Anda di halaman 1dari 2

Nama: Nursolatiah Sudang

Kelas: IIIB
Nim: 180101064

LIMA AJARAN MU’TAZILLAH

1. Tauhid
Tauhid adalah dasar Islam pertama dan utama. Tauhid menurut mu’tazilah,
yaitu Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti
kemahaeasaan Allah. Tuhanlah satu-satunya Yang Maha Esa tidak ada
satupun yang menyamainya. Oleh karena itu, hanya Dia-lah yang Qadim.
Untuk memurnikan keesaan Tuhan, Mu’tazilah menolak konsep Tuhan
memiliki sifat-sifat. Menurut Mu’tazilah sifat adalah sesuatu yang melekat.
Jadi sifat basar, sama’, qodrat dan seterusnya itu bukan sifat melainkan
dzatnya Allah itu sendiri. Bahkan Mu’tazilah juga berpendapat bahwa Al-
Qur‘an itu (makhluk) karena Al-Quran adalah manifestasi kalam Allah,
sedangkan Al-Qur’an itu sendiri terdiri dari rangkaian huruf-huruf, kata, dan
bahasa yang salah satunya mendahului yang lain. Tauhid memiliki beberapa
jenis dan tingkatan, yaitu : tauhid zatitauhid sifati (keesaan sifat), tauhid af’ali
(keesaan perbuatan) dan tauhid ibadi (keesaan ibadah). (keesaan zat). Menurut
Mu’tazilah, yang disebut tauhid itu adalah tauhid sifati, bukan tauhid zati dan
tauhid ibadi seperti yang sudah disepakati kebanyakan orang. Bahkan juga
bukan tauhid af’ali sebagaimana tauhid yang dipahami oleh kaum Asy’ariah.
2. Al-Adl (Keadilan Allah)
Al-Adl masih ada hubungannya dengan tauhid, dengan Al-Adl, Mu’tazilah
ingin mensucikan perbuatan Tuhan dari persamaan dengan perbuatan
makhluk, karena Tuhan Maha Sempurna maka Tuhan pasti Adil. Ajaran ini
ingin bertujuan untuk menempatkan Tuhan benar-benar Adil menurut sudut
pandang manusia. Dan mereka yakin bahwa Allah itu Maha Adil, maka dia
tidak akan menindas makhluk-makhluk-Nya. Ajaran tentang keadilan ini
terkait dengan hal-hal , antara lain sebagai beriku, perbuatan Manusia, berbuat
baik dan terbaik, mengutus Rasul.
3. Al-Wa’d Wal Wa’id (Janji dan Ancaman Allah )
Tuhan yang Maha Adil dan Bijaksana, tidak akan melanggar janjinya. Kaum
Mu’tazilah yakin bahwa janji dan ancaman itu pasti terjadi, yaitu janji Tuhan
yang berupa pahala (surga) bagi orang yang berbuat baik, dan ancamannya
yang berupa siksa (neraka) bagi orang yang berbuat durhaka. Begitu pula janji
Tuhan untuk memberi pengampunan bagi orang yang bertaubat. Yang mereka
maksud dengan landasan ini adalah bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi
janji-Nya (al-wa’d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam Al-
Jannah, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id) bagi pelaku dosa besar
(walaupun di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam An-Naar, kekal abadi
di dalamnya, akan tetapi siksa yang diterimanya lebih ringan daripada siksa
orang yang kafir. Tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihkan hal ini. Dan
inilah yang mereka sebut dengan janji dan ancaman itu. Sehingga mereka
sering disebut dengan Wa’idiyyah.
4. Al-Manzilah Baina Al-Manzilatain (Tempat di Antara Dua Tempat)
Pokok ajaran ini adalah orang Islam yang melakukan dosa besar (ma’siat)
selain syirik dan belum bertaubat dia tidak dikatakan mu’min dan tidak pula
dikatakan kafir, tetapi fasik. Di dalam dunia ini, orang yang melakukan dosa
besar itu bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi fasiq, tidak boleh
disebut mukmin, walaupun dalam dirinya ada iman karena pengakuan dan
ucapan dua kalimah syahadahnya, dan tidak pula disebut kufur, walaupun
‘amal perbuatan dianggap dosa, karena ia tidak mempengaruhi imannya.
Sementara di akhirat kelak orang yang melakukan dosa besar itu tidak akan
dimasukkan ke dalam surga dan tidak pula dimasukkan ke dalam neraka yang
dahsyat, seperti orang kafir, tetapi dimasukkan ke dalam neraka yang paling
ringan. Menurut mayoritas kaum Mu’tazilah, orang yang tidak patuh terhadap
yang wajib dan yang sunat disebut pelaku maksiat. Mereka membagi maksiat
kepada 2 (dua) bagian, yaitu maksiat besar dan maksiat kecil. Maksiat besar
ini dinamakan kufur. Adapun yang membawa seseorang pada kekufuran ada
3 (tiga) macam, yakni: seseorang yang menyamakan Allah dengan makhluk,
seseorang yang menganggap Allah tidak adil atau zalim, dan seseorang yang
menolak eksistensi Nabi Muhammad yang menurut nas telah disepakati kaum
muslimin.
5. Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-nahi an Munkar
Ajaran yang kelima ini adalah menyuruh kebajikan dan melarang
kemungkaran .Ajaran ini menekankan berpihak kepada kebenaran dan
kebaikan. Kaum Mu’tazilah sepakat mengatakan bahwa akal manusia sanggup
membedakan yang baik dan yang buruk, sebab sifat-sifat dari yang baik dan
yang buruk itu dapat dikenal. Dan manusia berkewajiban memilih yang baik
dan menjauhi yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai