Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
JURUSAN KIMIA
2019
PERCOBAAN VII
SISTEM BINER FENOL-AIR
I. TUJUAN
Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air melalui kurva
komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap.
II. DASAR TEORI
Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase adalah
keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi
kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Jadi kita berbicara mengenai fase
padat, fase cair, dan gas suatu zat. Sedangkan yang dimaksud dengan komponen
adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam larutan
biner.
Dalam kimia fisik, mineralogi, dan teknik material, diagram fase adalah sejenis
kurva yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fase-fase
yang berbeda dari suatu zat yang sama. Diagram fasa merupakan cara mudah untuk
menampilkan wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Dalam diagram fasa,
diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang
masuk atau keluar sistem. Pemahaman tentang diagram fasa akan terbantu dengan
pemahaman hukum fasa Gibbs, hubungan yang diturunkan oleh fisikawan-matematik
Amerika Josiah Willard Gibbs (1839 – 1903) di tahun 1876. Aturan ini menyatakan
bahwa untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas-
disebut derajat kebebasan F, yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2
dikurangi jumlah fasa P, yakni.
F=C + 2 – P
Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat kebebasan adalah 2 yakni
suhu dan tekanan; bila dua fasa dalam kesetimbangan-sebagaimana ditunjukkan
dengan garis yang membatasi daerah dua fasa hanya ada satu derajat kebebasan yaitu
suhu atau tekanan. Pada titik tripel ketika terdapat tiga fasa tidak ada derajat
kebebasan lagi. Dari diagram fasa, dapat dikonfirmasi apa yang telah diketahui, dan
lebih lanjut, dapat mempelajari apa yang belum diketahui.
Sistem dua komponen mempunyai derajat kebebasan, F = 4 – P. Jika sistem ada
dalam satu fasa, maka F = 3. Artinya sistem mempunyai tiga varians atau tiga derajat
kebebasan. Keadaan sistem digambarkan dengan ruang. Karena diagram ruang sulit
untuk dibuat dan dipelajari maka untuk lebih menyederhanakan, salah satu variabel
dibuat konstan sehingga tinggal 2 variabel bebas. Dengan penyederhanaan ini
diagram dapat digambarkan dalam dua dimensi.
Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan
timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem
biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol
dan air kelarutanya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu
komponen penyusunnya yaitu fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air
dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva yang ditunjukan pada gambar berikut.
T daerah 1 fasa L0
L1
A2 B2
T2
Suhu A1 B1
T1
To
XA = 1 XC XF = 1
ρ air = 1 gram/mL
m=ρxV
m = 1 gram/mL x 2 mL
m = 2 gram
massa air
mol air =
massa molar air
2
mol air = 18 𝑔 𝑚𝑜𝑙−1
0,11 mol
Xair=
0,053 mol 0,11mol
Xair= 0,667
Dengan cara yang sama dihitung masaa, mol, dan fraksi mol untuk setiap
penambahan air dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil analisis data
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat dibuat kurva hubungan antara suhu
(T) dengan fraksi mol air. Pada kurva tersebut akan diperoleh bentuk parabola, yang
mana titik puncaknya merupakan suhu kelarutan kritis sistem biner fenol-air.
50
45
40
35
30
0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1
Fraksi mol air (x)
VII. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik
sistem fenol-air melalui kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap. Praktikum ini diawali dengan menimbang larutan fenol sebanyak 5,02
gram yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 0,1 mL aquades secara terus menerus sampai larutan
menjadi keruh. Pada penambahan 0,1 mL sampai 1 mL tidak terjadi perubahan pada
larutan fenol. Namun setelah ditambahkan aquades sebanyak 1,2 mL larutan mulai
keruh tetapi kekeruhan tersebut hilang setelah dikocok Hal ini menunjukkan bahwa
sistem fenol-air mulai memasuki keadaan dua fase. Kemudian ditambahkan kembali
aquades hingga 2 mL larutan fenol berubah menjadi keruh yang menandakan larutan
sudah berada dalam keadaan dua fase.
Setelah campuran menjadi keruh akibat penambahan aqudes, selanjutnya
dilakukan pemanasan pada penangas air dengan suhu ± 90 oC dan diukur suhunya saat
sistem mulai menjadi bening kembali. Hal ini bertujuan untuk untuk mengamati suhu
pada saat sistem mulai memasuki keadaan 1 fase (T1). Setelah diperoleh data suhu T 1
larutan dipanaskan kembali hingga suhu menjadi T 1 + 4 oC. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa seluruh campuran sudah berada dalam keadaan 1 fase. Setelah itu
tabung reaksi dikeluarkan dari penangas dan didinginkan dalam suhu kamar sambil
diaduk kemudian dicatat suhu ketika larutan mulai menjadi keruh (T 2). Hal ini
bertujuan untuk mengamati suhu pada saat perubahan campuran dari 1 menjadi 2 fase.
setelah diperoleh data T1 dan T2, kemudian dihitung suhu rerata (T). Kegiatan ini
dilakukan berulang dengan penambahan aquades secara berkala. Pada percobaan ini
dilakukan penambahan aquades sebanyak 18 kali dengan total volume aquades yang
ditambahkan sebanyak 30 mL. Adapun data T 1, T2 dan T yang diperoleh sudah tertera
pada analisis data. Setelah selesai melakukan penambahan aquades, kemudian
dihitung fraksi mol air disetiap penambahannya. Setelah didapat data fraksi mol air
(Xair), dibuat kurva komposisi atau fraksi mol sistem biner fenol-air (X) terhadap suhu
(T) pada tekanan tetap.
Berdasarkan data yang diperoleh kurva yang terbentuk berupa parabola yang
puncaknya merupakan suhu kritis yang dicapai pada saat komponen mempunyai
fraksi mol tertentu. Pada percobaan ini suhu kritisnya adalah 66,5 ºC. Berdasarkan
kurva yang diperoleh dapat dilihat bahwa, jika temperatur dinaikkan melewati
kesetimbangan fenol-air maka sistem berada dalam 1 fasa. Jika temperatur diturunkan
hingga di bawah kurva kesetimbangan fenol-air maka sistem berada dalam 2 fasa.
Sistem berada dalam 2 fasa karena hanya sebagian komponen yang
tercampur. Komponen yang berada pada satu fase pada saat campuran larut atau
homogen yang ditandai dengan larutan bening, sedangkan komponen berada pada dua
fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan dua lapisan yang ditandai
dengan larutan keruh.
Berdasarkan data hasil percobaan, suhu kritis kelarutan timbal balik sistem biner
fenol-air adalah 66,5oC, sedangkan secara teori suhu kritisnya adalah 65,85oC. Untuk
mengetahui kesalah relatif (KR) dalam percobaan dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.
𝑛𝑝 − 𝑛𝑡
𝐾𝑅 = | | 𝑥100%
𝑛𝑡
66,5 − 65,85
=| | 𝑥100% = 0,98%
65,85
Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan analisis data dan kurva
yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suhu kritis kelarutan timbal
balik sistem biner fenol-air adalah 66,5 oC