1-9
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan viabilitas dan vigor benih dari beberapa jenis tanaman
yang beredar di pasaran kota Ambon. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih (BPSB) Passo dan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon yang berlangsung dari
bulan Februari sampai April 2012. Metode yang digunakan adalah metode pengujian benih dengan sistem duplo
dan menggunakan rancangan Uji T dengan tiga ulangan. Jenis-jenis benih yang diuji kualitasnya terdiri dari
delapan jenis yaitu jagung, sawi, kacang panjang, terung, pare, mentimun, cabai besar, dan kubis. Respons yang
diamati adalah parameter viabilitas yang terdiri dari daya kecambah, laju perkecambahan, dan indeks kecepatan
perkecambahan, dan parameter vigor terdiri dari keserempakan tumbuh benih dan kecepatan tumbuh benih. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa benih yang beredar di pasaran Kota Ambon, seperti Jagung, Sawi, Kacang Panjang,
Terung, Pare, Mentimun, Cabai Besar, dan Kubis memiliki kualitas yang sangat baik dilihat dari hasil daya
kecambah benih mencapai 90.33 - 97.33% pada pengujian di Laboratorium dan pada pengujian di rumah kaca
mencapai 90.33 - 94.33%, vigor yang kuat dengan keserempakan tumbuh mencapai 51.00 - 64.67%, serta
kecepatan tumbuh mencapai 29.46 - 33.65%.
ABSTRACT
This study aims to identify and determine the viability and vigor of seeds of some species of plants in Ambon city
market. This research was conducted in the Laboratory of Seed Control and Certification Institute (BPSB) Passo
and at the Faculty of Agriculture, University of Pattimura Greenhouse Ambon from February to April 2012. The
method used was testing seed with duplo system and using T test with three replications. There were eight seed
plant types tested, i.e corn, mustard, long bean, eggplant, bitter melon, cucumber, large chili, and cabbage.
Responses observed consisted of viability parameters, i.e. germination percentage, germination rate, and
germination rate index, and vigor parameters consisted of simultaneity sprouted seeds and sprouted seeds pace. The
results showed that seeds in the market city of Ambon, such as corn, mustard, long beans, eggplant, bitter melon,
cucumber, large chili, and cabbage were in excellent quality, as shown by the results of the seed germination rate
which reached 90.33 - 97.33% at laboratory test, meanwhile at greenhouse test the rate reached 90.33 - 94.33%,
strong vigor with synchrony seed grow were 51.00 - 64.67%, and the growth rate reached 29.46 - 33.65%.
kaitan yang erat dengan viabilitas dan vigor benih-benih yang beredar dengan cara
benih. melakukan pengujian terhadap kualitas benih
Benih sendiri mempunyai pengertian tersebut. Saat ini, fungsi pengawasan
ialah merupakan biji tanaman yang diper- dilakukan oleh instansi yang ditunjuk
gunakan untuk keperluan dan pengembangan langsung oleh pemerintah yaitu Balai
usaha tani serta memiliki fungsi agronomis Pengawasan dan Sertifikasi benih Tanaman
(Kartasapoetra, 2003). Selanjutnya Sadjad Pangan dan Hortikultura (Anonim, 2012).
(1997) dalam Sutopo (1988) menyatakan Tetapi secara tidak langsung, fungsi
bahwa dalam konteks agronomi, benih pengawasan ini juga menjadi tugas dari
dituntut untuk bermutu tinggi atau benih lembaga pendidikan perguruan tinggi yang
unggul, sebab benih harus mampu disiplin ilmunya mengarah ke masalah
menghasilkan tanaman yang dapat pangan untuk melakukan penelitian atau
berproduksi maksimum dengan sarana kajian-kajian ilmiah terhadap kualitas benih
teknologi yang semakin maju. Beberapa jenis atau mutu benih yang beredar di pasaran.
benih tanaman pangan dan hortikultura dalam Pengujian kualitas benih ini sangat
kemasan berlebel yang beredar di pasaran penting karena terujinya kualitas benih dapat
yang digunakan oleh petani dalam usaha memberikan jaminan kepada petani dan
budidaya yaitu benih jagung, sawi, kacang masyarakat untuk mendapatkan benih dengan
panjang, terung, pare, mentimun, cabe kualitas yang baik sesuai dengan Standar
kerting, dan kubis. Nasional Indonesia (SNI) dan tentunya dapat
Peredaran benih di pasaran yang menghindari petani dari berbagai kerugian
terdistribusi pada beberapa toko benih, berada yang ditimbulkan.
dalam kemasan yang berlebel maupun yang Menurut Direktorat Jendral Pertanian
tidak berlebel. Menurut Kamil (1995) dalam Tanaman Pangan (1991), nilai SNI yang
Rudi dkk (2008), kemasan berlebel adalah ditetapkan untuk kualitas benih dalam
kemasan yang memuat informasi tentang kemasan berlebel adalah 70 – 80% tergantung
keadaan benih yang meliputi benih murni pada jenis tanaman, tetapi menurut
bebas dari varietas lain, berukuran penuh dan Kartasapoetra (2003), benih yang berkualitas
seragam, daya kecambah di atas 80% dengan tinggi itu memiliki viabilitas lebih dari 90%.
bibit yang tumbuh kekar, bebas dari biji Hal ini juga dibuktikan lewat penelitian yang
gulma, bebas hama dan penyakit, yang dilakukan oleh Nindita (2004), tentang
informasinya dicantumkan pada label di Pengaruh Status Mutu Benih dan Lingkungan
kemasan benih tersebut, sedangkan benih Produksi Terhadap Produksi dan Viabilitas
yang tidak berlebel adalah benih lokal yang Benih Jagung (Zea mays L.) dengan
tidak memuat informasi tentang keadaan memperlihatkan hasil penelitian bahwa benih
benih tersebut. dengan perlakuan viabilitas 90-100% mampu
Menurut Napitupulu dkk., dalam menghasilkan daya tumbuh di lapangan yang
Direktorat Jenderal Bina Produksi tinggi sebesar 86,67%.
Hortikultura (2005), salah satu masalah yang Mencermati berbagai hal yang di-
dihadapi dalam usaha perbenihan dewasa ini kemukakan di atas, maka perlu diadakan
adalah sertifikasi dan pengawasan peredaran suatu kajian melalui penelitian dengan tujuan
benih belum efektif. Dalam praktek di untuk mengetahui dan menentukan kualitas
beberapa sentra produksi masih banyak beberapa jenis benih yang beredar di pasaran
beredar benih yanh tidak bersertifikat dan kota Ambon, sehingga menjamin kebutuhan
tidak berlabel atau benih berlabel palsu yang benih yang berkualitas saat beredar di pasaran
dijual oleh penangkar dan pedagang benih. dan dapat melindungi petani sebagai peng-
Berdasarkan fenomena yang dihadapi guna benih.
terkait dengan peredaran benih di pasaran,
maka perlu adanya pengawasan terhadap
2
Agrologia, Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal. 1-9
tersebut ke dalam cawan petri dan dilakukan juga kegiatan penyiangan terhadap
basahi kertas dengan air murni. gulma yang tumbuh dalam bak-bak
Setelah kertas telah basah secara perkecambahan.
merata, tiriskan hingga tidak ada
lagi air yang menetes. Peubah Respon
- Tabur 50 butir benih dari setiap 1. Parameter viabilitas meliputi :
jenis benih yang diujicobakan untuk a. Daya Kecambah (%)
setiap ulangan pada kertas CD yang Daya kecambah dihitung menggunakan
telah disiapkan di dalam cawan rumus ISTA (1972) dalam Kuswanto
petri. Setelah itu, cawan petri (1996) sebasgai berikut:
ditutup untuk mencegah adanya JK
DK x 100%
kontaminasi. JC
- Pengamatan dilakukan terhadap dimana : DK=Daya kecambah, JK=
kecambah normal, kecambah jumlah kecambah normal yg dihasilkan,
abnormal, benih segar tidak tumbuh, JC = jumlah contoh benih yang diuji
dan benih mati.
b. Laju Perkecambahan (hari)
• Menggunakan media tanah (di Laju perkecambahan dihitung dengan
Rumah Kaca) menggunakan rumus menurut Sadjad
Media tanam tanah yang akan dkk., dalam Sutopo (1988) sebagai
digunakan diayak terlebih dahulu untuk berikut:
memisahkan tanah dengan kotoran- N1T1 N2T2 NxTx
LP
kotoran lain yang ikut terbawa saat JB
pengambilan tanah tersebut. Untuk
pengujian viabilitas, penanaman dimana: LP = Laju perkecambahan,
dilakukan dalam bak-bak perkecambahan N= Jumlah benih yang berkecambah
berukuran 60 x 40 x 15 cm yang telah pada satuan waktu tertentu, T = Jumlah
berisi tanah dan pupuk kandang dengan waktu antara pengujian awal sampai
perbandingan 5 : 1. Masing-masing bak pengujjian akhir pada interval tertentu
perkecambahan berisi 50 butir dengan suatu pengamatan, JB = Jumlah benih
jarak tanam 5 x 5 cm untuk tiap satuan yang berkecambah
percobaan.
c. Indeks Kecepatan Perkecambahan
b. Pengujian vigor (di Rumah Kaca) (IKP)
Pengujian vigor dan viabilitas benih Indeks kecepatan perkecambahan
dilakukan secara terpisah. Untuk pengujian dihitung menggunakan rumus menurut
vigor, kegiatan penanaman dilakukan seperti Copeland (1977) dalam Kartasapoetra
pada pengujian viabilitas tetapi pada media (2003) sebagai berikut:
tanam ditambahkan dengan pecahan-pecahan G1 G2 G3 Gn
IKP ...
batu bata (1- 2 cm) yang diletakan pada D1 D2 D3 Dn
permukaan tanah setelah benih ditanam.
Kegiatan pemeliharaan untuk media dimana : IKP = Indeks kecepatan
kertas CD yang dilakukan di laboratorium perkecambahan, G = Jumlah benih
yaitu perlu memperhatikan agar media tetap yang berkecambah pada hari tertentu,
berada dalam keadaan lembab dan tidak boleh D= waktu yang bersesuaian dengan
sampai menjadi kering. Untuk media tanam jumlah tersebut, n = jumlah hari pada
tanah yang dilakukan di rumah kaca meliputi perhitungan akhir
penyiraman yang dilakukan dua kali sehari
yaitu pada pagi dan sore hari. Selain itu,
4
Agrologia, Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal. 1-9
5
Lesilolo dkk, 2012. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih …
Tabel 1. Perbandingan Nilai Daya Kecambah di Laboratorium Dengan Nilai SNI Untuk
Perlakuan Jenis Benih
Tabel 2. Perbandingan Nilai Daya Kecambah di Rumah Kaca Dengan Nilai SNI Untuk
Perlakuan Jenis Benih
yang suboptimum dan dapat berproduksi fisik benih agar daya tumbuh atau daya
secara maksimal. berkecambahnya tetap tahan tanpa adanya
Hasil yang baik ini selain ditunjang penyimpangan-penyimpangan terhadap
oleh faktor lingkungan, juga didukung dengan kualitasnya (Kartasapoetra, 2003). Peredaran
ketersediaan cadangan makanan di dalam benih di pasaran, khususnya untuk benih
benih yang juga sangat menunjang dalam berlebel yang digunakan dalam penelitian ini
proses perkecambahan benih. Benih yang mempunyai wadah kemasan yang kedap
memiliki viabilitas tinggi mengindikasikan udara dengan wadah yang digunakan berupa
bahwa benih tersebut mempunyai cukup kantong-kantong yang dilapisi dengan
cadangan makanan di dalam endosperm yang aluminium foil polyethylene.
digunakan sebagai sumber energi oleh benih
ketika proses perkecambahan berlangsung. 2. Laju Perkecambahan (LP) dan Indeks
Faktor lainnya yang turut mendukung proses Kecepatan Perkecambahan (IKP)
perkecambahan benih sehingga mampu
mencapai viabilitas yang tinggi selama benih Hasil perhitungan nilai rataan ter-
berada dalam peredaran di pasaran adalah hadap peubah laju perkecambahan dan indeks
kemasan benih. Dalam usaha perbenihan, kecepatan perkecambahan benih yang diamati
pengkemasan diartikan sebagai usaha atau disajikan pada Tabel 3.
perlakuan yang bertujuan untuk melindungi
Tabel 3. Nilai Rataan Laju Perkecambahan Benih dan Indeks Kecepatan Perkecambahan Benih
Untuk Berbagai Jenis Benih
Berdasarkan hasil penelitian pada pare, dan cabai besar mempunyai struktur
Tabel 3 menunjukkan bahwa laju per- kulit yang agak keras. Menurut Hidayat
kecambahan (LP) dan indeks kecepatan per- (1995), kulit biji yang berbeda-beda struktur-
kecambahan (IKP) benih, setiap jenis benih nya berhubungan dengan sifat khas biji
yang diuji memberikan nilai berbeda-beda seperti jumlah dan tebal integument, pola
atau bervariasi. Hasil yang berbeda ini jaringan pembuluh, serta perubahan dalam
disebabkan karena secara anatomi, sel dan integument sewaktu biji masak. Sehingga
jaringan penyusun kulit biji atau kulit benih benih-benih tersebut membutuhkan jumlah
juga berbeda. Benih-benih seperti jagung, hari untuk benih dapat berkecambah lebih
sawi, kacang panjang, mentimun, dan kubis lama dibandingkan dengan benih yang
umumnya mempunyai kulit benih atau kulit lainnya atau nilai laju perkecabahannya tinggi
biji yang yang tidak keras, tipis, dan bersifat (Tabel 3).
permeable terhadap air sehingga sangat Hasil pada peubah laju perkecambahan
mudah untuk terjadinya proses imbibisi yang menunjukkan kepada kemampuan benih untuk
dapat mempercepat proses perkecambahan berkecambah secara cepat pada kisaran hari itu.
benih. Tetapi pada benih-benih seperti terung, Kemampuan benih yang cepat untuk ber-
kecambah tentunya didukung oleh nilai daya
7
Lesilolo dkk, 2012. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih …
kecambah dari setiap benih yang menunjukkan 1992). Nilai IKP yang rendah menunjukan
viabilitas yang tinggi. bahwa benih tersebut membutuhkan jumlah
Hasil yang diperoleh dari peubah hari yang lebih lama yang dibutuhkan oleh
indeks kecepatan perkecambahan pada Tabel suatu benih untuk proses perkecambahan.
3 sejalan dengan nilai laju perkecambahan
yaitu bahwa semakin tinggi jumlah hari yang 3. Keserempakan Tumbuh ( Kst) dan
diperlukan untuk suatu proses per- Kecepatan Tumbuh (Kct) Benih.
kecambahan maka semakin rendah nilai
indeks kecepatan perkecambahan yang Hasil perhitungan nilai rataan ter-
didapatkan. Artinya bahwa semakin lama hadap peubah keserempakan tumbuh benih
jumlah hari yang dibutuhkan untuk per- dan kecepatan tumbuh benih yang diamati
kecambahan menunjukan bahwa indeks disajikan pada Tabel 4.
kecepatan perkecambahan kecil (Sahilatua,
Tabel 4. Nilai Rataan Keserempakan Tumbuh Benih dan Kecepatan Tumbuh Benih Untuk
Berbagai Jenis Benih.
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4) kekuatan tumbuh benih karena benih yang
terlihat bahwa nilai keserempakan tumbuh cepat tumbuh lebih mampu menghadapi
benih yang diuji berkisar 51,00 - 64,67%. kondisi lapang yang suboptimal. Berdasarkan
Hasil ini menunjukkan bahwa benih-benih hasil yang didapat, maka benih-benih ini
tersebut mempunyai keserempakan tumbuh memiliki kecepatan tumbuh yang kuat. Hal
yang tinggi. Menurut Sadjad (1993), nilai ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1993),
keserempakan tumbuh berkisar antara 40 – 70 yang juga memberi kriteria bila benih
persen, dimana jika nilai keserempakan mempunyai kecepatan tumbuh lebih besar
tumbuh lebih besar dari 70% meng- dari 30 persen memiliki vigor kecepatan
indikasikan vigor kekuatan tumbuh sangat tumbuh yang kuat.
tinggi dan keserempakan kurang dari 40% Nilai Keserempakan Tumbuh benih
mengindikasikan kelompok benih yang yang menunjukan nilai peubah dari parameter
kurang vigor. Keserempakan tumbuh benih vigor benih menggambarkan potensi benih
yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan untuk cepat tumbuh, munculnya seragam dan
tumbuh absolute yang tinggi karena suatu pengembangan bibit normal dalam berbagai
kelompok benih yang menunjukkan kondisi lapangan.
pertumbuhan serempak dan kuat akan
memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi. KESIMPULAN
Hasil tersebut juga sejalan dengan
hasil yang didapatkan pada kecepatan tumbuh Benih yang beredar di pasaran Kota
benih untuk masing-masing benih (Tabel 4). Ambon, seperti Jagung, Sawi, Kacang
Kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor Panjang, Terung, Pare, Mentimun, Cabai
8
Agrologia, Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal. 1-9
Besar, dan Kubis memiliki kualitas yang Hidayat, B. E. 1995. Anatomi Tumbuhan
sangat baik dilihat dari hasil daya kecambah Berbiji. Penerbit ITB: Bandung.
benih mencapai 90.33 - 97.33% pada peng-
ujian di Laboratorium dan pada pengujian di Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih –
rumah kaca mencapai 90.33 - 94.33%, vigor Pengolahan Benih dan Tuntunan
yang kuat dengan keserempakan tumbuh Praktikum. Rineka Cipta : Jakarta.
mencapai 51.00 - 64.67%, serta kecepatan
tumbuh mencapai 29.46 - 33.65%. Nindita, A. 2004. Pengaruh Status Mutu
Benih dan Lingkungan Produksi
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Produksi dan Viabilitas
Benih Jagung (Zea mays L). Skripsi
Anonim. 2011. Mengenal Lebih Dekat Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Bogor.
Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (Lssmbtph). Rudi, H dan Y. Nengsih. 2008. Penggunaan
http://jsc.jogjaprov.go.id [09/01/2012] Benih Bermutu Untuk Meningkatkan
Produksi Menuju Ketahanan Pangan,
Anonim. 2012 Modul Pengujian Benih. hlm 57- 67. Jurnal Imiah Universitas
http://inkpendidikan.com/files/. Batanghari Jambi. Vol. 8, No. 3.
[10/02/2012] Jambi.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih.
Hortikultura Departemen Pertanian PT Grasindo : Jakarta.
Republik Indonesia. 2005. Buku
Tahunan Perbenihan Hortikultura. Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. CV
Jakarta. Rajawali : Jakarta.
Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan Sahilatua, D.J. 1992. Teknologi Benih.
– Direktorat Bina Produksi Padi dan Diktat Kuliah. Bidang Keahlian
Palawija Sub Direktorat pengawasan Hortikultura P.S Agronomi Fakultas
Mutu dan Sertifikasi Benih. 1991. Pertanian Universitas Pattimura.
Petunjuk Pengawas Benih. Jakarta.
9