Rahfita Ferdinah-Fkik PDF
Rahfita Ferdinah-Fkik PDF
Skripsi
Disusun oleh
Rahfita Ferdinah
1112101000041
TAHUN 2017
LEMBAR PERNYATAAN
Rahfita Ferdinah
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
Disusun Oleh :
Rahfita Ferdinah
1112101000041
Mengetahui,
ii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Penguji I,
Penguji II,
Penguji III,
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Agustus 2017
Rahfita Ferdinah, NIM: 1112101000041
Gambaran Perilaku Hand Hygiene dan Determinannya pada Perawat di
Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017
(XVIII + 97 halaman , 8 tabel, 5 gambar, 3 lampiran)
ABSTRAK
Hand hygiene atau kebersihan tangan merupakan salah satu hal penting
dalam mencegah dan mengendalikan infeksi rumah sakit terutama bagi perawat
yang bersentuhan secara langsung dengan pasien. Data kepatuhan perawat dalam
penerapan hand hygiene yang didapatkan dari komite PPIRS Rumah Sakit Y
Jakarta masih berada di bawah standar yang telah ditetapkan (≥ 85%) yaitu
sebesar 83,4% tahun 2015 dan 82,4% pada periode Januari-Juli 2016 sehingga
menyebabkan masih tingginya angka kejadian infeksi di Rumah Sakit Y pada
tahun 2016 semester 1 yaitu sebesar 2,43% (VAP) dan 2,11% (IDO).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku hand hygiene
pada perawat dan determinannya, yaitu usia, tingkat pendidikan, masa kerja,
pengetahuan, sikap, persepsi, pelatihan, fasilitas, serta pengawasan. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan metode pengumpulan
data melalui lembar kuesioner dan observasi. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 94 perawat dan dilakukan pada bulan Desember 2016-Februari 2017.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum perilaku hand hygiene yang
kurang yaitu sebesar 55,3%, sedangkan perilaku kurang pada hand hygiene
dengan sabun dan air mengalir maupun dengan handrub berturut-turut yaitu
sebesar 61,7% dan 57,4%. Hasil uji crosstab menunjukkan bahwa perilaku kurang
sebagian besar dimiliki oleh perawat dengan usia dewasa awal, tingkat pendidikan
menengah, masa kerja ≥ 2 tahun, pengetahuan kurang, yang menyatakan fasilitas
tidak tersedia dan tidak adanya pengawasan. Perilaku kurang dalam penerapan
hand hygiene dengan sabun dan air mengalir ditemukan pada perawat yang
memiliki sikap negatif, sedangkan pada penerapan hand hygiene dengan handrub
ditemukan pada perawat yang memiliki persepsi positif.
Untuk meningkatkan perilaku baik dalam penerapan hand hygiene, rumah
sakit perlu untuk menambah agenda diskusi kelompok mengenai hand hygiene
pada kegiatan rapat yang dilakukan secara rutin dan berkala, membentuk petugas
khusus pengawasan secara langsung dan role model yang berasal dari kepala
perawat ruangan maupun perawat itu sendiri, termasuk memberikan sanksi yang
tegas kepada perawat yang tidak menerapkan hand hygiene sesuai prosedur, serta
menyebarkan leaflet atau poster terkait hand hygiene.
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, August 2017
Rahfita Ferdinah, ID Number: 1112101000041
Description of Hand Hygiene Behavior and Its Determinant among Nurse in
Inpatient Room Building X at Y Hospital Jakarta in 2017
(XVIII + 97 pages , 8 tables, 5 images, 3 attachments)
ABSTRACT
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Rahfita Ferdinah
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta/ 24 Februari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Gardenia Estate Blok A5/ No. 12 A. RT 001/ RW
014, Ciputat, Tangerang Selatan. 15411
Telp : 0896-0857-2492
Email : ferdinahrahfita@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
a. 1999-2000 TK Islam Puspa Indah, Bukit Pamulang Indah
b. 2000-2006 SD Negeri Ciputat VII, Ciputat-Tangerang Selatan
c. 2006-2009 SMP Negeri 2 Ciputat, Ciputat-Tangerang Selatan
d. 2009-2012 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan, Pondok
Ranji-Tangerang Selatan
e. 2012-sekarang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
PENGALAMAN ORGANISASI
2006-2009 Anggota Pramuka SMP Negeri 2 Ciputat
(sekarang SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan)
2006-2009 Anggota Paskibra SMP Negeri 2 Ciputat
(sekarang SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan)
2009-2010 Anggota Paskibra SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
2014-2015 Staf HRD Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Periode 2014/2015
2015-2016 Staf HRD Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Periode 2015/2016
vi
RIWAYAT KARIR
2007 Juara 3 Lomba Senam Pramuka dalam Acara Apresiasi Cinta Anak
Bangsa Tahun 2007 di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007 Juara Umum Pertama Tingkat SMP/Mts Lomba Baris-Berbaris Tingkat
SMP/Mts se-wilayah VI Kabupaten Tangerang
2007 Petugas Paskibra Sekolah Angkatan 2007 pada kegiatan Upacara HUT
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-62 di Lapangan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2008 Petugas Paskibra Sekolah Angkatan 2008 pada kegiatan Upacara HUT
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63 di Lapangan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2009 Petugas Paskibra Sekolah pada kegiatan Upacara HUT Kemerdekaan
Republik Indonesia yang ke-64 di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan
2010 Peringkat II Kelas X Bilingual SMAN 4 Kota Tangerang Selatan
2010 Peserta Mata Lomba Kebumian pada Olimpiade Sains Tingkat Gugus 01
SMA Kota Tangerang Selatan
2010 Peserta Mata Lomba Kebumian pada Olimpiade Sains Tingkat Kota
Tangerang Selatan
2012 Peserta Orientasi Akademik dan Kebangsaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2012
2012 Peserta Seminar Profesi “Towards Universal Health Coverage and
Equity” Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2013 Peserta dalam acara Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2013 : Go
Ahead To Attack Cigarette UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013 Peserta Seminar Profesi “Detik-Detik Menyongsong Jaminan Kesehatan
Nasional 2014” Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2013 Peserta Seminar Profesi “Be Smart and Healthy with Social Media
Networking” Peminatan Promosi Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
vii
2013 Peserta Seminar Profesi “Ribuan Anak Terancam HIV-AIDS, Let’s
Prevent Mother to Child Transmission” Peminatan Epidemiologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2013 Peserta Seminar Profesi “From Trash to Treasure” Peminatan Kesehatan
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013 Peserta Seminar Profesi “Gambaran Budaya K3 di Rumah Sakit Tahun
2013” Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2014 Peserta Workshop “Safety in The Process Industries”
2014 Peserta Training “SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun
2012” FSK3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 Peserta Seminar Profesi “Have Your Perfect Weight with a Proper Diet”
Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 Peserta Seminar Profesi “Climate Change and Mosquitos–An
Inconvenient Truth” Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2014 Peserta Seminar Profesi “Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana
Perlintasan Kereta Api Demi Stabilitas Transportasi Nasional” Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 Peserta Seminar Profesi “Menstrual and Pre-Menstrual Syndrome:
Protect, Care and Attend Your (Pretty) Miss V” Peminatan Epidemiologi
UIN Jakarta
2014 Peserta Workshop “Ergonomics in The Work Place”
2015 Peserta Workshop “Management of Fire Safety” dan “Risk Assessment in
The Work Place”
2015 Peserta Pelatihan Keselamatan Konstruksi (Lifting Crane) FSK3 UIN
Jakarta
2015 Peserta Seminar Profesi “Combat The Neglected Tropical Disease
Towards a Filariasis-Free Country by 2020” Peminatan Kesehatan
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2015 Peserta Seminar Profesi “Are You Selected Eater? Be Careful To Obesity!”
Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
2016 Mahasiswa Magang di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Tangerang Mill
Periode Januari-Februari 2016
KEPANITIAAN
2009 Divisi Perlengkapan Panitia Lomba Paskibra SMA Negeri 4 Kota
Tangerang Selatan Tahun 2009
2012 Penyuluh Ketok 1000 Pintu “Aksi Tanggap Peduli Kesehatan Keluarga”
Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012
2013 Divisi Konsumsi Panitia “Social Project FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013”
2014 Kelompok Panitia Pemungutan Suara Komisi Pemilihan Umum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
2015 Badan Pengawas Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
2015 Divisi PHD Panitia Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015 “Peduli
Keselamatan Berkendara: Aku dan Ojek Online Tertib Berlalu Lintas”
2016 Divisi Acara-Registrasi GEMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) VI “Peduli
Kesehatan Gigi” Manggarai
ix
KATA PENGANTAR
x
8. Sahabat-sahabat penulis, Devina Koesnatasha Alvionita, Eka Ari Nuryanti,
S.K.M., dan Lilis Yuliarti yang selalu memberi dukungan dan
semangatnya, selalu berbagi suka dan duka selama masa kuliah hingga
tahap terakhir penulis menjadi mahasiswa.
9. Kawan seperjuangan Nova Elyanti, Elsya Ristia, S.K.M., Rr. Putri
Annisya A. P, S.K.M., Anis Rohmana Malik, S.K.M., kawan-kawan
Katiguys dan Kesmas 2012 lainnya, serta sahabat dugong yang sudah dan
masih berjuang dalam penyelesaian skripsinya, terimakasih atas dukungan
serta semangatnya selama ini kepada penulis.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan doa dan harapan bahwa
segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan seluruh pembaca yang lain. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
xii
2.4.2 Tingkat Pendidikan ..............................................................................................32
2.4.3 Masa Kerja ...........................................................................................................33
2.4.4 Pengetahuan .........................................................................................................33
2.4.5 Sikap ....................................................................................................................35
2.4.6 Persepsi ................................................................................................................36
2.4.7 Fasilitas ................................................................................................................37
2.4.8 Pelatihan...............................................................................................................38
2.4.9 Pengawasan ..........................................................................................................38
2.5 Kerangka Teori ...........................................................................................................39
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...............................40
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................................40
3.1 Definisi Operasional ...................................................................................................42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................................44
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................................44
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................................................44
4.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................................44
4.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...............................................45
4.4.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................45
4.4.2 Instrumen Penelitian ............................................................................................46
4.5 Pengolahan Data .........................................................................................................46
4.5.1 Coding..................................................................................................................46
4.5.2 Editing..................................................................................................................50
4.5.3 Entry.....................................................................................................................50
4.5.4 Cleaning ...............................................................................................................50
4.6 Analisis Data ..............................................................................................................50
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Data .............................................................................50
BAB V HASIL .....................................................................................................................53
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Y..............................................................................53
5.2 Gambaran Perilaku Hand Hygiene Perawat ...............................................................56
5.3 Gambaran Determinan Perilaku Hand Hygiene Perawat ...........................................57
xiii
5.4 Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir
Berdasarkan Faktor Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung
X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017 .............................................................................59
5.5 Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan Faktor
Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y
Jakarta Tahun 2017 ..........................................................................................................63
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................................67
6.1 Keterbatasan Penelitian ..............................................................................................67
6.2 Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X
Rumah Sakit Y Jakarta .....................................................................................................67
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................90
7.1 Simpulan .....................................................................................................................90
7.2 Saran ...........................................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................93
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
DAFTAR ISTILAH
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Dari hasil survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari
14 negara yang mewakili 4 kawasan WHO (Eropa, Timur Tengah, Asia
Tenggara, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% dari pasien rumah
sakit mengalami infeksi nosokomial. Frekuensi tertinggi infeksi nosokomial
dilaporkan dari rumah sakit di Kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara
(masing-masing 11,8% dan 10,0%), dengan prevalensi 7,7% dan 9,0% masing-
masing di kawasan Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2002). Sementara itu, data
dari WHO juga didapatkan tahun 2005 di Itali diperoleh angka kejadian HAIs
sebesar 6,7%, tahun 2006 di UK sebesar 9% dan di Perancis sebesar 6,7-7,4%.
Begitu pula di Indonesia, dari 10 RSU Pendidikan yang mengadakan surveilans
aktif diperoleh angka kejadian HAIs sebesar 6-16% dengan rata-rata 9,8%
(Ditjen Yankes, 2017).
Pada seminar sehari Patient Safety dan Pencegahan Pengendalian Infeksi
di Jakarta, Menteri Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa kejadian infeksi
nosokomial terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika,
sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika, maka dari itu infeksi
nosokomial merupakan masalah penting di seluruh dunia (Depkes, 2011).
Rumah Sakit Y Jakarta merupakan rumah sakit bertaraf internasional dan
termasuk dalam klasifikasi rumah sakit kelas A dengan fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik lebih banyak dibandingkan rumah sakit dengan klasifikasi
kelas B, C, dan D sehingga setiap hari Rumah Sakit Y dipadati oleh banyaknya
jumlah pasien yang masuk serta pengunjung. Berdasarkan data yang dilaporkan
oleh komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di
Rumah Sakit Y, khususnya di gedung X, ditemukan kasus infeksi rumah sakit
jenis IAD, plebitis, dan ISK tertinggi pada tahun 2010 yaitu masing-masing
sebesar 4,08%, 2,51%, dan 19,12%.
Infeksi jenis HAP juga ditemukan dengan kasus tertinggi pada tahun 2010
dan 2011 yaitu sebesar 1,81% dan 1,97%, jenis VAP tertinggi pada tahun 2011
(21,02%), 2013 (3,29%), dan masih ditemukan pada tahun 2016 semester 1 yaitu
sebesar 2,43%. Sementara untuk kasus dekubitus, angka kejadian tertinggi
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2,93% dan angka kejadian IDO tertinggi
pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,00% yang kemudian mengalami peningkatan
3
hingga tahun 2016 semester 1 menjadi 2,11%. Angka kejadian infeksi rumah
sakit tersebut masih berada di atas standar kejadian infeksi rumah sakit untuk
jenis pelayanan rawat inap, yaitu sebesar 1,5% berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 129 tahun 2008 mengenai Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
Petugas kesehatan, khususnya perawat, sebagai pemberi pelayanan
kesehatan di rumah sakit, merupakan orang-orang yang berhubungan secara
langsung dengan pasien sehingga memiliki peran yang besar dalam rantai
penularan terjadinya infeksi. Pentingnya peran perawat dalam terjadinya infeksi
rumah sakit tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bady, dkk
(2007) di IRNA I RSUP Dr. Sardjito. Penelitian tersebut mendapatkan hasil
bahwa kinerja SDM perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial sangat baik
(85,96%) sehingga kontribusi perawat dalam menyebabkan infeksi nosokomial
rendah/kecil. Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan di RS Roemani
Semarang oleh Kasmad (2010), ditemukan bahwa kejadian infeksi nosokomial
saluran kemih yang mendapatkan perawatan kateter dengan kualitas yang kurang
sebesar 83,33%. Hal itu menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas
perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih dengan p
value (0,029). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Prastika (2012) di RSUD
Majalaya juga didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan
pemasangan infus yang tidak memperhatikan prinsip sterilitas dengan kejadian
flebitis dengan p value (0,031). Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian di
ruang rawat inap RSUD Tugurejo Semarang oleh Triwidyawati (2013) dengan p
value (0,000).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa
tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan selama melakukan perawatan
kepada pasien memiliki pengaruh terhadap terjadinya infeksi rumah sakit. Salah
satu upaya untuk mengendalikan infeksi rumah sakit yaitu memutus rantai
penularan infeksi dengan menerapkan kewaspadaan isolasi (isolation
precautions) di mana kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.
4
PPIRS dan baru dijalankan pada tahun 2016, namun kelengkapan data tidak
tersedia sehingga tidak dapat dilihat angka kepatuhan penerapan kedua item
tersebut. Sementara tujuh item sisanya (pengendalian lingkungan, pengelolaan
limbah, kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan, penempatan
pasien, hygiene respirasi/etika batuk, praktek menyuntik aman, praktek untuk
lumbal pungsi) tidak ada pengawasan langsung dari pihak PPIRS sehingga tidak
ada data terkait ketujuh item kewaspadaan standar tersebut.
Angka kepatuhan penerapan kewaspadaan standar di Rumah Sakit Y yang
masih di bawah standar tersebut menunjukkan masih rendahnya perilaku
penerapan kewaspadaan standar oleh perawat. Perilaku itu sendiri dipengaruhi
oleh beberapa faktor pembentuknya, seperti dalam penelitian yang dilakukan
oleh Ningsih (2013) didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dan motivasi dengan perilaku pencegahan infeksi rumah sakit dengan p value
masing-masing sebesar 0,002 dan 0,006, begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setiyawati (2008), Khoidrudin dkk (2011), Mada dkk (2013),
Yanti (2014), Abdullah, Sidin, & Andi Pasinringi (2014), Salawati dkk (2014),
Handojo (2015), dan Marnita (2015). Pada penelitian Ambasari (2013) juga
ditemukan ada hubungan antara pelatihan, sarana dan prasarana, serta dukungan
supervisi dalam pencegahan infeksi rumah sakit dengan p value masing-masing
sebesar 0,001; 0,000 dan 0,000.
Berdasarkan data yang menunjukkan bahwa masih tingginya angka
kejadian infeksi rumah sakit dan masih rendahnya angka kepatuhan penerapan
hand hygiene perawat di gedung X Rumah Sakit Y, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku hand hygiene dan
determinannya pada perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y
Jakarta tahun 2017, mengingat gedung X merupakan gedung rawat inap yang
setiap harinya menampung banyak pasien.
pula angka kepatuhan penerapan hand hygiene yang masih berada di bawah
target yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Y (≥ 85%), yaitu 82,4%. Tindakan
keperawatan, termasuk tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh petugas kesehatan, memiliki peran penting dalam mencegah
terjadinya infeksi rumah sakit. Sehingga berdasarkan data tersebut, perlu
diketahui bagaimana gambaran perilaku hand hygiene dan determinannya pada
perawat di ruang rawat inap gedung X Rumah Sakit Y Jakarta yang berperan
dalam terjadinya infeksi. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk menganalisis
bagaimana pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
Y sehingga outcome yang didapat yaitu menurunnya angka morbiditas dan
mortalitas pasien yang dirawat akibat infeksi rumah sakit atau infeksi yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
10
11
(2) Yang tidak ada atau tidak dalam masa inkubasi pada waktu masuk
rumah sakit.
Suatu infeksi pada penderita dapat dikatakan sebagai infeksi
nosokomial bila memenuhi beberapa kriteria berikut: (Hasbullah, 1993)
a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak
didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut;
b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang
dalam inkubasi dari infeksi tersebut;
c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-
kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan;
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya;
e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda
infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika
dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta
belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
Baik di negara maju maupun negara berkembang, infeksi rumah sakit
masih menjadi masalah karena merupakan salah satu penyebab tingginya
angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit. Infeksi rumah sakit pertama
kali dikenal pada tahun 1847 oleh Semmelweis dan sejak tahun 1950 sudah
mulai diteliti lebih mendalam di berbagai negara, terutama di Amerika Serikat
dan Eropa. Angka infeksi rumah sakit yang tercatat di beberapa negara
berkisar antara 3,3% - 9,2% di mana hal itu berarti sekian persen pasien yang
sedang dirawat mengalami infeksi rumah sakit dan dapat terjadi secara akut
ataupun kronis (Darmadi, 2008).
Infeksi rumah sakit dapat dijadikan sebagai tolak ukur mutu pelayanan
rumah sakit, di mana jika angka kejadian infeksi di suatu rumah sakit tinggi
maka izin operasional rumah sakit tersebut dapat dicabut. Infeksi ini diyakini
akan menjadi lebih penting sebagai masalah kesehatan masyarakat seiring
dengan meningkatnya dampak ekonomi dan manusia sebagai akibat dari
peningkatan populasi, kepadatan penduduk, serta meningkatnya jumlah orang
dengan kekebalan tubuh yang rendah yang disebabkan oleh usia, penyakit,
dan perawatan/pengobatan (Akpochafor, 2015).
12
c. Faktor lingkungan
Rumah sakit sebagai tempat bertemu antara pasien yang
terinfeksi dengan pasien lain maupun tenaga kesehatan lainnya
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi rumah sakit.
Pasien yang telah terinfeksi dapat menjadi sumber infeksi
selanjutnya. Padatnya kondisi di rumah sakit, frekuensi
perpindahan pasien dari satu unit ke unit lainnya, serta
tingginya kerentanan pasien terhadap infeksi dalam satu area
memiliki kontribusi yang sama dengan meningkatnya kejadian
infeksi rumah sakit. Mikroba dapat mengkontaminasi benda,
peralatan, dan bahan lainnya yang kemudian kontak dengan
bagian tubuh pasien yang rentan.
d. Resistensi bakteri
Meluasnya penggunaan antimikroba untuk terapi atau
profilaksis merupakan penentu utama munculnya resistensi
yang menyebabkan agen antimikroba menjadi kurang efektif.
Saat ini, sudah banyak virus dan bakteri, seperti pneumococci,
staphylococci, enterococci, dan tuberculosis, yang tahan
terhadap sebagian besar atau semua antimikroba yang
sebelumnya efektif ketika diberikan kepada pasien yang
terinfeksi.
Darmadi (2008) mengungkapkan faktor-faktor luar yang
mempengaruhi terjadinya infeksi rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Petugas pelayanan medis, yaitu dokter, perawat, bidan, tenaga
laboratorium.
b. Peralatan dan material medis, seperti jarum, kateter, respirator,
kain, kassa.
c. Lingkungan, dapat berupa lingkungan internal dan eksternal.
Lingkungan internal di antaranya ruangan/bangsal perawatan,
kamar bersalin, dan kamar bedah. Lingkungan eksternal di
antaranya halaman rumah sakit, tempat pembuangan
sampah/pengolahan limbah.
15
c. Tahap III
Pada tahap ini, setelah mikroba memperoleh akses
masuk, mikroba patogen dengan segera melakukan invasi dan
mencari jaringan yang sesuai yang selanjutnya melakukan
multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan
destruktif terhadap jaringan hingga terjadilah infeksi yang
mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan
fisiologis jaringan pada penderita.
sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga dapat mengurangi penyebaran infeksi dan lingkungan tetap
terjaga.
Cuci tangan harus dilakukan pada saat diperkirakan adanya
kemungkinan terjadi perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum
melakukan suatu tindakan perawatan yang seharusnya dilakukan secara
bersih, dan setelah melakukan tindakan perawatan yang kemungkinan
terjadi pencemaran. Menurut WHO (2009), terdapat lima indikasi
kebersihan tangan yang kemudian dikembangkan oleh Komite PPIRS
Rumah Sakit Y (2015) menjadi sebagai berikut:
1) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila
terlihat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
lainnya, atau setelah menggunakan toilet.
2) Apabila terbukti atau dicurigai kuat memiliki kontak dengan
patogen yang kemungkinan membentuk spora.
3) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik
tangan rutin pada semua situasi dan bila tangan tidak terlihat
kotor.
4) Dilakukan kebersihan tangan pada kondisi berikut: sebelum
dan sesudah menyentuh pasien; sebelum melakukan tindakan
invasif untuk perawatan pasien, tidak peduli apakah
menggunakan sarung tangan atau tidak; setelah kontak dengan
cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak
intak, atau merawat luka; apabila berpindah dari area tubuh
yang terkontaminasi ke area tubuh lain selama perawatan pada
pasien yang sama; setelah kontak dengan permukaan benda
mati dan objek termasuk peralatan medis; setelah melepas
sarung tangan steril.
5) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan.
26
2.3 Perilaku
Faktor Predisposisi:
a. Karakteristik individu (usia,
jenis kelamin, tingkat
pendidikan, masa kerja)
b. Pengetahuan
c. Sikap
d. Persepsi
e. Keyakinan
f. Nilai-nilai dan tradisi
Perilaku
Faktor Pemungkin:
a. Fasilitas
b. Pelatihan
Faktor Penguat:
a. Peraturan dan undang-undang
b. Pengawasan
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu tersebut, seperti fasilitas, lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik. Faktor eksternal yang paling besar peranannya
adalah faktor sosial dan budaya di mana seseorang tersebut berada.
Faktor sosial sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku seseorang di antaranya struktur sosial, pranata
sosial, dan permasalahan-permasalahan sosial lainnya, sementara
faktor budaya yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang
di antaranya nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan
masyarakat, dan tradisi.
Faktor Predisposisi:
a. Karakteristik
individu (usia, jenis
kelamin, tingkat
pendidikan, masa
kerja) Perilaku Penerapan Kewaspadaan
b. Pengetahuan Standar:
c. Sikap 1. Kebersihan Tangan/Hand Hygiene
d. Persepsi 2. Alat Pelindung Diri (APD)
e. Keyakinan 3. Peralatan Perawatan Pasien
f. Nilai-nilai, tradisi 4. Pengendalian Lingkungan
5. Pengelolaan Limbah
6. Pemrosesan Peralatan Pasien dan
Faktor Pemungkin: Penatalaksanaan Linen
a. Fasilitas 7. Kesehatan Karyawan/Perlindungan
b. Pelatihan Petugas Kesehatan
8. Penempatan Pasien
9. Hygiene Resirasi/Etika Batuk
Faktor Penguat: 10. Praktek Menyuntik yang Aman
a. Peraturan dan 11. Praktek untuk Lumbal Pungsi
undang-undang
b. Pengawasan
Faktor Determinan:
a. Usia
b. Tingkat pendidikan
c. Masa kerja
d. Pengetahuan tentang Perilaku Penerapan
hand hygiene Hand Hygiene
e. Sikap tentang hand a. Sabun dan Air
hygiene Mengalir
f. Persepsi tentang hand b. Handrub
hygiene
g. Fasilitas
h. Pelatihan
i. Pengawasan
40
41
Populasi target dari penelitian ini yaitu perawat di ruang rawat inap
gedung X Rumah Sakit Y Jakarta yang berinteraksi langsung dengan pasien
dan berpotensi sebagai perantara dalam kejadian infeksi rumah sakit.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode probability sampling, yaitu
simple random sampling karena seluruh perawat memiliki potensi yang sama
sebagai perantara kejadian infeksi rumah sakit. Penentuan besar sampel
dihitung dengan menggunakan rumus estimasi proporsi sebagai berikut:
Keterangan:
n = besar sampel
Zα = CI (derajat kepercayaan) 95% (1,96)
p = probabilitas dari penelitian terdahulu
d = presisi/ketepatan = 10%
44
45
4.5.1 Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan atau sebaliknya, yaitu dengan
pengklasifikasian data dengan memberikan kode pada data yang telah
dikumpulkan. Rincian kode masing-masing variabel dijelaskan dalam
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kode Variabel
Variabel Kode
Identitas responden A1-A3
Usia A4
Masa kerja A5
Tingkat Pendidikan A6
Pelatihan A7
b. Usia
Pada variabel ini, skala jawabannya yaitu dalam satuan
tahun. Kemudian dikategorikan menjadi dua, yaitu usia dewasa
awal (18-40 tahun) dan usia dewasa madya (>40 tahun).
c. Tingkat pendidikan
Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (1) menengah (DIII
Keperawatan/Akper) dan (2) tinggi (S1 Keperawatan).
d. Masa kerja
Pada variabel ini, skala jawabannya yaitu dalam satuan
tahun. Kemudian dikategorikan menjadi dua, yaitu masa kerja
< 2 tahun dan masa kerja ≥ 2 tahun.
e. Pengetahuan tentang hand hygiene
Pada variabel ini, terdapat 18 pernyataan (B1-B18) dengan
dua skala jawaban: benar (2 poin), dan salah (1 poin).
Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) baik jika skor
jawaban > 34 (median) dan (0) kurang jika skor jawaban 34
(median).
f. Sikap tentang hand hygiene
Pada variabel ini, terdapat 23 pernyataan (C1-C23) dengan
empat skala jawaban: sangat setuju (3 poin), setuju (2 poin),
tidak setuju (1 poin), dan sangat tidak setuju (0 poin).
Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) positif jika
skor jawaban > 62,5 (median) dan (0) negatif jika skor
jawaban 62,5 (median).
g. Persepsi tentang hand hygiene
Pada variabel ini, terdapat 16 pernyataan (D1-D16)
dengan empat skala jawaban: sangat setuju (3 poin), setuju (2
poin), tidak setuju (1 poin), dan sangat tidak setuju (0 poin).
Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) positif jika
skor jawaban > 39 (median) dan (0) negatif jika skor jawaban
39 (median).
49
h. Fasilitas
Pada variabel ini, terdapat 5 pernyataan (E1-E5) dengan
empat skala jawaban: sangat setuju (3 poin), setuju (2 poin),
tidak setuju (1 poin), dan sangat tidak setuju (0 poin).
Sementara hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) tersedia jika
skor jawaban > 11 (median), dan (0) tidak tersedia jika skor
jawaban 11 (median).
i. Pelatihan
Pada variabel ini, hasil ukurnya yaitu (1) ya dan (0) tidak.
j. Pengawasan
Pada variabel ini, terdapat 8 pernyataan (F1-F8) dengan
dua skala jawaban: ya (1 poin) dan tidak (0 poin). Sementara
hasil ukur pada variabel ini yaitu (1) ya jika skor jawaban > 7
(median), dan (0) tidak jika skor jawaban 7 (median).
4.5.2 Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian
lembar kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah
lengkap, jelas, relevan, dan konsisten, yaitu dengan cara mengukur,
mengurutkan, mengelompokkan dan mengoreksi data yang telah
terkumpul.
4.5.3 Entry
Entry merupakan kegiatan memasukkan data ke dalam program
komputer untuk analisis data setelah semua isian kuesioner terisi penuh
dan benar, dan juga sudah melewati proses pengkodean.
4.5.4 Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di entry, bertujuan untuk mengetahui apakah ada data yang
belum di entry atau ada kesalahan saat mengentry data.
variabel memiliki nilai r hasil > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel.
BAB V
HASIL
Rumah Sakit Y Jakarta merupakan salah satu rumah sakit kelas A milik
Kementerian Kesehatan RI. Visi rumah sakit ini yaitu menciptakan
pengalaman istimewa untuk semua melalui Academic Health System, dengan
misi yaitu:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan lulusan unggul,
berbasis riset dalam rumah sakit bertaraf internasional.
3. Melaksanakan penelitian kedokteran dan penelitian pendidikan
kedokteran bertaraf internasional, lintas disiplin untuk mengatasi dan
mengantisipasi masalah kesehatan di masa depan.
4. Berperan aktif membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam bidang pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian
kesehatan.
5. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif,
efisien, dan akuntabel, sehingga terwujud pertumbuhan finansial
serta manajemen yang handal.
Rumah Sakit Y Jakarta ini memiliki 24 departemen, yaitu departemen
medik kesehatan anak, patologi anatomik, medik gigi dan mulut, radiologi,
forensik & medikolegal, rehabilitas medis, medik orthopaedi dan
traumatologi, urologi, ilmu penyakit dalam, medik ilmu bedah, bedah saraf,
akupuntur, THT, neurologi, medik ilmu kesehatan jiwa, farmakologi klinik,
medik anestesi, patologi klinik, medik kebidanan dan kandungan, radioterapi,
kulit dan kelamin, gizi klinik, mata, serta mikrobiologi klinik.
Di rumah sakit ini terdapat pula delapan instalasi pelayanan, yaitu
instalasi gawat darurat, gizi, PKRS, bedah pusat, farmasi, sterilisasi pusat,
administrasi logistik, pelatihan & simulasi klinik (ICTEC), serta 12 unit
pelayanan, di antaranya yaitu unit pelayanan terpadu Kencana,
53
54
PKIA Kiara, unit rawat jalan terpadu, unit rawat inap terpadu gedung X, unit
pelayanan jantung terpadu, unit rekam medik dan administrasi rawat inap,
unit admisi, unit pelayanan bedah sehari, unit pelayanan transfusi darah, unit
CEEBM (Center for Clinical Epidemiology & Evidence–Based Medicine),
unit pelayanan laboratorium terpadu, dan unit pelayanan terpadu teknologi
kedokteran sel punca RSY – FKUI.
Salah satu unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit Y Jakarta yaitu unit
rawat inap terpadu gedung X. Unit ini merupakan unit rawat inap yang
diresmikan pada tanggal 8 Mei 2008 dengan kapasitas tempat tidur sebanyak
900 tempat tidur dan terdiri dari 169 kamar rawat, menjadikan gedung X
sebagai unit rawat inap terbesar di Indonesia dengan sasaran pasar terbesar
yaitu pasien Jaminan Kesehatan Nasional.
Pelayanan rawat inap yang diterapkan di gedung X ini meliputi:
a. Inpatient services, termasuk di antaranya yaitu ruang rawat dewasa
(obstetri dan ginekologi, bedah termasuk transpalant hati dan ginjal,
penyakit dalam, THT, kulit dan kelamin, isolasi imunitas menurun,
isolasi airborne disease, neurologi, bedah saraf, dan ruang stroke)
dan ruang rawat anak.
b. Ruang rawat High Care Unit, termasuk di antaranya ruang rawat
high care unit dewasa dan ruang rawat high care unit bedah saraf
post operasi (BSPO).
c. Penunjang aktif proses inti unit kerja pelayanan yaitu pelayanan
farmasi, gizi, dan patologi klinik.
Gedung X terdiri dari 8 lantai dengan masing-masing pembagian lokasi
ruangan di tiap lantai adalah sebagai berikut:
a. Lantai 1: lobi utama (ruang kasir dan penjamin, ruang discharge
planner), zona A (ruang rawat anak) dan zona B (ruang rawat khusus
VVIP).
b. Lantai 2: zona A (ruang rawat transisi anak, onkologi obsgin) dan
zona B (ruang kemoterapi obsgin, ruang rawat ginekologi, ruang
rawat gabung, ruang rawat kangoroo mother care).
c. Lantai 3: ruang rawat VVIP, VIP, kelas 1, dan ruang kemoterapi.
55
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap
Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017
Variabel Mean Median Min – Max Std. Deviasi
Perilaku Hand
12,91 12,75 9,5-16 1,339
Hygiene
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang
Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017
Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 42 44,7
Perilaku Hand Hygiene
Kurang 52 55,3
Perilaku Hand Hygiene Baik 36 38,3
dengan Sabun dan Air
Kurang 58 61,7
Mengalir pada Perawat
Perilaku Hand Hygiene Baik 40 42,6
dengan Handrub pada
Kurang 54 57,4
Perawat
Total 94 100
57
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Determinan Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang
Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017
No Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Dewasa Madya 29 30,9
Usia
Dewasa Awal 65 69,1
2. Tinggi 12 12,8
Tingkat Pendidikan
Menengah 82 87,2
3. ≥ 2 Tahun 79 84
Masa Kerja
< 2 Tahun 15 16
4. Baik 20 21,3
Pengetahuan
Kurang 74 78,7
5. Positif 47 50
Sikap
Negatif 47 50
6. Positif 45 47,9
Persepsi
Negatif 49 52,1
7. Fasilitas Tersedia 37 39,4
58
5.4 Gambaran Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir
Berdasarkan Faktor Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap
Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun 2017
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene dengan Sabun dan Air Mengalir
Berdasarkan Faktor Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah
Sakit Y Jakarta Tahun 2017
Perilaku Hand Hygiene dengan
Sabun dan Air Mengalir
No. Variabel Kategori
Baik Kurang
N % N %
Dewasa Madya 15 41,7 14 24,1
1. Usia
Dewasa Awal 21 58,3 44 75,9
Tingkat Tinggi 8 22,2 4 6,9
2.
Pendidikan Menengah 28 77,8 54 93,1
≥ 2 Tahun 29 80,6 50 86,2
3. Masa Kerja
< 2 Tahun 7 19,4 8 13,8
Baik 4 11,1 16 27,6
4. Pengetahuan
Kurang 32 88,9 42 72,4
Positif 19 52,8 28 48,3
5. Sikap
Negatif 17 47,2 30 51,7
Positif 16 44,4 29 50
6. Persepsi
Negatif 20 55,6 29 50
Tersedia 15 41,7 22 37,9
7. Fasilitas
Tidak Tersedia 21 58,3 36 62,1
Ya 35 97,2 58 100
8. Pelatihan
Tidak 1 2,8 0 0
Ya 2 5,6 4 6,9
9. Pengawasan
Tidak 34 94,4 54 93,1
61
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Hand Hygiene dengan Handrub Berdasarkan Faktor
Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta
Tahun 2017
Perilaku Hand Hygiene dengan
Handrub
No. Variabel Kategori
Baik Kurang
N % N %
Dewasa Madya 13 32,5 16 29,6
1. Usia
Dewasa Awal 27 67,5 38 70,4
Tingkat Tinggi 8 20 4 7,4
2.
Pendidikan Menengah 32 80 50 92,6
≥ 2 Tahun 35 87,5 44 81,5
3. Masa Kerja
< 2 Tahun 5 12,5 10 18,5
Baik 9 22,5 11 20,4
4. Pengetahuan
Kurang 31 77,5 43 79,6
5. Sikap Positif 20 50 27 50
64
6.2 Perilaku Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X
Rumah Sakit Y Jakarta
Kejadian infeksi rumah sakit merupakan salah satu indikator mutu dari
suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Tingginya angka kejadian infeksi rumah
sakit dapat menurunkan citra dan mutu pelayanan rumah sakit, sehingga
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit sangatlah penting untuk
dilakukan guna meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit
maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dapat dilakukan
dengan menerapkan kewaspadaan standar yang tidak terlepas dari peran
masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pimpinan, staf
administrasi, pemberi pelayanan kesehatan, maupun pengguna jasa termasuk
pasien dan pengunjung. Pemberi pelayanan kesehatan, khususnya perawat,
tentu memiliki peran yang penting terhadap pencegahan dan pengendalian
67
68
infeksi karena perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang
berhubungan langsung dengan pasien dan bahan infeksius di ruang rawat
(Darmadi, 2008).
Perilaku perawat dalam menerapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi rumah sakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti yang
disebutkan dalam teori Green (1980) bahwa faktor-faktor pembentuk perilaku
antara lain faktor predisposisi (karakteristik individu, pengetahuan, sikap,
persepsi, keyakinan, nilai-nilai, tradisi), faktor pemungkin (fasilitas,
pelatihan), dan faktor penguat (peraturan perundang-undangan, pengawasan).
Hand hygiene merupakan salah satu hal penting dalam mencegah dan
mengendalikan penyebaran infeksi rumah sakit dengan cara menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme
pada kulit yang diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan
(Kemenkes RI, 2011). Hand hygiene atau kebersihan tangan dilakukan baik
sebelum maupun sesudah perawat melakukan tindakan perawatan sehingga
kemungkinan terjadinya perpindahan mikroorganisme melalui tangan dapat
diantisipasi.
Kepatuhan perawat dalam menerapkan hand hygiene besar peranannya
dalam menekan kejadian infeksi rumah sakit. Angka kepatuhan perawat yang
didapatkan dari komite PPIRS dalam menerapkan hand hygiene di Gedung X
Rumah Sakit Y Jakarta masih berada di bawah target yang telah ditetapkan (≥
85%), yaitu sebesar 83,4% sehingga berpengaruh pula pada masih tingginya
angka kejadian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit Y Jakarta. Rendahnya
kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene dapat menggambarkan
bagaimana perilaku perawat dalam menerapkan hand hygiene di lingkungan
kerjanya.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa masih banyak perawat
yang memiliki perilaku kurang dalam penerapan hand hygiene yaitu sebanyak
52 perawat (55,3%). Sementara itu, berdasarkan jenisnya, perilaku hand
hygiene dibagi menjadi dua, yaitu hand hygiene dengan sabun dan air
mengalir, dan hand hygiene dengan menggunakan handrub. Perilaku perawat
yang kurang masih ditunjukkan dalam penerapan dari kedua jenis hand
69
hygiene tersebut, di mana untuk perilaku hand hygiene dengan sabun dan air
mengalir persentase kategori kurang yang didapatkan sebesar 61,7% (58
perawat), sedangkan perilaku hand hygiene dengan handrub yaitu sebesar
57,4% (54 perawat). Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa masih
banyak perawat yang memiliki perilaku kurang dalam penerapan hand
hygiene, bahkan hasilnya masih jauh berada di bawah angka kepatuhan yang
dilaporkan oleh komite PPIRS, sehingga hal ini dapat menjadi faktor
penyebab masih tingginya angka kejadian infeksi rumah sakit di Rumah Sakit
Y Jakarta.
Rendahnya perilaku hand hygiene menurut Maryanti (2014) dapat
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kebersihan
tangan di kalangan petugas kesehatan, khususnya perawat, kurangnya
kewaspadaan terhadap risiko yang dapat terjadi selama proses perawatan
pasien, salahnya pemahaman petugas kesehatan mengenai hal-hal seperti
penggunaan sarung tangan yang dapat menggantikan tindakan cuci tangan,
tidak tersedianya fasilitas penunjang pelaksanaan hand hygiene, serta
kurangnya peran pihak tertentu seperti rekan sejawat dan atasan terhadap
pelaksanaan hand hygiene.
Ambasari (2013) menyatakan bahwa hand hygiene merupakan pilar dari
pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga bila tidak dilakukan
menyebabkan terjadinya perpindahan mikroorganisme dari manusia ke
manusia atau ke benda. Dari hasil wawancaranya dengan ketua komite
pencegahan dan pengendalian infeksi RSUD Al Ihsan pada awal tahun 2013
didapatkan informasi bahwa sebenarnya tidak mudah bagi perawat di ruangan
menerapkan kewaspadaan standar, alasannya adalah kurangnya kesadaran diri
petugas kesehatan dalam melakukan cuci tangan, terutama lima momen dan
sarana handrub dan hand wash yang tidak merata, di mana idealnya adalah
satu kamar pasien ada satu handrub/hand wash.
Dalam penelitian Khoidrudin (2009) juga didapatkan mayoritas perawat
(60%) belum melakukan tindakan pencegahan dengan baik. Hal ini
menunjukan bahwa perawat belum mampu melakukan hal yang berkaitan
dengan keselamatan dan keamanan kerja di rumah sakit, padahal salah satu
70
perilaku seseorang dalam waktu yang panjang (Efendi dan Makhfudli, 2009).
Penggunaan media informasi ini bermanfaat untuk mengatasi berbagai
hambatan dalam pemahaman perawat mengenai hand hygiene, selain itu
penggunaannya pun dapat meningkatkan minat perawat sehingga perawat
terangsang untuk meneruskan pesan yang diperolehnya tersebut kepada
perawat lain. Dalam pelaksanaannya diperlukan koordinasi manajemen,
terutama pihak PPIRS dengan kepala perawat yang bertanggung jawab di
tiap-tiap nurse station untuk mengadakan diskusi-diskusi ringan serta
meningkatkan penyebaran informasi terkait penerapan hand hygiene sesuai
dengan standar melalui media leaflet/brosur maupun poster yang khusus
diperuntukkan kepada perawat di nurse station tersebut, mengingat selama ini
di gedung X Rumah Sakit Y penyebaran poster kesehatan hanya difokuskan
kepada pasien dan pengunjung rumah sakit saja.
Pengawasan terhadap kepatuhan perilaku hand hygiene juga penting
untuk dilakukan guna menyadarkan perawat bahwa mereka memiliki
tanggung jawab kepada tiap-tiap pasien yang ada di rumah sakit. Pengawasan
ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan budaya kepatuhan mencuci
tangan, sehingga observasi kepada perawat mengenai kepatuhan dalam hand
hygiene secara rutin dan menyeluruh dapat dijadikan bagian dari program
pencegahan infeksi di rumah sakit. WHO telah menetapkan lima momen yang
harus perawat lakukan dalam menerapkan hand hygiene, yaitu sebelum
kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah berisiko terkena
cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien. Penerapan kelima momen tersebut dapat dijadikan
standar dalam menetapkan angka kepatuhan hand hygiene perawat (Elizabeth,
2017).
Talbot (2015) menyatakan bahwa angka kepatuhan hand hygiene yang
didapatkan dari hasil observasi dapat dijadikan acuan untuk menentukan area
mana yang perlu untuk ditingkatkan pengawasannya sehingga dapat
mencapai target angka kepatuhan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah
sakit. Angka kepatuhan hand hygiene perawat dapat meningkat jika dalam
lingkungan kerja tersebut memiliki peran pemimpin yang kuat, tim perawat
73
yang dapat bekerja sama dengan baik, serta komunikasi yang baik antara
pengawas dan perawat pelaksana (Talbot, 2015). Pengawasan terhadap
kepatuhan hand hygiene perawat penting sebagai evaluasi program
pencegahan infeksi di rumah sakit, di mana WHO sendiri telah
merekomendasikan metode observasi secara langsung dengan menggunakan
lima momen hand hygiene (Elizabeth., dkk, 2017).
Hasil observasi pada penelitian ini masih memiliki keterbatasan
mengingat proses pelaksanaannya yang tidak dilakukan hingga pada ruang
rawat pasien, sehingga hasil yang didapatkan belum cukup menggambarkan
perilaku perawat terhadap penerapan hand hygiene langsung pada saat akan
bersentuhan atau melakukan tindakan kepada pasien. Oleh karena itu,
diharapkan pada peneliti selanjutnya kegiatan observasi dapat dilakukan
sesuai dengan lima momen hand hygiene, terutama saat perawat akan
bersentuhan atau memberikan tindakan keperawatan langsung kepada pasien.
komunikasi dua arah tersebut dapat secara efektif memberikan informasi dan
pesan kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi
rumah sakit, khususnya hand hygiene.
Di Rumah Sakit Y sendiri, kegiatan pelatihan sudah dilakukan dari
pihak Diklat kepada sebagian besar perawat, namun diketahui bahwa perawat
hanya mengikuti pelatihan satu kali sejak perawat tersebut masuk sampai
penelitian ini dilakukan. Maka dari itu, kegiatan diskusi antar perawat terkait
hand hygiene dirasa lebih efektif terutama jika dilaksanakan secara rutin dan
berkelanjutan, baik itu untuk perawat lama maupun baru. Sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Yuniari (2012) bahwa kegiatan pelatihan serta diskusi guna
menambah pengetahuan perawat tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat, tetapi harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, dengan
demikian pengetahuan tetap akan menjadi kontrol terhadap seseorang untuk
berperilaku baik.
Penggunaan media promosi juga dapat meningkatkan pemahaman
seseorang terhadap suatu informasi. Media informasi yang menggunakan alat-
alat visual seperti leaflet/brosur dan poster diketahui dapat mempermudah
seseorang dalam menerima informasi, yang mana pengetahuan mampu
disalurkan melalui indra penglihatan yaitu kurang lebih 75%-87% sehingga
pengertian serta pemahaman yang diperoleh dapat diterima dengan baik dan
lebih lama tersimpan dalam ingatan (Maulana, 2009).
negatif terhadap pelaksanaan hand hygiene yaitu sebesar 51,7% (30 perawat).
Sedangkan pada jenis hand hygiene dengan handrub, perawat yang memiliki
sikap negatif dan sikap positif memiliki jumlah yang sama memiliki perilaku
kurang baik, yaitu sebesar 50% (27 perawat). Hal ini menunjukkan bahwa
perawat yang memiliki sikap negatif terhadap perilaku penerapan hand
hygiene cenderung memiliki perilaku yang rendah dalam menerapkan hand
hygiene.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoidrudin
(2009), di mana sebagian besar sikap responden terhadap penerapan prosedur
tindakan pencegahan universal adalah cukup baik (45%) sehingga responden
telah mampu menerima terhadap stimulus yang ada dan mampu merespon
terhadap penerapan prosedur pencegahan universal yang dimanifestasikan
dalam perilaku yang tertutup. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square
diperoleh nilai x2 sebesar 11,635 dengan nilai p sebesar 0,003. Hal ini berarti
ada hubungan antara sikap perawat terhadap penerapan prosedur tindakan
pencegahan universal terhadap perilaku perawat dalam menjalankan prosedur
tindakan pencegahan universal di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.Kariadi
Semarang, karena p value (0,003) lebih kecil dari 0,05. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudrajat, dkk (2015) yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam
melaksanakan hand hygiene sebelum tindakan keperawatan dengan p value
0,053.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa
perilaku atau praktik seseorang timbul disebabkan oleh beberapa faktor yang
salah satunya adalah sikap yang dimiliki oleh orang tersebut. Sikap
merupakan reaksi yang tertutup, bukan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau berespon
terhadap objek atau stimulus, di mana sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap juga diliputi oleh emosi yang timbul pada saat melakukan suatu
tindakan, serta lingkungan di mana tindakan tersebut dilakukan. Pengaruhnya
dapat bersifat positif atau negatif. Perilaku yang berpengaruh positif akan
82
station sudah di lengkapi tissue dan sabun cuci tangan. Persediaan tissue yang
dibutuhkan jika habis letaknya pun tidak jauh dari posisi wastafel tersebut.
Sementara untuk handrub, sudah tersedia pada masing-masing troli yang ada
di nurse station yang ditujukan untuk tiap perawat yang akan memeriksa
pasien di ruang rawatnya. Ketersediaan handrub di sisi dinding pintu masuk
ruang rawat pasien dan di tiap-tiap ujung sisi tempat tidur pasien juga selalu
tersedia dilengkapi dengan kontak yang dapat dihubungi jika handrub
tersebut telah habis.
Ketersediaan sarana dan prasarana kerja mempengaruhi kinerja pegawai
dalam melakukan tindakan hand hygiene. Ketersediaan sarana dan prasarana
mencuci tangan yang cukup dan terjangkau memiliki peranan yang sangat
penting untuk meningkatkan ketaatan pelaksanaan mencuci tangan menjadi
optimal sesuai dengan standar. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan
bahwa perawat lebih sering melakukan tindakan hand hygiene dengan
menggunakan handrub dibandingkan dengan menggunakan air mengalir dan
sabun. Hal ini disebabkan karena letak ketersediaan handrub yang berada di
sisi tempat tidur pasien lebih terjangkau dibandingkan dengan wastafel yang
hanya disediakan di beberapa titik saja, sehingga tidak dapat dipungkiri jika
pelaksanaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir masih rendah
dibandingkan dengan melakukan kebersihan tangan dengan handrub.
Berdasarkan hasil analisis chi-square pada penelitian yang dilakukan
oleh Ambasari (2013) menunjukkan variabel ketersediaan sarana dan
prasarana mempunyai korelasi tinggi dengan tindakan pencegahan infeksi
nosokomial plebitis, sehingga dapat diasumsikan bila sarana tidak memadai
infeksi nosokomial dapat terjadi sehingga mempengaruhi perilaku perawat
asosiasi dalam melakukan tindakan pemasangan infus dan kebersihan tangan,
hal ini sesuai dengan hipotesa awal yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara dukungan manajemen (sarana dan prasarana) dengan pencegahan
infeksi nosokomial plebitis.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bady, Kusnanto
& Handono (2007) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara fasilitas RS dengan kinerja SDM dalam pengendalian infeksi
86
Pengawasan oleh pihak PPIRS yang tidak rutin dan tidak secara berkala
dilakukan menyeluruh kepada semua perawat mengakibatkan rendahnya
angka kepatuhan pelaksanaan hand hygiene sehingga angka kejadian infeksi
rumah sakit pun masih berada di atas standar kejadian infeksi yang telah
ditetapkan baik oleh Kemenkes RI maupun pihak Rumah Sakit Y Jakarta itu
sendiri. Beban kerja petugas PPIRS Rumah Sakit Y Jakarta juga
mempengaruhi kinerja pengawasan terhadap penerapan hand hygiene,
sehingga adanya pembagian wewenang dan tugas pengawasan yang jelas
kepada staf tertentu perlu untuk dilakukan.
Pembentukan petugas khusus pengawasan yang dapat berasal dari
masing-masing kepala perawat di ruangan maupun perawat itu sendiri dapat
dijadikan masukan guna terlaksananya pengawasan terhadap perawat
terutama di lingkungan kerja tertentu terkait penerapan hand hygiene dengan
baik, serta mampu memberikan umpan balik yang maksimal tanpa
mengganggu tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang lainnya.
Pengawasan secara langsung dan adanya teguran serta motivasi yang
diberikan akan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menerapkan hand
hygiene (Saragih., dkk, 2015). Dalam meningkatkan motivasi kerja, pengawas
memiliki fungsi sebagai model (Marquis dan Huston, 2009). Sebagai model
yang dimaksud yaitu seseorang yang dapat menjadi contoh dan panutan
tentang perilakunya, sehingga dapat memacu anggota unit kerja untuk
berkontribusi secara aktif dan positif agar tujuan organisasi tercapai.
Menurut Lairing., dkk (2009), semakin baik pengawasan kepada
perawat maka semakin baik pula kinerja perawat, di mana frekuensi dan
kualitas pengawasan yang dilakukan menjadi sangat penting mengingat
pelaksanaan pengawasan merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang
dapat meningkatkan kinerja individu.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
90
91
7.2 Saran
Abdullah, K., Sidin, A. I., & Andi Pasinringi, S. (2014). Hubungan Pengetahuan,
Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Pencegahan Infeksi Nosokomial
di RSUD Haji Makassar.
Akpochafor, M. O., Eze, C. U., Adeneye, S. O., & Ajekigbe, A. T. (2015).
Assessment Of Ultrasound Equipment As A Possible Source Of
Nosocomial Infection In Lagos State Hospitals And Radio-Diagnostic
Centres. Radiography, 21(2), 154-159. Doi:
http://dx.doi.org/10.1016/j.radi.2014.09.008.
Al-Assaf, A. F. (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan: Perspektif Internasional.
Jakarta: EGC.
Alkaff, Raihana Nadra dan Minsarnawati. (2012). Psikologi Kesehatan Bagi
Praktisi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ambasari, Wulan Novita. (2013). Hubungan Faktor-Faktor yang
Melatarbelakangi Kinerja Perawat Asosiasi dengan Pencegahan Infeksi
Nosokomial Plebitis di Ruang Inap Zumar, Zaitun II Bedah, Zaitun III
Kebidanan RSUD Al Ihsan Bandung. Jurnal Kesehatan STIKES Budi
Luhur Cimahi Volume 7 No. 2, Juli 2014.
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Posdaka.
Azhari, Akyas. (2004). Psikologi: Umum dan Perkembangan. Jakarta: Penerbit
Teraju.
Bady, A. M. (2007). Analisis Kinerja Sumber Daya Manusia (Perawat) dalam
Pengendalian Infeksi Nosokomial di Irna I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Universitas Gadjah Mada. Retrieved from http://www.infodiknas.com/wp-
content/uploads/2014/11/ANALISIS-KINERJA-PERAWAT-DALAM-
PENGENDALIAN-INFEKSI-NOSOKOMIAL-DI-IRNA.pdf.
Breathnach, Aodhan S. (2013). Nosocomial Infection and Infection Control.
Medicine 41:11.
CDC. (2008). Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare
Facilities.
Damanik, Sri Melfa., dkk. (2012). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit
Immanuel Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.
Davey, P. (2005). At A Glance Medicine.
Depkes. (2001). Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
Depkes. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety).
Depkes. (2010). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan.
Depkes. (2011). Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial
Merupakan Unsur Patient Safety.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. (2008). Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
93
94
NRM :
Rumah Sakit Y Jakarta Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
_________________________ _________________________________
Tanda Tangan Subyek atau cap jempol Tanggal
_________________________
Nama Subyek
_________________________
Tanda Tangan Saksi/ Wali Tanggal
_________________________
Nama Saksi/ Wali
Ket: Tanda tangan saksi/ wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis, penurunan kesadaran,
mengalami gangguan jiwa, dan berusia dibawah 18 tahun.
Saya telah menjelaskan kepada subyek secara benar dan jujur mengenai maksud
penelitian, manfaat penelitian, prosedur penelitian, serta resiko dan ketidaknyamanan
potensial yang mungkin timbul (penjelasan terperinci sesuai dengan hal yang Saya tandai
di atas). Saya juga telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian dengan
sebaik-baiknya.
_________________________
______________________
Tanda Tangan Peneliti Tanggal
________________________
Nama Peneliti
Petunjuk pengisian kuesioner:
1. Isilah kuesioner penelitian ini dengan jujur dan sesuai dengan kondisi Anda.
2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda.
3. Kolom kode diisi oleh peneliti.
A. Identitas Responden Kode
A1 No. Responden (diisi oleh peneliti)
A2 Nama Responden
A3 No. Hp
A4 Usia Tahun
A5 Masa Kerja Tahun
A6 Tingkat Pendidikan (1) DIII (2) S1/S2
Keperawatan Keperawatan
A7 Apakah Anda pernah mengikuti (1) Ya (0) Tidak
pelatihan tentang hand hygiene?
Jawaban
No Pernyataan (2) (1) Kode
Benar Salah
B. Pengetahuan tentang Hand Hygiene
B1 Perawat merupakan salah satu unsur yang dapat menyebarkan infeksi 2 1
dari satu pasien ke pasien lain, ke petugas kesehatan lain, pengunjung,
dan lingkungan
B2 Kebersihan tangan bertujuan untuk menghilangkan semua kotoran dan 2 1
debris serta menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit
B3 Mencuci tangan harus dengan air mengalir dan sabun 2 1
B4 Sabun biasa digunakan untuk melepas mikroorganisme dari tangan 2 1
secara mekanik
B5 Sabun antiseptik (antimikroba) dapat membunuh atau menghambat 2 1
pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme
B6 Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting untuk 2 1
mencegah penyebaran infeksi
B7 Sebaiknya menggunakan handrub berbasis alkohol jika tangan terlihat 2 1
kotor
B8 Handrub berbasis alkohol dapat digunakan setelah menyentuh kulit 2 1
yang tidak utuh, darah, atau cairan tubuh
B9 Dibutuhkan waktu sekitar 40-60 detik untuk mencuci tangan dengan 2 1
sabun dan air mengalir
B10 Jika tangan terlihat kotor atau terkontaminasi oleh darah dan cairan 2 1
tubuh, maka harus mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun
B11 Setelah pemakaian handrub antiseptik berulang (5-10 kali), maka 2 1
diperlukan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun
B12 Untuk menjaga kebersihan tangan, maka perlu diperhatikan bahwa 2 1
kuku harus tetap pendek
B13 Pemakaian sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci 2 1
tangan atau pemakaian handrub antiseptic
B14 Sebelum menggunakan sarung tangan perlu untuk melakukan 2 1
kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun atau handrub
antiseptic
B15 Setelah menggunakan sarung tangan perlu untuk melakukan 2 1
kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun atau handrub
antiseptik
Jawaban
No Pernyataan (2) (1) Kode
Benar Salah
B16 Sebelum melakukan tindakan invasif untuk perawatan pasien, perawat 2 1
harus melakukan kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun
atau handrub antiseptic
B17 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun harus dilakukan setelah 2 1
kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit
yang tidak utuh, atau merawat luka pasien
B18 Apabila berpindah dari area tubuh yang terkontaminasi ke area tubuh 2 1
lainnya selama perawatan pada pasien yang sama maka harus
melakukan kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun
Jawaban Kode
(0) (1) (2) (3)
No Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Setuju
C. Sikap tentang Hand Hygiene
C1 Saya melakukan cuci tangan dengan air 0 1 2 3
mengalir dan sabun dalam waktu kurang dari 40
detik
C2 Saya melakukan dekontaminasi dengan handrub 0 1 2 3
antiseptik selama 20-30 detik
C3 Saya akan melakukan kebersihan tangan segera 0 1 2 3
setelah melakukan tindakan keperawatan
C4 Jika saya sudah menggunakan handrub 0 1 2 3
antiseptik berulang-ulang maka Saya tidak perlu
untuk mencuci tangan
C5 Jika Saya sudah menggunakan sarung tangan 0 1 2 3
maka tidak perlu mencuci tangan setelah
melakukan tindakan keperawatan
Saya selalu melakukan langkah-langkah berikut saat mencuci tangan dengan air dan sabun:
C6 Membasahi tangan dengan air mengalir yang 0 1 2 3
bersih
C7 Menuangkan 3-5cc sabun cair untuk menyabuni 0 1 2 3
seluruh permukaan tangan
C8 Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan 0 1 2 3
C9 Menggosok punggung dan sela-sela jari tangan 0 1 2 3
kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
C10 Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela 0 1 2 3
jari
C11 Mengunci jari-jari sisi dalam dari kedua tangan 0 1 2 3
C12 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam 0 1 2 3
genggaman tangan kanan dan sebaliknya
C13 Menggosok dengan memutar ujung-ujung jari di 0 1 2 3
telapak tangan kiri dan sebaliknya
C14 Membilas kedua tangan dengan air mengalir 0 1 2 3
C15 Mengeringkan tangan dengan handuk sekali pakai 0 1 2 3
atau tissue towel sampai benar-benar kering
Jawaban Kode
(0) (1) (2) (3)
No Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Setuju
C16 Menggunakan handuk sekali pakai atau tissue 0 1 2 3
towel untuk menutup kran air
Saya selalu melakukan langkah-langkah berikut saat melakukan dekontaminasi dengan handrub
antiseptik (handrub berbasis alkohol)
C17 Menuangkan handrub berbasis alkohol untuk 0 1 2 3
dapat mencakup seluruh permukaan tangan dan
jari (kira-kira satu sendok teh/3-5cc)
C18 Meratakan handrub antiseptik dengan kedua 0 1 2 3
telapak tangan
C19 Menggosok punggung dan sela-sela jari tangan 0 1 2 3
kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
C20 Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela 0 1 2 3
jari
C21 Mengunci jari-jari sisi dalam dari kedua tangan 0 1 2 3
C22 Menggosok ibu jari kiri berputar dalam 0 1 2 3
genggaman tangan kanan dan sebaliknya
C23 Menggosok dengan memutar ujung-ujung jari di 0 1 2 3
telapak tangan kiri dan sebaliknya
D. Persepsi tentang Hand Hygiene
D1 Menurut Saya, bila tangan tampak kotor, 0 1 2 3
mengandung bahan protein, atau cairan tubuh
pasien harus mencuci tangan dengan air mengalir
dan sabun
D2 Menurut Saya, jika tangan tidak kotor cukup 0 1 2 3
dekontaminasi dengan handrub antiseptik saja
D3 Menurut Saya, setelah tiba di tempat kerja harus 0 1 2 3
mencuci tangan atau melakukan dekontaminasi
dengan handrub antiseptik
D4 Menurut Saya, sebelum kontak langsung dengan 0 1 2 3
pasien saya harus mencuci tangan atau melakukan
dekontaminasi dengan handrub antiseptik
D5 Menurut Saya, sebelum memakai sarung tangan 0 1 2 3
untuk melakukan pemeriksaan klinis dan tindakan
invasif, saya harus mencuci tangan atau
melakukan dekontaminasi dengan handrub
antiseptik
D6 Menurut saya, mencuci tangan tidak perlu 0 1 2 3
dilakukan jika Saya akan melakukan tindakan
invasif dengan menggunakan sarung tangan
D7 Menurut Saya, sebelum mempersiapkan/ 0 1 2 3
menyediakan obat-obatan, Saya harus mencuci
tangan atau menggunakan handrub antiseptik
D8 Menurut Saya, sebelum meninggalkan rumah 0 1 2 3
sakit, Saya harus mencuci tangan atau melakukan
dekontaminasi dengan handrub antiseptik
Jawaban Kode
(0) (1) (2) (3)
No Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Setuju
D9 Menurut Saya, jika tangan terkontaminasi saat 0 1 2 3
melakukan prosedur tertentu pada pasien yang
sama, maka Saya harus mencuci tangan
D10 Menurut Saya, setelah kontak dengan pasien, 0 1 2 3
Saya harus mencuci tangan atau melakukan
dekontaminasi dengan handrub antiseptik
D11 Menurut Saya, setelah melepas sarung tangan 0 1 2 3
atau APD lainnya harus mencuci tangan atau
menggunakan handrub antiseptik
D12 Menurut Saya, setelah kontak dengan darah, 0 1 2 3
cairan tubuh, sekresi, eksudat luka dan peralatan
yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien, Saya
harus mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun
D13 Menurut Saya, setelah menggunakan toilet harus 0 1 2 3
mencuci tangan atau melakukan dekontaminasi
dengan handrub antiseptik
D14 Menurut Saya, setelah kontak dengan permukaan 0 1 2 3
benda mati atau objek lainnya (termasuk
peralatan medis), Saya harus mencuci tangan atau
melakukan dekontaminasi dengan handrub
antiseptik
D15 Menurut Saya, tidak masalah jika Saya 0 1 2 3
menggunakan sabun dan handrub antiseptik
secara bersamaan
D16 Menurut Saya, melakukan cuci tangan sesuai 0 1 2 3
dengan prosedur dapat membuang waktu dan
menghambat Saya untuk menyelesaikan
pekerjaan Saya
E. Fasilitas terkait Penerapan Hand Hygiene
E1 Menurut Saya, fasilitas cuci tangan yang ada di 0 1 2 3
ruangan sulit untuk dijangkau
E2 Menurut Saya, air mengalir untuk keperluan cuci 0 1 2 3
tangan selalu tersedia di ruangan
E3 Menurut Saya, sabun untuk keperluan cuci tangan 0 1 2 3
selalu tersedia di ruangan
E4 Menurut Saya, lap kering untuk keperluan cuci 0 1 2 3
tangan selalu tersedia di ruangan
E5 Menurut Saya, handrub antiseptik untuk 0 1 2 3
keperluan kebersihan tangan perawat selalu
tersedia di ruangan
Jawaban
No Pernyataan (0) Kode
(1) Ya
Tidak
F. Pengawasan terkait Penerapan Hand Hygiene
F1 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan pengawasan 1 0
langsung dalam pelaksanaan kebersihan tangan perawat
F2 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan pengawasan secara 1 0
rutin terhadap pelaksanaan kebersihan tangan perawat
F3 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan pengawasan 1 0
langsung terhadap fasilitas cuci tangan di ruangan
F4 Pihak PPIRS atau kepala ruang memberikan pemberitahuan 1 0
kepada perawat terlebih dahulu sebelum melakukan
pengawasan dalam pelaksanaan kebersihan tangan
F5 Pihak PPIRS atau kepala ruang melakukan upaya perbaikan 1 0
kepatuhan cuci tangan perawat dengan memberikan sanksi
F6 Saat melakukan pengawasan, pihak PPIRS atau kepala ruang 1 0
memberikan teguran atau sanksi jika perawat tidak melakukan
tindakan cuci tangan sesuai dengan prosedur
F7 Rumah Sakit menetapkan sanksi bagi perawat yang tidak 1 0
melaksanakan kebersihan tangan/hand hygiene sesuai prosedur
F8 Adanya pengawasan dari pihak PPIRS atau kepala ruang dapat 1 0
meningkatkan motivasi Saya untuk patuh dalam melakukan
keersihan tangan/hand hygiene sesuai dengan prosedur
OUTPUT PELATIHAN
Descriptives
Statistic Std. Error
A7_Pelatihan Mean .99 .011
95% Confidence Interval for Lower Bound .97
Mean Upper Bound 1.01
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .011
Std. Deviation .103
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A7_Pelatihan .530 94 .000 .079 94 .000
a. Lilliefors Significance Correction
A7_Pelatihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 1 1.1 1.1 1.1
Ya 93 98.9 98.9 100.0
Total 94 100.0 100.0
OUTPUT PENGETAHUAN
Descriptives
Statistic Std. Error
skoring_pengetahuan Mean 33.73 .117
95% Confidence Interval for Lower Bound 33.50
Mean Upper Bound 33.97
5% Trimmed Mean 33.80
Median 34.00
Variance 1.294
Std. Deviation 1.138
Minimum 30
Maximum 36
Range 6
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skoring_pengetahuan .252 94 .000 .876 94 .000
a. Lilliefors Significance Correction
pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 74 78.7 78.7 78.7
Baik 20 21.3 21.3 100.0
Total 94 100.0 100.0
OUTPUT SIKAP
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
skoring_sikap .251 94 .000 .807 94 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
skoring_sikap Mean 57.23 .947
95% Confidence Interval for Lower Bound 55.35
Mean Upper Bound 59.12
5% Trimmed Mean 57.46
Median 62.50
Variance 84.375
Std. Deviation 9.186
Minimum 42
Maximum 68
Range 26
sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 47 50.0 50.0 50.0
Positif 47 50.0 50.0 100.0
Total 94 100.0 100.0
OUTPUT PERSEPSI
Descriptives
Statistic Std. Error
skoring_persepsi Mean 38.65 .556
95% Confidence Interval for Lower Bound 37.55
Mean Upper Bound 39.75
5% Trimmed Mean 38.67
Median 39.00
Variance 29.026
Std. Deviation 5.388
Minimum 29
Maximum 48
Range 19
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skoring_persepsi .137 94 .000 .952 94 .002
a. Lilliefors Significance Correction
persepsi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Negatif 49 52.1 52.1 52.1
Positif 45 47.9 47.9 100.0
Total 94 100.0 100.0
OUTPUT FASILITAS
Descriptives
Statistic Std. Error
skoring_fasilitas Mean 10.89 .225
95% Confidence Interval for Lower Bound 10.45
Mean Upper Bound 11.34
5% Trimmed Mean 10.86
Median 11.00
Variance 4.763
Std. Deviation 2.182
Minimum 7
Maximum 15
Range 8
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
skoring_fasilitas .148 94 .000 .950 94 .001
a. Lilliefors Significance Correction
fasilitas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Tersedia 57 60.6 60.6 60.6
Tersedia 37 39.4 39.4 100.0
Total 94 100.0 100.0
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
E1_NEW Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 3.2 3.2 3.2
1 6 6.4 6.4 9.6
2 55 58.5 58.5 68.1
3 30 31.9 31.9 100.0
Total 94 100.0 100.0
E2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 2 2.1 2.1 2.1
2 43 45.7 45.7 47.9
3 49 52.1 52.1 100.0
Total 94 100.0 100.0
E3 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 13 13.8 13.8 13.8
2 55 58.5 58.5 72.3
3 26 27.7 27.7 100.0
Total 94 100.0 100.0
E4 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 7 7.4 7.4 7.4
1 34 36.2 36.2 43.6
2 34 36.2 36.2 79.8
3 19 20.2 20.2 100.0
Total 94 100.0 100.0
E5 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 3 3.2 3.2 3.2
2 51 54.3 54.3 57.4
3 40 42.6 42.6 100.0
Total 94 100.0 100.0
OUTPUT PENGAWASAN
Descriptives
Statistic Std. Error
skoring_pengawasan Mean 6.21 .130
95% Confidence Interval for Lower Bound 5.95
Mean Upper Bound 6.47
5% Trimmed Mean 6.31
Median 7.00
Variance 1.589
Std. Deviation 1.260
Minimum 1
Maximum 8
Range 7
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
skoring_pengawasan .287 94 .000 .824 94 .000
Descriptives
Statistic Std. Error
skoring_pengawasan Mean 6.21 .130
95% Confidence Interval for Lower Bound 5.95
Mean Upper Bound 6.47
5% Trimmed Mean 6.31
Median 7.00
Variance 1.589
Std. Deviation 1.260
Minimum 1
Maximum 8
Range 7
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
skoring_pengawasan .287 94 .000 .824 94 .000
a. Lilliefors Significance Correction
pengawasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 88 93.6 93.6 93.6
Ya 6 6.4 6.4 100.0
Total 94 100.0 100.0
Perilaku_HandHygiene_Sabun_AirMengalir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 58 61.7 61.7 61.7
Baik 36 38.3 38.3 100.0
Total 94 100.0 100.0
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skoring_handrub .139 94 .000 .936 94 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Perilaku_HandHygiene_Handrub
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 54 57.4 57.4 57.4
Baik 40 42.6 42.6 100.0
Total 94 100.0 100.0