139 302 1 SM
139 302 1 SM
Ajang Maruapey
Staf Pengajar Univ. Muhammadiyah Sorong, e-mail: amarmarpy@yahoo.co.id
ABSTRAK
Produksi jagung di Sulawesi Selatan pada Jagung pulut juga digunakan untuk pembuatan
tahun 2007 sebesar 969.955 ton pipilan kering, kue, jagung marning dan bubur jagung (bassang).
dengan luas panen 262, 436 ribu per hektar dan Peningkatan potensi hasil jagung pulut belum
produktivitas 36,96 kwintal setiap hektar. mendapat perhatian yang serius, yang ada di
Sedangkan pada tahun 2008 produksi mengalami tingkat petani dan di pasaran sekarang ini
peningkatan mencapai 1.195.064 ton pipilan merupakan jagung pulut lokal jenis bersari bebas,
kering, dengan luas panen 284,964 ribu per Ukuran tongkol kecil, agak panjang dengan
hektar dengan tingkat produktivitas 41,94 kwintal diameter 10-12 cm (Iriany dkk, 2003). Oleh
setiap hektar. Dan pada tahun 2009 bertambah karena itu permintaan jagung pulut terutama
meningkat mencapai 1.371.015 ton pipilan untuk industri jagung marning tidak dapat
kering, dengan luas panen 299.482 ribu perhektar dipenuhi. Salah satu cara untuk meningkatkan
dengan tingkat produktivitas 45,78 kwintal setiap produksi jagung ini yaitu dengan menciptakan
hektar. Sulawesi Selatan mempunyai kontribusi varietas jagung pulut yang unggul melalui
yang sangat besar sekitar 7,71 % terhadap kegiatan pemuliaan. Balai Penelitian Tanaman
peningkatan produksi jagung secara nasional dan Serealia Kabupaten Maros telah menemukan dua
memperoleh peringkat ke empat penghasil jagung varietas jagung pulut unggul yaitu Srikandi Putih
setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Lampung. dan Maros Sintetik-2 (MS-2) dengan potensi
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan hasil yaitu masing masing 5,89 ton/ha dan 4,8
Hortikultura, 2010). ton/ha (Anonim, 2008).
Kebutuhan jagung dalam negeri pada Penggunaan pupuk Kalium pada tanaman
tahun 2009 cukup besar yaitu 17,66 juta ton jagung pulut dianjurkan 50 sampai 100 kg/ha
pipilan kering per tahun dan diprediksikan pada yang diberikan sekaligus pada saat tanam. Kalau
tahun 2010 meningkat menjadi 19,80 juta ton tanah mengandung cukup unsur kalium maka
pipilan kering dapat memenuhi kebutuhan pupuk kalium bisa ditiadakan (Arief Prahasta,
Nasional yang dipenuhi dari kebutuhan dalam 2009). Hasil penelitian terdahulu oleh Suryono
negeri, sementara sekitar 600.000 ton diimpor 2009, melaporkan bahwa jagung pulut asal
dari negara lain (BPS, 2010). Maka upaya Bulukumba pada dosis kalium 60 kg/ha
peningkatan produksi jagung dapat dilakukan menghasilkan berat tongkol tanpa klobot dan
dengan cara memperluas areal panen, berat tongkol dengan klobot, dan bobot 1000 biji
meningkatkan produktivitas, mempertahankan yang terbaik tetapi tidak berpengaruh pada
stabilitas produksi, menekan senjang hasil, dan komponen produksi justru perlakuan tanpa pupuk
menurunkan kehilangan hasil (Adisarwanto dan sangatlah berpengaruh pada produksi.
Widyastuti, 2009), selain itu upaya peningkatan Kalium dibutuhkan oleh tanaman jagung
produktivitas usaha tani jagung sangat pulut dalam jumlah paling banyak dibanding N
bergantung pada kemampuan penyediaan dan dan P. Pada fase pembungaan, akumulasi hara K
penerapan teknologi sistim budidaya yang benar- telah mencapai 60 - 75 % dari kebutuhannya. Jika
benar sesuai anjuran diantaranya, penggunaan K kurang, gejalanya sering terlihat sebelum
benih bermutu, pengaturan jarak tanam, pembungaan yaitu pinggiran dan ujung daun
pengairan, pembrantasan hama dan penyakit, menguning sampai kering. Hal ini terlihat
serta penggunaan pupuk (Sudadi dan Widada, terutama pada daun bawah. Pembentukan tongkol
2001). Hali ini mutlak dilakukan untuk terpengaruh ujung tongkol bagian atas tidak
memenuhi kebutuhan hara, demi menopang penuh berisi biji tidak melekat secara kuat pada
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. tongkol.
Salah satu jenis jagung yang masih banyak Karena itu, untuk mendapatkan hasil
dikembangkan di beberapa daerah di Sulawesi jagung pulut yang lebih banyak pemberian
Selatan adalah jenis jagung pulut atau waxy corn. pupuk dengan dosis yang tepat sangatlah
sementara di jepang jagung ini dimanfaatkan diperlukan. Dari banyak penelitian yang
sebagai sumber amilopektin yang digunakan dilakukan untuk tanaman jagung ternyata
dalam produk makanan, tekstil, lem dan industri pemupukan dengan pupuk kalium saja belum
kertas. Jagung pulut menjadi salah satu sumber banyak dilakukan, karena itu data mengenai
plasma nutfah untuk menjadi kultivar-kultivar pengaruh pupuk kalium terhadap pertumbuhan
baru melalui pemulian tanaman jagung dan produksinya sangat jarang ditemukan
Beberapa daerah khususnya di Indonesia (Mastina Djalil, 2003). Sehubungan dengan hal
jagung pulut digunakan sebagai jagung rebus tersebut, Perlu dilakukan penelitian mengenai
dan jagung bakar karena rasanya enak dan pulen. pengaruh pupuk Kalium terhadap pertumbuhan
34
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
dan produksi terhadap tanaman jagung pulut Sesuai dengan rancangan yang
sehingga diketahui gambaran yang meyakinkan digunakan maka model matematikanya adalah
mengenai pengaruh dari pada pupuk kalium sebagai berikut :
tersebut. Yij = i j ij
Dimana :
1.2. Tujuan Penelitian
Yij = Hasil Pengamatan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh pupuk kalium trehadap pertumbuhan
= Nilai Tengah Umum
dan produksi jagung pulut (Zea mays certain L) i = Pengaruh Perlakuan ke-i
j = Pengaruh Blok
II. METODE PENELITIAN ij = Pengaruh Galat Percobaan dari
2.1 Pelaksanaan Penelitian Perlakuan ke-i dan Pemupukan
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Ke –j
Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin Makassar, Penelitian ini berlangsung 2.1.1. Analisis Tanah
dari Maret - Juni 2010. Tujuan dari penelitian Analisis sampel tanah pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan bertujuan untuk mengetahui pH tanah dan
kalium terhadap pertumbuhan dan produksi kandungan nitrogen, fosfor dan kalium sebelum
jagung pulut dari empat kabupaten (Gowa, percobaan. Contoh tanah yang dianalisis adalah
Sidrap, Bulukumba dan Maros) di Sulawesi lapisan olah yaitu kedalaman 0 – 30 cm pada
Selatan. petak percobaan yang telah dibuat . Analisis ini
Bahan yang digunakan adalah benih dilakukan sebelum melakukan peneliti.
jagung pulut yang berasal dari Gowa, Sidrap, 2.1.2. Persiapan lahan dan pembuatan petakan
Bulukumba, Maros dan pupuk yang terdiri dari : Pengolahan tanah dilakukan satu minggu
Urea 200 kg/ha, SP - 36 100 kg/ha sebagai pupuk sebelum tanam dengan cara mencangkul sedalam
dasar, dan Kalium : 50, 75, dan 100 kg/ha 15 - 20 cm, kemudian digemburkan dan diratakan
digunakan sebagai dosis perlakuan dan sehingga bersih dari sisa sisa tanaman dan
insektisida Sevin 85 S, fungisida Dithane M-45. tumbuhan pengganggu, Lahan tersebut dibagi
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, rol menjadi 48 petak dengan ukuran 2,75 m 3,5 m.
meter, mistar, sekop, timbangan, tugal, tali rafiah, dengan jarak antar bedengan 50 cm sedang antar
patok, dan alat tulis menulis, dll. ulangan adalah 1 meter. Di sekeliling pinggiran
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk petakan percobaan dibuat jalan selebar 1 meter
percobaan rancangan petak terpisah (Split plot untuk mempermudah pengawasan.
design), yang terdiri dari 2 faktor dimana faktor 2.1.3. Penyiapan Benih
pertama sebagai petak utama adalah empat asal Benih jagung yang akan ditanam adalah
jagung pulut dan faktor kedua sebagai anak petak jagung pulut, benih tersebut mempunyai mutu
adalah dosis pupuk Kalium. dan daya tumbuh yang baik 90 % yang dipilih
Petak utama terdiri empat asal jagung pulut dari benih yang cukup tua, sehat dan kering serta
yaitu : bebas dari hama dan penyakit. Benih jagung
J1 = Gowa J3 = Bulukumba direndam semalam atau 24 jam sebelum tanam.
J2 = Sidrap J4 = Maros Perendaman bertujuan untuk mengaktifkan enzim
Anak petak yang diberi perlakuan dosis pupuk enzim yang diperlukan benih, sehingga benih
Kalium yaitu : mempunyai energi yang cukup untuk merombak
K0 = Kontrol K2 = 75 kg Kalium/ha cadangan makanan dalam biji untuk
K1 = 50 kg Kalium/ha K3 = 100 kg Kalium/ha. berkecambah.
2.1.4. Penanaman
Dan diulang sebanyak 3 kali sehingga Setiap petak percobaan ditanami jagun
terdapat 48 satuan petak percobaan. Setiap petak pulut dengan menggunakan patok ajir yang
percobaan terdapat 32 tanaman dan jarak tanam dibuat dari sebilah bambu sesuai jarak tanam
75 cm x 40 cm dengan ukuran tiap petak masing masing. Pembuatan lubang tanam
percobaan 2,75 meter x 3,5 meter. dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 3
Sesuai dengan rancangan yang digunakan - 5 cm dan setiap lubang diisi 2 - 3 biji dan
maka model matematikanya sbb : kemudian lubang tanaman tersebut ditutup
kembali dengan tanah.
35
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
36
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
tidak nyata pada semua umur tanaman yang jagung pulut dari Gowa (j1) dan Sidrap (j2).
diamati terhadap tinggi tanaman. Demikian pula pada umur 8 MST, jagung pulut
Tabel 1 menunjukkan bahwa jagung pulut dari Bulukumba (j3) menghasilkan tanaman
yang berasal dari Bulukumba (j3) menghasilkan tertinggi (219,25 cm) dan berbeda sangat nyata
tanaman tertinggi pada umur 6 MST (199,02 cm) dengan jagung pulut dari Sidrap (j2) dan Maros
dan berbeda sangat nyata dengan jagung pulut (j4) tetapi berbeda tidak nyata dengan jagung
dari Maros (j4) tetapi berbeda tidak nyata dengan pulut dari Gowa (j1).
Dosis pupuk Kalium 75 kg/ha (k2) umur 8 MST. Sedangkan interaksi keduanya
menghasilkan tanaman tertinggi pada umur 4 berpengaruh tidak nyata pada semua umur
MST (91,82 cm) dan berbeda nyata dengan dosis tanaman yang diamati terhadap jumlah daun.
0 (k0) dan 100 kg/ha (k4) tetapi berbeda tidak Tabel 3 menunjukkan bahwa jagung pulut yang
nyata dengan dosis 50 kg/ha (k1). Pada umur 6 berasal dari Bulukumba (j3) menghasilkan jumlah
dan 8 MST, dosis pupuk Kalium 75 kg/ha (k2) daun terbanyak pada umur 8 MST (12 helai) dan
juga menghasilkan tanaman tertinggi (182,28 cm berbeda sangat nyata dengan jagung pulut dari
dan 199,46 cm) dan berbeda sangat nyata dengan Sidrap (j2) dan Maros (j4) tetapi berbeda tidak
dosis 0 (k0) tetapi berbeda nyata dengan dosis 50 nyata dengan jagung pulut dari Gowa (j1).
(k3) dan 100 kg/ha (k4). c. Jumlah Tongkol
b. Jumlah Daun Jumlah tongkol tanaman jagung yang
Jumlah daun tanaman jagung umur 2, 4, 6 terbentuk dan sidik ragamnya disajikan pada
dan 8 Minggu Setelah Tanam (MST) dan sidik Tabel 2. Sidik ragam menunjukkan bahwa
ragamnya disajikan pada Tabel 3. Sidik ragam asal jagung pulut berpengaruh nyata
menunjukkan bahwa asal jagung pulut
sedangkan berbagai dosis pupuk Kalium
berpengaruh tidak nyata pada semua umur
tanaman yang diamati, berbagai dosis pupuk serta interaksi keduanya berpengaruh tidak
Kalium berpengaruh tidak nyata pada umur 2, 4 nyata terhadap jumlah tongkol yang
dan 6 MST dan sangat berpengaruh nyata pada terbentuk.
37
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
Tabel 4 menunjukkan bahwa jagung pulut Tabel 5 menunjukkan bahwa jagung pulut
yang berasal dari Sidrap (j2) dan Maros (j4) yang berasal dari Gowa (j1k3) dan Bulukumba
menghasilkan rata-rata umur panen tercepat (71 (j3k3) yang dipupuk dengan 100 kg Kalium/ha
hari) dan berbeda sangat nyata dengan jagung menghasilkan rata-rata biomassa terberat
pulut dari Bulukumba (j3) dan Gowa (j1). (11083,33 kg) dan berbeda nyata dengan jagung
b. Biomassa pulut yang berasal dari Sidrap (j2k3) dan Maros
Biomassa tanaman jagung dan sidik (j4k3) pada dosis Kalium yang sama, tetapi
ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 17a berbeda tidak nyata dengan dosis 75 kg KCl/ha
dan 17b. Sidik ragam menunjukkan bahwa asal masing-masing pada varietas yang sama.
jagung pulut dan berbagai dosis pupuk Kalium Hasil uji menunjukkan bahwa jagung pulut
berpengaruh sangat nyata sedangkan interaksi dari.Gowa menghasilkan rata-rata biomassa
keduanya berpengaruh nyata terhadap biomassa. terberat pada dosis 0 kg Kalium/ha (j1k0),
sedangkan pada dosis 50 dan 75 kg Kalium/ha,
38
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
jagung pulut dari. Bulukumba menghasilkan rata- semakin meningkatnya dosis pupuk Kalium
rata biomassa terberat. Hubungan antara dosis setiap hektar akan semakin meningkatkan
pupuk Kalium dengan rata-rata biomassa biomassa tanaman yang terbentuk dengan nilai
disajikan pada Gambar 1. koefisien korelasi (r = 0,9889) atau 98,89%
Gambar 1 menunjukkan bahwa hubungan biomassa yang terbentuk dipengaruhi oleh dosis
antara biomassa dengan dosis pupuk Kalium KCl yang diberikan.
bersifat linear positif yang berarti dengan
9000
y = 20.70x + 6547.
Biomassa (Kg ha-1)
8000 r = 0.9889
7000
6000
5000
0 25 50 75 100
Dosis KCl (Kg ha-1)
c. Bobot 1000 Biji Maros (j4) tetapi tidak berbeda nyata dengan
Bobot 1000 biji tanaman jagung dan sidik jagung pulut dari Bulukumba (j3).
ragamnya disajikan pada Tabel 6. Sidik ragam d. Produksi
menunjukkan bahwa asal jagung pulut Produksi tanaman jagung dan sidik
berpengaruh nyata sedangkan berbagai dosis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 25a
pupuk Kalium dan interaksi keduanya tidak dan 25b. Sidik ragam menunjukkan bahwa asal
berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji. jagung pulut berpengaruh sangat nyata, berbagai
Tabel 6 menunjukkan bahwa jagung pulut dosis pupuk Kalium berpengaruh nyata dan
yang berasal dari Gowa (j1) menghasilkan rata- interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
rata bobot biji terberat (324,48 g) dan berbeda terhadap produksi.
nyata dengan jagung pulut dari Sidrap (j 2) dan
Tabel 6. Rata-rata bobot 1000 biji tanaman jagung per tongkol (g)
Dosis Kalium (kg/ha) NP
Varietas Jagung Rata-rata
0 (k0) 50 (k1) 75 (k2) 100 (k3) BNT0,05
Gowa (j1) 300,86 317,74 351,51 327,78 324,48a 51,264
Sidrap (j2) 260,14 250,46 265,57 275,29 262,87bc
Bulukumba(j3) 291,88 291,94 306,04 327,22 304,27ab
Maros (j4) 222,67 305,95 235,39 227,29 247,83c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama (a, b) berarti tidak berbeda nyata pada uji
BNT=0,05
39
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
4.20
y = 0.003x + 3.691
Produksi (ton ha-1)
4.00 r = 0.9129
3.80
3.60
0 20 40 60 80 100
Dosis KCl (kg ha-1)
jagung pulut dari Sidrap dan Maros. Adanya Selanjutnya Salisbury dan Ross (1995),
keragaman pertumbuhan dan perbedaan genetik menyatakan bahwa kapasitas fotosintesis
dimungkinkan oleh penggunaan sumber benih di meningkat dengan bertambahnya jumlah daun
lapangan (benih lokal) yang digunakan petani pada tanaman jagung.
juga beragam yang menyebabkan terjadinya Meningkatnya kapasitas fotosintesis
perbedaan sifat-sifat tanaman di lapangan. menyebabkan distribusi fotosintat dapat berjalan
Setiap tanaman memiliki susunan genetik optimal terutama ke jaringan-jaringan penyimpan
yang berbeda-beda sehingga karakter yang cadangan makanan termasuk pada batang
dihasilkan oleh suatu tanaman berbeda pula sehingga akan meningkatkan respon pembelahan
dengan karakter yang dimiliki oleh tanaman sel yang kemudian dilanjutkan dengan
lainnya. Hal ini dapat dilihat pada komponen perkembangan sel yang meningkatkan diameter
pengamatan pertumbuhan seperti laju batang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter
pemanjangan batang (tinggi tanaman) dan jumlah dan Hay (1998), bahwa fotosintesis yang optimal
daun tanaman yang dikendalikan secara genetik. di dukung oleh cerahnya cahaya matahari selama
Menurut Gardner et al., (2008), laju pemanjangan pertumbuhan tanaman menyebabkan
batang dan jumlah daun tanaman dipengaruhi fotosintatpun yang dihasilkan dapat maksimal,
oleh genotipe dan lingkungan. Posisi daun demikian juga Wascing dan Patrick (1975)
dikendalikan oleh genotipe tanaman yang menyatakan bahwa distribusi fotosintat dari daun
berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan ke seluruh bagian tanaman dapat berjalan secara
daun sehingga jumlah daun berbeda dari masing- optimal.
masing varietas jagung yang digunakan. Umur panen tercepat (71, hari) dihasilkan
Tinggi tanaman yang diperoleh sejalan dari jagung pulut yang berasal dari Maros dan
dengan pertambahan jumlah daun. Dengan Sidrap dan sangat berbeda nyata dengan
semakin bertambahnya panjang batang maka Bulukumba dan Gowa. Kemampuan suatu
semakin banyak terdapat ruas-ruas batang yang varietas untuk menghasilkan waktu panen yang
merupakan tempat melekatnya daun (duduk lebih cepat tidak sama. Hal ini tergantung sifat
daun). Hal tersebut sejalan dengan pendapat genetik dan lingkungan. Suatu tanaman yang
Gardner et al., (2008), yang menyatakan bahwa ditanam pada suatu daerah mempunyai umur
batang tanaman jagung tersusun atas ruas yang panen lebih cepat, belum tentu ditanam pada
merentang diantara buku-buku batang tempat daerah lain mempunyai umur yang sama. Hal ini
melekatnya daun. disebabkan lingkungan yang berbeda. Umur
Pengamatan diameter batang, panen sangat dipengaruhi oleh faktor cahaya dan
menunjukkan bahwa jagung pulut yang berasal suhu.
dari Gowa menghasilkan rata-rata diameter Perbedaan karakter fenotipe yang muncul
batang terlebar (2,24 cm) tetapi tidak berbeda yang dapat dilihat disebabkan oleh adanya
nyata dengan jagung pulut dari Bulukumba dan perbedaan gen yang mengatur karakter-karakter
sangat berbeda nyata dengan jagung pulut dari tersebut. Gen-gen yang beragam dari masing-
Sidrap dan Maros. Hasil ini lebih memperkuat masing varietas tervisualisasikan dalam karakter-
alasan adanya kemiripan genetik antara jagung karakter yang beragam. Hal ini sesuai dengan
pulut dari Gowa dan Bulukumba sehingga yang dikemukakan Yatim (2001), bahwa setiap
ekspresi yang tervisualisasi khususnya diameter gen itu memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk
batang tidak berbeda secara signifikan, serta menumbuhkan dan mengatur berbagai jenis
didukung oleh kondisi lingkungan yang relatif karakter dalam tubuh.
tidak berbeda yang diperkuat oleh perbedaan Jagung pulut yang berasal dari Bulukumba
kelompok atau ulangan percobaan yang tidak memperlihatkan jumlah tongkol terbanyak (1, 2
signifikan buah), dan produksi tertinggi (4,35 ton) dan
Tinggi tanaman dan jumlah daun yang berbeda tidak nyata dengan jagung pulut dari
cukup tinggi pada kedua jenis jagung pulut Gowa. Sedangkan jagung pulut yang berasal dari
(Gowa dan Bulukumba) menyebabkan Gowa bobot biji terberat (324,48 g) tetapi tidak
penerimaan dan penyerapan cahaya matahari berbeda nyata dengan jagung pulut dari
dapat maksimal. Menurut Tisdale and Nelson Bulukumba.
(1975) dalam Djalil (2003), serapan cahaya Hasil pengamatan pada komponen hasil
matahari yang maksimal akan diikuti oleh sejalan dengan komponen pertumbuhan, dimana
serapan nutrisi yang optimal pula, sehingga jagung pulut yang berasal dari daerah Bulukumba
proses fotosintesispun dapat optimal pula. dan Gowa tidak menunjukkan adanya perbedaan
41
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
signifikan secara statistik tetapi memiliki dan berbeda nyata dengan dosis 0 dan 100 kg/ha.
perbedaan yang signifikan dengan yang berasal Sedangkan pada umur 6 dan 8 MST, dosis pupuk
dari wilayah Sidrap dan Maros. Ekspresi Kalium 75 kg/ha juga menghasilkan tanaman
fenotipe yang berbeda ini kemudian ditampilkan tertinggi (182,28 cm dan 199,46 cm) dan berbeda
secara berbeda merupakan variasi genetik dari sangat nyata hanya dengan dosis 0. Hal ini
masing-masing asal jagung pulut. Genotip yang diduga bahwa pada awal pertumbuhan tanaman
berbeda akan memberikan tanggapan yang jagung, kalium sangat berperan terutama dalam
berbeda bila ditanam pada lingkungan yang jaringan yang aktif melakukan pembelahan
sama, demikian sebaliknya. Menurut Welsh (jaringan meristem) pada bagian ujung. Hal
(1991), dalam Haris dan Askari, (2008)., jika tersebut sejalan dengan pendapat Tisdale dan
terdapat perbedaan antara dua individu pada Nelson (1975), dalam Djalil, (2003), bahwa
lingkungan yang sama dan dapat diukur, maka unsur kalium lebih berperan terhadap
perbedaan ini berasal dari variasi genotipe kedua pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pada
tanaman tersebut. bagian yang sedang aktif bertumbuh yaitu pada
Menurut Takdir et al., (1998), bahwa hasil bagian meristem ujung (pucuk) dan terdapatnya
biji jagung dipengaruhi oleh interaksi antara juga dalam jumlah yang lebih banyak pada
genotipe dengan lingkungan, adanya interaksi jaringan tersebut dibandingkan dengan bagian
genotipe dengan lingkungan disebabkan oleh yang lebih tua.
kemampuan genotipe yang berbeda dalam Dosis pupuk Kalium 75 kg/ha merupakan
memanfaatkan kondisi lingkungan. McDonald dosis yang tepat untuk kebutuhan tanaman
(1982) dalam Faesal et al., (1993) menambahkan jagung pada awal pertumbuhannya sehingga
bahwa setiap tanaman pada dasarnya mempunyai tanaman jagung memberikan respon yang lebih
kemampuan daya hasil yang berbeda. baik walaupun tidak berbeda secara signifikan
Kemampuan produksi tanaman jagung dengan dosis pupuk Kalium 50 kg/ha pada umur
merupakan resultante dari beberapa faktor 4 MST dan dosis pupuk Kalium 50 dan 100 g/ha
komponen produksi seperti jumlah baris biji dan pada umur 6 dan 8 MST. Namun demikian,
berat biji yang dihasilkan yang digambarkan pada dosis 50 g/ha tidak berbeda secara signifikan
hasil akhir berupa produksi biji pipilan kering. dengan dosis 0 g/ha. Setyamidjaja (1986),
Jumin (2005), menyatakan bahwa produksi suatu menyatakan bahwa respon tanaman terhadap
tanaman merupakan resultante dari proses pemberian pupuk akan meningkat bila
fotosintesa, penurunan asimilat akibat respirasi menggunakan dosis pupuk yang tepat. Setiap
dan translokasi bahan kering ke dalam hasil tanaman perlu mendapatkan pemupukan dengan
tanaman. dosis yang sesuai agar terjadi keseimbangan
3.2.2. Dosis Kalium unsur hara di dalam tanah yang dapat
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa menyebabkan tanaman dapat tumbuh dan
berbagai dosis Kalium hanya memperlihatkan berkembang dengan baik serta menghasilkan
pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi produksi yang optimal. Lebih lanjut
tanaman umur 4, 6 dan 8 MST dan produksi dikemukakan bahwa efesiensi pemupukan yang
tanaman jagung. Secara umum, kalium sangat optimal dapat dicapai apabila pupuk diberikan
berperan dalam merangsang pertumbuhan akar dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tanaman.
tanaman. Perakaran yang optimal akan Kenyataan ini menunjukkan bahwa unsur
mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan K berperan penting dalam pertumbuhan tanaman
tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan jagung pulut sehingga dapat menghasilkan rata-
tanaman jagung, selain itu unsur K sangat rata tanaman tertinggi. Apalagi hasil analisis
mempengaruhi laju pemanjangan batang tanah awal diketahui kadar K sangat rendah,
terutama pada jaringan yang aktif membelah dengan diberikannya unsur ini berarti
pada bagian ujung tanaman (jaringan meristem). persediaannya di dalam tanah cukup mendukung
Baligar and Barber (1978) dalam Masdar (2003), suplai unsur K bagi tanaman.
menyatakan bahwa secara alamiah K, berdifusi Selanjutnya, hasil analisis lanjutan
lewat tanah ke akar tanaman yang tumbuh pada menunjukkan bahwa dosis 100 kg Kalium/ha
daerah perakaran dan K memberikan efek yang menghasilkan rata-rata produksi tertinggi (4,35
nyata terhadap pertumbuhan tanaman. . ton) dan berbeda nyata dengan dosis 0 kg
Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa Kalium/ha dan 50 kg Kalium/ha, tetapi tidak
dosis pupuk Kalium 75 kg/ha menghasilkan berbeda nyata dengan dosis 75 kg Kalium/ha.
tanaman tertinggi pada umur 4 MST (91,82 cm) Hal tersebut disebabkan unsur kalium yang
42
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
dikandung dalam pupuk Kaliummemegang peran dapat pula menyebabkan kelebihan air. Letak
penting dalam meningkatkan ukuran dan berat petak percobaan yang terlalu rapat (0,5x1 meter)
biji. Unsur kalium berperanan penting dalam diduga cukup mempengaruhi kadar Kalium yang
pembentukan dan translokasi karbohidrat. Dalam tersedia bagi akar tanaman sehingga
hal ini diduga dengan pemberian pupuk Kalium perbedaannya tidakn nyata. Pada kadar air yang
100 kg per hektar telah memberikan sokongan tinggi, kekurangan udara dapat menjadi
yang cukup untuk lancarnya translokasi dan penghambat pertumbuhan tanaman. Menurut
pembentukan karbohidrat yang diperlukan untuk Fitter dan Hay (1991), jumlah air yang ditahan
pertumbuhan organ generatif dalam hal ini tanah terutama tergantung iklim dan khususnya
pertumbuhan biji sehingga meningkatkan pada kelebihan presipitasi (hujan) yang melebihi
produksi yang dihasilkan. evapontranspirasi
Menurut Kasniari dan Supadma (2007). 3.2.3. Interaksi Jenis Jagung Pulut dan Dosis
Unsur K berperan penting dalam meningkatkan Pupuk Kalium
turgor, meningkatkan kadar lignin dan selulosa Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
serta sebagai aktivator enzim. Sementara itu interaksi antara jenis jagung pulut dengan dosis
Lingga dan Marsono (2006) menyatakan bahwa pupuk Kalium memberikan pengaruh nyata pada
unsur K berperan penting dalam pembentukan biomassa tanaman
karbohidrat dan aktivitas enzim. Selanjutnya Jagung pulut yang berasal dari Gowa dan
menurut Kasniari dan Supadma (2007), bahwa Bulukumba yang dipupuk dengan 100 kg
unsur K berperan penting dalam meningkatkan Kalium/ha menghasilkan rata-rata biomassa
ukuran dan berat biji. Selain itu jumlah K yang terberat (11083,33 kg) dan berbeda nyata dengan
diambil dari tanah oleh tanaman lebih tinggi jagung pulut yang berasal dari Sidrap dan Maros
dibandingkan P (Osman, 1996 dalam Djalil, pada dosis Kalium yang sama, tetapi tidak
2003) sehingga dengan pemberian K yang cukup berbeda nyata dengan dosis 75 kg Kalium/ha
akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil masing-masing pada varietas yang sama. Hal ini
tanaman. disebabkan pertumbuhan vegetatif pada jagung
Hasil analisis menunjukkan bahwa dosis pulut dari Bulukumba dan Gowa yang lebih baik
Kalium tidak berpengaruh pada hampir semua seperti jumlah organ fotosintesis yang lebih
komponen pengamatan. Hal ini kemungkinan banyak mendukung berlangsungnya fotosintesis
disebabkan selain karena kandungan unsur K guna pembentukan cadangan makanan untuk
yang rendah pada lokasi penelitian sesuai hasil pertumbuhan dan perkembangan tanaman
analisis tanah, juga disebabkan KTK tanah yang termasuk dalam mendukung potensi-potensi
tergolong rendah. Kapasitas Tukar Kation pertumbuhan baik generatif maupun vegetatif.
(KTK) merupakan salah satu sifat kimia tanah Demikian pula, dengan adanya penambahan
yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi pupuk Kalium dengan dosis yang sesuai pada
tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah, tanaman menyebabkan proses fisiologis tanaman
dengan indikasi KTK yang rendah berjalan dengan lebih baik, hal ini disebabkan
menggambarkan ketersediaan unsur hara yang peran unsur K sebagai aktivator enzim yang
rendah pula termasuk K. sangat penting dalam reaksi-reaksi fisiologis
Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah menyebabkan laju penimbunan fotosintat yang
kemampuan atau kapasitas koloid tanah untuk berjalan optimal sehingga dihasilkan biomassa
memegang kation. Kapasitas ini secara langsung tanaman yang lebih berat.
tergantung pada jumlah muatan negatif dari Suseno (1981), dalam Dahlan dan Prayogi,
koloid tanah dan sangat ditentukan oleh tipe (2008) menyatakan lebih banyak faktor-faktor
koloid yang terdapat di dalam tanah. Semakin pertumbuhan yang diterima oleh tanaman
tinggi KTK tanah, semakin subur tanah tersebut; termasuk pemupukan menyebabkan laju
sebaliknya semakin rendah KTK tanah, maka fotosintesis meningkat. Meningkatnya laju
semakin kurang subur tanahnya (Nugroho, 2007). fotosintesis maka CO2 yang diikat dalam proses
Selain hal tersebut di atas, diduga fotosintesis tersebut akan lebih banyak daripada
frekwensi pembrian air dan penyiraman tanaman CO2 yang dilepaskan dalam proses respirasi.
jagung pulut terlalu banyak, tingginya intensitas Dengan demikian, asimilat yang dihasilkan lebih
curah hujan pada saat penelitian menyebabkan banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan serta
pupuk yang diberikan tercuci sehingga tidak hasil tanaman.
tersedia bagi tanaman. Curah hujan yang tinggi
selain berpengaruh jelek pada sifat fisik tanah
43
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Potensi Jagung Pulut, QPM, dan Provit – A Untuk Pangan Fungsional.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/.pdf. Diakses Pada Tanggal 6 Peberuari
2010.
Adisarwanto, T., dan Y. E. Widyastuti, 2009. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah
dan Pasang Surut. Penebar swadaya Jakarta. 86 hal
Arief Prahasta, M. P,. 2009. Agribisnis Jagung, Budidaya – Usaha – Pengolahan. Penerbit CV.
Pustaka Grafika Bandung.172 hal
Dahlan dan A.Z. Prayogi, 2008. Pengaruh Jarak Tanam Berganda Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung. Jurnal Agrisistem, Desember 2008, Vol 4. N0. 2. ISSN 1858 –
4330. 101-108 hal
Djalil Mastina, 2003. Pengaruh pemberian Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan Pembentukan
Komponen Tongkol Jagung Hibrida Andalas 4. Jurnal ISSN 0853-3776 Akreditasi no 53
dikti, kpm1999, tagl 11 maret 1999.
Fitter, A.H., dan R.K.M. Hay. 1998. Environmental physiology of plant. Departement of Biologi,
Universitas pf York. England (Terjemahan S. Andini dan Purbayanti, 1998. Fisiologi
Lingkungan Tanaman). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gardner, F.,T., Pearce R.B., Mitchell, R.L., 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjamah
Herawati Susilo, pendamping Subiyanto
Haris Kuruseng Dan M. Askari Kuruseng, 2008. Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Varietas
Tanaman Jagung Dua Dosis Pupuk Urea. Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol, 4 No, 1. ISSN-
1858-4330
Kasniari, D.N., dan A. Nyoman Supadma, 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (N, P,
K) dan Jenis Pupuk Alternatif Terhadap Hasil Tanaman Padi (Oriza sativa L,) dan Kadar
N,P, K Inceptisol Selemadep, Tabanan. Agrisitop, 26 (4) : 168-176, 2007. ISSN, 0215-8620.
Mahendradatta, M., dan Abubakar Tawali, 2008. Jagung dan Diversifikasi Produk olahannya. Bekerja
Sama Dengan Pusat Kajian Makanan Tradisional Universitas Hasanuddin, Penerbit
Masagena Press. 90 hal
Masdar, 2003. Pengaruh Lama dan Beratnya Defisiensi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Durian.
Jurnal Akta Agrosia Vol. 6 N0 2 Hal 60-66. Juli- Des 2003
44
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 2 (Oktober 2012)
Nugroho A,W., 2007. Karakteristik Tanah Pada Sebaran Ulin di Sumatera Dalam Mendukung
Konservasi. Prosiding Ekspos Hasil Hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi
Sumberdaya Hutan. Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang.
Setyamidjaja Djoehana,1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex – jakarta. 122 hal
Sudadi, M., dan Widada Agus Suryanto, 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian
Organik. Budidaya Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Penerbit Kanisius,
Yogjakarta. 78 hal
Takdir A., R. N. Iriany., M. Dachlan, F. Kasim dan A. Barata. 1998. Stabilitas hasil beberapa
genotipe hibrida jagung harapan. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Vol 4 : 7 –
14 hal
Wascing,P.F., dan J.Patrick. 1975. Source sink relation an the partition of assimilates in the Plant. In
Photosynthesis and Productivity in Different Environmental by Cooper, J.P.(E .). Cambridge
Univ. Press. USA .
Yatim, W. 1991. Genetika. Penerbit Tarsito, Bandung. 397 hal
45