A. Sejarah Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata Eu
berarti baik, tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati, maka dari itu dalam
mengadakan euthanasia arti sebenarnya bukan untuk menyebabkan kematian, akan
tetapi untuk mengurangi atau meringankan penderitaan orang yang sedang
menghadapi kematiannya. Dalam artiyang demikian itu euthanasia tidaklah
bertentangan dengan panggilan manusia untuk mempertahankan dan
memperkembangkan hidupnya, sehingga tidak menjadi persoalan dari segi kesusilaan.
Artinya, dari segi kesusilaan dapat dipertanggungjawabkan bila orang yang
bersangkutan menghendakinya.
Dalam sejarahnya, menurut Ilyas Efendi, pada zaman Romawi dan Mesir
Kuno euthanasia pernah dilakukan olehdokter Olympus terhadap diri Ratu Cleopatra
dari Mesir atas permintaan sangratu walaupun sebenarnya ia tidak sakit.Cleopatra
memiliki ambisi yang sangat besar untuk menaklukkan dan menguasai dunia, akan
tetapi ambisinya tidak tercapai karena orang yang diharapkannya
memperjuangkannya melalui senat, yaitu Yulius Caesar, mati terbunuh oleh
kelompok yang terdiri dari anak angkatnya sendiri yaitu Brutus. Orang Kedua yang
menggantikan Yulius Caesar yakni Markus Antonius, yang juga bertekuk lutut kepada
sang ratu, gagal pula meraih kemenangan dalam pertempuran, karena ia dikalahkan
oleh lawannya yaitu Oktavianus dan kemudian mati bunuh diri. Cleopatra yang
merasa kecewa dan putus asa akhirnya meminta kepada dokter Olympus untuk
melakukan euthanasia terhadap dirinya. Dengan patokan ular beracun yang disiapkan
oleh dokter Olympus, Cleopatra akhirnya pada usia 38 tahun meninggal dunia
(Efendi, 1989).
B. Jenis-Jenis Euthanasia
Euthanasia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai darimana sudut
2. Euthanasia involuntir
Euthanasia involuntir ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang
sudah tidak sadar. Biasanya permintaan untuk dilakukannya euthanasia ini
berasal dari pihak ketiga yaitu keluarga pasien dengan berbagai alasan, antara
lain :biaya perawatan yang maha sehingga tidak bisa ditanggung lagi oleh
keluarga pasien, kasihan terhadap penderitaan pasien, dan beberapa alasan
lainnya.
C. Hukum Euthanasia
Kemudian jika ditinjau dari aspek hukum pidana dan hak asasi manusia di
Indonesia, euthanasia bertentangan dengan Pasal 344 dan 304 KUHP. Pasal 344
KUHP secara tegas menyatakan : “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”
Pradjonggo, Tjandra Sridjaja. (2016). Suntik mati (euthanasia) ditinjau dari aspek hukum
pidana dan hak asasi manusia di indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. 1(1).
http://eprints.ung.ac.id/276/4/2013-2-74201-271409009-bab2-09012014112333.pdf
Tjandra Sridirja Pradjonggo, Suntik Mati (Euthanasia) Ditinjau dari Aspek Hukum Pidana
dan Hak Asasi Manusia di Indonesia,
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk/article/download/348/231, diakses tanggal 12 Juni
2019.
Universitas Sumatera Utara, Euthanasia Ditinjau dari Aspek Ilmu Kedokteran Indonesia,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63856/Chapter%20II.pdf?sequence=3
&isAllowed=y, diakses pada 12 Juni 2019
H.Sutarno, Hukum Kesehatan, Euthanasia, Keadilan dan hukum positif di Indonesia, Setara
Press, Malang, 2014, hlm.91. . Ahmad Wardi M, op.cit, hlm. 19.
http://repository.unpas.ac.id/28620/4/F.BAB%20II%20TINJAUAN%20EUTHANASIA.pdf
P. Saunders, William. “Euthanasia: Kasus Terri Schiavo: File://D/DOKUMEN/KASUS-
EUTHANASIA.htm. Diakses pada 12/6/2019