dimaksudkan untuk melindungi hak
privasi pasien dan melindungi sarana pelayanan kesehatan dalam tindak hukum
perlindungan hak kerahasiaan informasi pasien. Ijin tertulis atau persetujuan
pelepasan informasi medis ini harus dilengkapi dengan tanda tangan pasien.
Formulir pelepasan informasi setidaknya memuat unsur-unsur yang meliputi :
a. Nama institusi yang akan membuka informasi.
b. Nama perorangan atau institusi yang akan menerima informasi
c. Nama lengkap pasien, alamat terakhir dan tanggal lahir.
d. Maksud dibutuhkannya informasi.
e. Jenis informasi yang diinginkan termasuk tanggal pengobatan pasien. Hati-hati
perkataan “apapun dan semua” jenis informasi tidak dibenarkan.
f. Tanggal yang tepat, kejadian, kondisi hingga batas waktu ijin yang ditetapkan,
kecuali dicabut sebelumnya.
g. Pernyataan bahwa ijin dapat dicabut dan tidak berlaku bagi masa lampau maupun
mendatang.
h. Tanggal ijin ditanda tangani. Tanggal tanda tangan harus sebelum tanggal
membuka informasi.
i. Tanda tangan pasien/kuasa. Jika anak termasuk kategori telah dewasa/mandiri
maka membuka informasi harus berdasarkan ijin anak.
Kemudian WHO dalam Medical Record Manual menjelaskan apabila suatu
permintaan dibuat untuk pelepasan informasi, permintaan tersebut harus mengandung
hal-hal sebagai berikut :
1. Nama lengkap pasien, alamat dan tanggal lahir

7|Page
2. Nama orang atau lembaga yang akan meminta informasi
3. Tujuan dan kebutuhan informasi yang diminta
4. Tingkat dan sifat informasi yang akan dikeluarkan, termasuk tanggal keluar
informasi
5. Ditandatangani oleh pasien atau wakilnya yang sah (misalnya, orang tua atau
anak).

Namun penggunaan ijin tertulis dari pasien dapat gugur di mata hukum dengan
pengecualian yakni informasi dalam rekam medis digunakan sebagai informasi
penanggulangan wabah yang diatur dalam Undang-undang RI No 4 Tahun 1984, tentang
Wabah Penyakit Menular dalam BAB VII Pasal 14
Ayat (1)
“Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara selama-
lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggitingginya Rp 1.000.000,- (satu juta
rupiah)”
Ayat (2)
“Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan
penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam
dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-
tingginya Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah)”
Ayat (3)
“Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) adalah kejahatan dan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) adalah pelanggaran”.

vi. Aspek Hukum Rahasia Medis


Hukum kesehatan mencakup segala peraturan dan aturan yang secara langsung
berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau
kesehatan yang rusak. Hukum kesehatan mencakup penerapan hukum perdata dan
hukum pidana yang berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan.
Menjaga keamanan dalam menyimpan informasi, unsur keakuratan informasi dan
kemudahan akses menjadi tuntutan pihak organisasi pelayanan kesehatan, praktisi
kesehatan serta pihak ke-3 yang berwenang. Sedangkan pihak yang membutuhkan
informasi harus senantiasa menghormasti privasi pasien. Secara keseluruhan,

8|Page
keamanan, privasi, kerahasiaan dan keselamatan adalah perangkat yang membentengi
informasi dalam rekam medis. Dengan begitu berbagai pihak yang berwenang yang
membutuhkan informasi yang lebih rinci sesuai dengan tugasnya senantiasa menjaga
keempat unsur diatas.
Dalam konsep pelayanan kesehatan, dikenal istilah privasi, kerahasiaan, dan
keamanan.
a. Privasi adalah hak seseorang untuk mengontrol akses informasi atas rekam
medis pribadinya.
b. Kerahasiaan adalah proteksi terhadap rekam medis dan informasi lain pasien
dengan cara menjaga informasi pribadi pasien dan pelayanannya. Dalam
pelayanan kesehatan, informasi itu hanya diperuntukkan bagi pihak tenaga
kesehatan yang berwenang.
c. Keamanan adalah perlindungan terhadap privasi seseorang dan kerahasiaan
rekam medis. Dengan kata lain, keamanan hanya memperbolehkan penggunan
yang berhak untuk membuka rekam medis. Dalam pengertian yang lebih luas ,
keamanan juga termasuk proteksi informasi pelayanan kesehatan dari rusak,
hilang atau pengubahan data akibat ulah pihak yang tidak berhak.

Rahasia Kedokteran yang harus disimpan dan tidak boleh diungkapkan kepada
pihak lain tanpa ijin pasien yang dalam praktek masih belum disadari sepenuhnya. Ini
sudah berlaku universal dan dijelaskan dalam yurispudensi berbagai negara di dalam
pertimbangan hakim. Permintaan keterangan medis, misalnya dari pihak asuransi harus
ada Surat Pernyataan Persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga terdekatnya. Surat
tersebut diserahkan kepada rumah sakit untuk disimpan didalam berkas Rekam Medis
sebagai alat bukti jika ada tuntutan kelak.
Sesuai dengan aturan hukum yang ada, salah satu perlindungan hukum terhadap
pasien yang paling banyak digunakan dan sangat berpengaruh baik pasien maupun
pihak medis, yaitu dokter atau petugas kesehatan adalah suatu bentuk pemberian ganti
rugi karena kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukan oleh pihak medis. Hal tersebut
terjadi karena pasien yang sadar hukum dan bertujuan melindungi haknya mengajukan
gugatan atas kelalaian atau kesalahan tersebut.
Declaration Concerning Support for Medical Doctors Refusing to Participate in, or
to Condone, the Use of Torture or Other Forms of Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment tahun 1997 membuat (World Medical Association) WMA berkomitmen

9|Page
“mendukung dan melindungi, dan mendesak Asosiasi Kedokteran Nasional untuk
mendukung dan melindungi dokter yang menolak terlibat dalam prosedur yang tidak
manusiawi atau siapa saja yang bekerja membantu dan merehabilitasi korban, dan juga
melindungi hak untuk menjaga prinsip etika tertinggi termasuk kerahasiaan medis”
Declaration on the Rights of the Patients yang dikeluarkan oleh WMA memuat hak
pasien terhadap kerahasiaan sebagai berikut :
1. Semua informasi yang teridentifikasi mengenai status kesehatan pasien,
kondisi medis, diagnosis, prognosis, dan tindakan medis serta semua
informasi lain yang sifatnya pribadi, harus dijaga kerahasiaannya, bahkan
setelah kematian. Perkecualian untuk kerabat pasien mungkin mempunyai hak
untuk mendapatkan informasi yang dapat memberitahukan mengenai resiko
kesehatan mereka.
2. Informasi rahasia hanya boleh dibeberkan jika pasien memberikan ijin secara
eksplisit atau memang bisa dapat diberikan secara hukum kepada penyedia
layanan kesehatan lain hanya sebatas “apa yang harus diketahui” kecuali
pasien telah mengijinkan secara eksplisit.
3. Semua data pasien harus dilindungi.

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan
kerahasiaan yang menyangkut riwayat penyakit pasien yang tertuang dalam rekam
medis. Rahasia kedokteran tersebut dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien untuk
memenuhi permintaan aparat penegak hukum (hakim majelis), permintaan pasien
sendiri atau berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Berdasarkan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, rahasia kedokteran (isi rekam medis) baru
dapat dibuka bila diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis. Dokter dan
dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan rekam medis sedangkan kepala sarana
pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan rekam medis. Oleh sebab itu
berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan, disebutkan pada BAB V Pasal 21 tentang standar profesi dan
perlindungan hukum pada bagian satu sudah jelas bahwa setiap tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga
kesehatan. Dan pada Pasal 22 diwajibkan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya harus :
a. Menghormati hak pasien

10 | P a g e
b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien.
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan.
d. Meminta persetujuan terhadapa tindakan yang akan dilakukan.
e. Membuat dan memelihara rekam medis.

Bagi tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang


sudah disebutkan di atas maka dapat didenda sebanyak Rp. 10.000.000.00 (Sepuluh
Juta Rupiah).
Kewajiban untuk menyimpan rahasia kedokteran tidak hanya dilakukan oleh tenaga
medis seperti dokter, perawat, bidan dan lain-lain, tetapi petugas rekam medis juga harus
menjaga rahasia jabatan dan pekerjaan sebagai administratif di unit rekam medis dalam
pelayanan kesehatan.

1. PerMenKes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008. kerahasiaan rekam medis


BAB IV
Pasal 10 Ayat (1)
“Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan
riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,
tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan”.
Pasal 11 Ayat (1)
“Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dibuka oleh dokter atau dokter
gigi yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan”.

PerMenKes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008. kerahasiaan rekam medis


BAB V :
Pasal 12 Ayat (4)
“Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) dapat dicatat atau
dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis
pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu”.
Pasal 13 Ayat (3)
“Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak

11 | P a g e
diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara”.
Pasal 14
“Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak
terhadap rekam medis”.

2. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


Pasal 57
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) tidak berlaku dalam hal :
a. perintah undang-undang
b. perintah pengadiaan
c. izin yang bersangkutan
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut

3. Undang-Undang RI No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran


Pasal 47 Ayat 2 rekam medis sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus disimpan
dan dijaga kerahasianya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
Pasal 48 Ayat 1 setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran, Ayat 2 rahasia kedokteran dapat
dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakkan hukum, permintaan pasien sendiri, atau
berdasarkan ketentuan perundang-undang.

4. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


Pasal 32 Ayat i mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
Sanksi membuka rahasia medis telat diatur dalam :
a. Sanksi pidana

12 | P a g e
1 KUHP Pasal 112
“Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau
keterangan-keterangan yang diketahuinya bahwa harus dirahasiakan untuk
kepentingan negara atau dengan sengaja memberitahukan atau
memberikannya kepada negara asing, kepada seorang seorang raja atau suku
bangsa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.
2 KUHP Pasal 322
1. Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya yang sekarang maupun
yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah
2. Jika kejahatan dilakukan pada seorang tertentu maka perbuatannya itu
hanya dapat dituntut atas pengaduan orang tersebut

b. Sanksi perdata
– KUH Perdata Pasal 1365
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang-orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”.
– KUH Perdata Pasal 1366
“Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang
disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga alas kerugian yang
disebabkan kelalaian atau kesembronoannya”.
– KUH Perdata Pasal 1367
“Seorang tidak bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggunganya, atau disebabkan oleh
barang-barang yang berada di bawah pengawasanya”.
c. Sanksi Administratif
Undang-Undang No.6 tahun 1963 Pasal 11
d. Sanksi Sosial
Dalam KUHP terdapat beberapa Pasal yang mengatur tentang membuka rahasia
kedokteran, yaitu :
KUHP Pasal 48

13 | P a g e
“Tidak boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan karena terdorong oleh daya
paksa”
KUHP Pasal 50
“Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan kepentingan undang-undang,
tidak dipidana.”
KUHP Pasal 51
“Tidak boleh dihukum barangsiapa melakukan perbuatan atau menjalankan perintah
jabatan ayang diberikan pembesar yang berhak.”

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai