PENDAHULUAN
DESKRIPSI MATERI:
Hubungan Bisnis :
2. Agen perusahaan/distributor
3. Makelar
4. Komisioner
5. Franchising
6. Sewa Beli
8. Hak tanggungan
9. Gadai/Pand
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Tujuan dari materi adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang pengertian
hubungan bisnis, agen perusahaan/distributor, makelar, komisioner, franchising, sewa beli,
jual beli angsuran, hak tanggungan, gadai/Pand, fiducia Eingendom Overdracht.
PENYAJIAN:
A. Pendahuluan
Hubungan – hubungan bisnis dilakukan karena mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri-
sendiri. Tujuan dari melakukan hubungan bisnis tersebut adalah antara lain :
Membantu pihak lain karena tidak mendapat izin memasarkan produknya secara
langsung di suatu negara.
Latar belakang hubungan bisnis ini disebabkan adanya pihak luar negeri yang tidak
diperbolehkan untuk menjual barangnya (produknya) secara langsung ke Indonesia. Untuk itu
pihak asing (prinsipal) harus menunjuk agen-agennya atau perwakilannya di Indonesia untuk
memasarkan produknya.
Perantara yang mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan mewakilinya untuk
melaksanakan kontrak/perjanjian dengan pihak ketiga.
Keagenan dan distributor memiliki pebedaan berbeda. Namun dalam praktek bisnis
sehari-hari keduanya biasanya digabungkan. Agen bertindak untuk dan atas nama prinsipal,
sedangka distributor bertindak untuk dan atas nama sendiri.
Dalam bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu hubungan hukum di mana
seseorang/pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/pihak prinsipal untuk
melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Prinsipal akan bertanggung jawab atas
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang agen, sepanjang dilakukan dalam batas-batas
wewenang yang diberikan. Sedangkan seorang distributor bertindak untuk dan atas nama
sendiri.
Seorang prinsipal dapat menunjuk seseorang menjadi agennya dengan hanya berisi
beberapa baris kalimat saja. Adakalanya antara prinsipal dan agen dibuat suatu
perjanjian/kontrak yang sederhana yang memuat pokok-pokok tentang apa-apa yang menjadi
hak dan kewajiban para pihak. Tetapi tidak sedikit yang membuat perjanjian secara terperinci.
Bila pihak asing ingin menunjuk seorang agen/distributor di Indonesia, maka menurut
SK Menteri Perdagangan Nomo 77/Kp/III/78, tanggal 9 Maret 1978 ditentukan lamanya
perjanjian harus dilakukan untuk jangka waktu 3 tahun.
Apabila agen/distributor ingin mengalihkan haknya kepada pihak lain baik sebagian
maupun seluruhnya, dibolehkan sesuai dengan isi Pasal 1338 KUH Perdata mengenai
kebebasan berkontrak.
Pada perjanjian, para pihak biasanya akan merumuskan secara jelas peristiwa-
peristiwa apa saja yang menjadi perselisihan (event of default) yang memberikan dasar bagi
masing-masing pihak untuk memutus perjanjian keagenan/distributor, yaitu antara lain :
3. Apabilaparapihakjatuhpailit.
4. Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan para pihak tidak dapat melaksanakan apa
yang menjadi kewajiban-kewajibannya.
suatu perjanjian hanya dapat dilakukan setelah adanya keputusan pengadilan. Oleh karena
sistem hukum perjanjian kita menganut sistem terbuka, maka dalam praktek Pasal 1266 KUH
Perdata dikesampingkan, para pihak dapat melakukan pemutusan perjanjian keagenan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang mereka perjanjikan dalam perjanjiannya.
C. Makelar
Sebagai perantara yang menghubungkan pengusaha dengan pihak ketiga untuk
mengadakan transaksi bisnis beberapa perjanjian/kontrak. Tidak mempunyai wewenang
untuk bertindak sendiri namun dia bertindak untuk dan atas nama pihak ( principal ).
Fungsi makelar adalah sebagai perantara atas nama principal untuk melakukan
beberapa kontrak. Makelar memiliki hubungan hukum dengan principal berupa pemberian
kuasa dan pelayanan berkala, tidak tetap.
D. Komisioner
Fungsi komisioner adalah perantara biasa, dan dasar hukum perjanjian.kontrak komisi
adalah kontrak pemberian kuasa khusu antara komisioner dengan komiten.
Sedangkan yang menjadi hak bagi komisioner adalah hak mendahului atas barang
yang diserahkan untuk dijual atas atas barang yang telah dibeli dan hak menahan barang
milik komiten ( hak retensi ).
Seperti halnya makelar komisionerpun memiliki hubungan hukum dengan komiten
berupa pemberian kuasa dan pelayanan berkala, tidak tetap.
E. Franchising
1. PengertianFranchise:
Sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa dimana sebuah perusahaan induk
(Franchisor) memberikan kepada individu/ perusahaan lain yang berskala kecil dan
menengah (Franchiesee) hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu
dengan cara tertentu, waktu tertentu, tempat tertentu.
Franchise merupakan kerjasama bisnis dan secara teknis dipahami sebagai metode
perluasan pasar yang digunakan perusahaan yang dianggap sukses dan berkehendak
meluaskan distribusi barang atau jasa melalui unit- unit bisnis eceran yang dijalankan oleh
pengusaha-pengusaha independen dengan menggunakan merek dagang atau merek jasa,
teknik pemasaran dan berada di bawah pengawasan dari perusahaan yang hendak meluaskan
pasarnya dengan imbalan pembayaran fees dan royalties.
Para pihak (franchisor dan franchiesee) yang bersepakat dalam suatu transaksi
Franchise selain mempermasalahan persoalan-persoalan yuridis, juga hal lain yang lebih
penting, yaitu adanya jaminan bahwa baik franchisor maupun franchisee adalah pihak-pihak
yang secara bisnis dapat diandalkan kerjasamanya, kemampuan manajerialnya dan
bonafiditasnya untuk bersama-sama membangun kerjasama bisnis.
Tempat Berbisnis
Wilayah Franchise
Pemberian wilayah oleh franchisor kepada franchisee harus didasarkan pada strategi
pemasaran. Tidak ada persaingan usaha sejenis yang dilakukan oleh sesama franchisee
ataupun franchisor sendiri.
Sewa Guna
Apabila lokasi didapat dengan suatu sewa. Jangka waktu sewa paling tidak harus sama
dengan jangka waktu berlakunya perjanjian franchise.
Pelatihan dan bantuan teknik merupakan hal yang penting karena suatu bisnis dengan
pola franchise mengandalkan kualitas produk baik barang/jasa dan kualitas pelayanan yang
baik dalam menjalankan bisnisnya.
Pertimbangan-pertimbangan Keuangan
Merupakan hal yang paling sensitif dalam perjanjian franchise. Biasnaya yang yang
dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor pada hakekatnya merupakan pengganti atas
pemberian hak-haknya dari franchisor kepada franchisee.
Klausula-klausula Kerahasiaan
Perjanjian franchise selalu memuat klausula yang melarang para pihak untuk
memberitahukan rahasia dagang kepada pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan
dengan bisnis.
Setelah berakhirnya perjanjian maka pihak franchisee dibatasi untuk tidak berusaha
dalam bisnis yang sejenis dengan usaha franchise yang sebelumnya telah dijalani selama
periode tertentu.
Pertanggungjawaban
Pertanggung jawaban merupakan hal yang penting, karena memuat mengenai sampai
sejauh mana tanggung jawab yang dipikul baik oleh franchisor maupun franchisee.
Pengiklanan merupakan bagian yang penting dari strategi pemasaran, oleh karena itu
dalam suatu perjanjian franchise untuk kebijaksanaan pengiklanan ini biasanya ditetapkan
secara terpusat oleh franchisor.
Penetapan Harga
penetapan harga ditetapkan oleh franchisor dengan mempertimbangkan masukan dari
franchisee.
Hak untuk Menggunakan Nama dan Merek Dagang.Merek dagang, logo dan desain
perusahaan merupakan identitas dari franchise itu.
Suatu merek dari bisnis franchise untuk mendapatkan perlindungan di Indonesia harus
didaftarkan ke Kantor Merek, karena suatu mereka baru mendapat perlindungan setelah
didaftarkan.
Perjanjian franchise harus memuat pula mengenai pihak yang bertanggung jawab atas
pendaftaran tersebut, biasanya kewajiban mendaftarkan serta pembiayaannya ditanggung
oleh pihak franchise sesuai kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian.
Prinsip dasar dalam mengatur jangka waktu perjanjian ini adalah bahwa hubungan
franchise harus dapat bertahan pada jangka waktu yang cukup lama. Hubungan franchise ini
merupakan hubungan bisnis yang memerlukan waktu cukup lama untuk dapat mencapai hasil
yang memadai.
Kesuksesan bisnis franchise bukan merupakan hal yang cukup mudah didapat
melainkan membutuhkan waktu untuk mencapainya. Waktu yang ideal untuk sebuah
perjanjian franchise adalah 5-10 tahun.
Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa
tertentu maka perjanjian menjadi hapus.
Pernyataan menghentikan perjanjian oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu
pihak.
Para pihak dapat menyepakati masalah penafsiran ini, terutama apabila dalam bisnis
franchise terlibat 2 (dua) pihak yang berlainan bangsa, kewarganegaraan.
Pilihan Hukum dan Pilihan Forum Pilihan hukum merupakan hal yang penting dalam hal
terjadi perjanjian
franchise internasional.
Selain pilihan hukum terdapat pula pilihan forum, hal yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan forum apakah dimungkinkan pula untuk menyelesaikan perselisihan dengan
arbitrase ataukah penyelesaian hanya berdasarkan proses yudisial biasa yakni melalui
pengadilan.
Harus ada perjanjian tertulis. Franchisor harus memberikan pelatihan dan dukungan.
Keuntungan Franchise:
Diberikan bantuan finansial oleh franchisor. (Apalagi bila prospek usaha dianggap
resiko baik)
Program latihan yang diizinkan franchisor kadangkala jauh dari yang diinginkan.
Sedikit sekali kebebasan yang diberikan pada franchisee untuk menjalankan akal budi
sendiri, misal membeli peralatan di tempat lain.
Jarang mempunyai hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak ketiga tanpa
menawarkan pada franchisor.
Jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara
memperhitungkan setiap pembayaran pembeli, dengan pelunasan atau harga barang yang
telah disepakati bersama dan diikat dalam perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut
beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli
kepada penjual.
Jual beli dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima
pelunasan pembayaran pembeli, dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah
disepakati bersama dan yang diikat dalam perjanjian, serta hak milik atas barang beralih dari
penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli.
H. Hak Tanggungan
Saat ini diatur dalam UU No. 4 Tahun 1996 mengatur tentang Hak Tanggungan atas
tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. LN 1996: 42 disebut UU Hak
Tanggungan. Ketentuan baru ini bertujuan menghapuskan ketentuan tentang : Hipotik (BK II
KUH Perdata) dan Crediet Verband (Stb 1908 : 542 Jo Stb 1909 : 586 Jo 1937 : 190 Jo 1937 :
191)
“Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut atau tidak berikut benda-
benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain”.
Memenuhi asas spesialitas dan publisitas, agar mengikat pihak ketiga dan
memberikan kepastian bagi yang bersangkutan.
1. HakMilik
2. HakGunaUsaha
4. HakPakaiatasTanahNegara
5. HakPakaiatasTanahHakMilik
3. Melakukan pendaftaran hak tanggungan pada Kantor Pertanahan , maka lahirlah hak
tanggungan yang dibebankan.
Gadai atau pand diatur dalam Ps. 1150 KUHP, memiliki pengertian :
“Hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak dari orang lain atas nama debitur
untuk menjamin utang dan memberikan wewenang kepada kreditur untuk mendapat
pelunasan lebih dulu daripada kreditur lain“.
2. Ciri/Sifat gadai :
Accesoir
3. Obyek gadai
1. Membuat perjanjian piutang antara debitur dan kreditur, dimana debitur sanggup
memberikan benda bergerak.
2. Membuatperjanjiangadai,bisadibuatlisanatautertulis.
Benda bergerak
Akta otentik
Fiduacia, diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fiducia. Semula
pengaturan Fiducia didasarkan pada Yurusprudensi. Tujuan undang-undang tersebut adalah
untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak. Oleh karena itu dianut asas
Spesialitas dalam pembebanan fiducia.
2. Pengertian Fiducia
Penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan dimana yang digadaikan adalah hak
miliknya, sedangkan bendanya tetap berada pada debitur.
Seperti halnya pada gadai, fiduciapun merupakan jaminan untuk benda bergerak ,
hanya pada fiducia ini benda secara fisik yang dijadikan jaminan tetap berada pada debitur,
sedangkan yang diserahkan sebagai jaminan hanya bukti-bukti kepemilikan saja.
Tujuan pemberian kepastian hukum, mendapat penjabaran dalam bentuk dianut asas
spesiallitas dalam tata cara pemberian fiducia. Tata Cara Pemberian Fiducia antara lain :
Umum tak dapat mengetahui dengan pasti apakah ia pemilik benda atau hanya
sebagai pemberi fiducia.
Tidak dapat ditelusuri apakah pemberi fiducia itu benar-benar pemilik atau hanya
pemegang saja
Kesimpulan:
Burton Simatupang Richard, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta 1996
Depdikas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Balan Pustaka, Jakarta, 1994.
Friedman, Jack. P, Dictionary of Business Term. New York, USA, Baron’s Educational
Services, Inc, 1987:66
Fuadi Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di Era Global, Citra Adytya
Bakti, Bandung 2002.