Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merebaknya praktek korupsi yang terjadi dimana – mana
merupakan fakta yang sudah jelas terbukti. Tindak pidana korupsi di
Indonesia sudah meluas di masyarakat. Perkembangannya terus
meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi
dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas
tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya
yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak
ekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana
korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa
melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa.
Saat ini, korupsi sudah menjadi hal yang umum diperbincangkan
dan banyak dilakukan oleh kalangan pejabat, pegawai negeri,
bahkan masyarakat kalangan menengah kebawah sekalipun
dinegara Indonesia ini. Korupsi seakan sudah menjadi tradisi yang
membudaya dalam bangsa indonesia. Namun, yang lebih
memprihatinkan adalah dalam kondisi ini bangsa indonesia yang
melakukan tindak pidana korupsi justru makin tinggi.
Hal ini bukanlah merupakan tanggung jawab pemerintah atau
aparatur negara saja. Melainkan seluruh bangsa indonesia yang
cinta kan bangsa dan tanah airnya. Oleh kareba itu, dalam hal ini kita
memerlukan suatu konsep, strategi dan upaya sebagai bentuk nyata
dari usaha pemberantasan korupsi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah
yang dirumuskan dalam makalah adalah :

1
1. Bagaimana konsep pemberantasan korupsi ?
2. Bagaimana Strategi dalam pemberantasan korupsi ?
3. Apa upaya yang tepat dalam pencegahan korupsi ?
4. Bagaimana Kerjasama Internasional dalam pemberantasan
Korupsi?

C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan
penulisan makalah adalah untuk :
1. Untuk mengetahui konsep pemberantasan korupsi
2. Untuk mengetahui strategi pemberantasan korupsi
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan korupsi
4. Untuk Mengetahui Kerjasama Internasional dalam pemberantasan
Korupsi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang
berarti kerusakan atau kebobrokan.. Dalam bahasa Yunani corruptio
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak
bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma
agama, materil, mental dan umum.
Korupsi juga mencakup nepotisme atau sifat suka memberi
jabatan kepada kerabat dan famili saja, serta penggelapan uang
negara. Jadi korupsi, sekalipun khusus terkait dengan penyuapan
dan penyogokan, adalah istilah umum yang mencakup
penyalahgunaan wewenang sebagai hasil pertimbangan demi
mengejar keuntungan pribadi, keluarga dan kelompok.

B. Konsep pemberantasan korupsi


Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya
sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of
concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama
dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran
manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran
mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep
dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun
dari berbagai macam kharakteristik.
Dapat disimpulkan bakwa konsep pemberantasan korupsi
adalah kerangka acuan yang digunakan dalam pemberantasan
korupsi. Segala bentuk pemberantaasan korupsi yang akan
dilakukan berdasarkan pada konsep yang telah disusun tersebut.

3
Korupsi dapat terjadi jika ada peluang, keinginan, dan
bobroknya system pengawasan dalam waktu yang bersamaan.
Korupsi dapat dimulai dari; mana saja, misalnya suap ditawarkan
pada seorang pejabat, atau sebaiknya seorang pejabat, meminta
atau bahkan dengan cara memaksa memberikan uang pelicin. Orang
yang menawarkan suap karena ia menginginkan sesuatu yang
bukan haknya dan ia menyuap pejabat supaya pejabat itu
mengabaikan peraturan. Keinginan korupsi dapat timbul karena
kemiskinan.
Karena korupsi menyangkut semua aspek bidang kehidupan
masyarakat, sehingga sangat sulit diberantas. konsep
pemberantasan korupsi harus disesuaikan dengan konteks,
masyarakat ataupun organisasi yang dituju. Berikut merupakan
contoh yang berkaitan dengan konsep pemberantasan korupsi
berdasarkan konteks :
1. Masyarakat dengan konteks atau kondisi taat pada agama akan
memilih konsep pemberantasan korupsi yang berorientasi pada
hukun agama. Sehingga dalam penyusunan konseppun akan
mengacu pada hukum agama yang dianut.
2. Suatu organisasi yang memiliki konsep demokratis akan
menyusun sebuah konsep yang menitik beratkan pada nilai-nilai
demokratis.

C. Strategi pemberantasan korupsi


Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Strategi pemberantasan korupsi adalah sistematika
pemberantasan korupsi yang telah dirancang dengan berbagai cara
agar dapat diaplikasikan dan menghasilkan suatu output yang ingin
dicapai.

4
Strategi untuk mengontrol korupsi harus berfokus pada 2 unsur
yakni peluang dan keinginan. Peluang dapat dikurangi dengan cara
mengadakan berubahan secara sistematis, sedangkan keinginan
dapat dikurangi dengan cara membalikkan situasi kalkulasi resiko
“untung rugi, resiko rendah” dengan cara menegakkan hukum,
memberikan hukuman dengan efek jera secara efektif, dan
menegakkan mekanisme akuntabilitas.
Memberantas korupsi bukanlah tujuan akhir, melainkan
perjuangan melawan perilaku jahat dalam pemerintah yang
merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas, yakni menciptakan
pemerintahan yang efektif, adil, dan efisien melalui berbagai strategi
sebagai berikut.
1. Reformasi Birokrasi
Wewenang pejabat publik untuk mengambil keputusan dan
kecenderungan menyalahgunakannya dapat diperkecil dengan
cara memodifikasi struktur organisasi dan pengelolaan program-
program publik. Perubahan ini akan memperkecil insentif untuk
memberi suap dan dapat memperkecil jumlah transaksi dan
memperbesar peluang bagi masyarakat unuk mendapat
pelayanan publik yang baik.
Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah
salah satu cara untuk mencegah korupsi. Semakin banyak meja
yang harus dilewati untuk mengurus suatu hal, semakin banyak
pula kemungkinan untuk terjadinya korupsi. Salah satu cara untuk
menghindari praktek suap menyuap dalam rangka pelayanan
publik adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya yang
harus dikeluarkan oleh seseorang untuk mengurus suatu hal
seperti mengurus paspor, mengurus SIM, mengurus ijin usaha
atau Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan sebagainya.

5
2. Budaya
Senjata yang paling ampuh dalam pertempuran melawan
korupsi adalah menumbuhkan kultur demokratis dan egaliter. Ciri
kultur demokrasi adalah keterbukaan dan pengabdian kepada
keterbukaan. Pengawal keterbukaan yang paling efektif adalah
warga negara yang terhimpun dalam organisasi-organisasi yang
dibentuk untuk tujuan yang diharapkan. Dalam konteks ini pers
yang bebas sangat dibutuhkan. Tanpa kebebasan untuk
mengajukan pertanyaan atau untuk mengadakan perubahan,
rakyat tetap tidak berdaya karena terperangkat dalam system
demokrasi yang dangkal.
3. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan
membentuk lembaga yang independen yang khusus menangani
korupsi. Sebagai contoh di beberapa negara didirikan lembaga
yang dinamakan Ombudsman. Peran lembaga ombudsman yang
kemudian berkembang pula di negara lain, antara lain
menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak mengkomplain
apa yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya.
Selain itu lembaga ini juga memberikan edukasi pada
pemerintah dan masyarakat serta mengembangkan standar
perilaku serta code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun
lembaga hukum yang membutuhkan. Salah satu peran dari
ombudsman adalah mengembangkan kepedulian serta
pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat
perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari pegawai pemerintah. Di
Hongkong dibentuk lembaga anti korupsi yang bernama
Independent Commission against Corruption (ICAC); di Malaysia
dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA). Kita sudah memiliki
Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk memberantas

6
korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
4. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan
Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi
resiko korupsi adalah dengan memperbaiki dan memantau kinerja
Pemerintah Daerah. Sebelum Otonomi Daerah diberlakukan,
umumnya semua kebijakan diambil oleh Pemerintah Pusat. Dengan
demikian korupsi besar-besaran umumnya terjadi di Ibukota negara
atau di Jakarta. Dengan otonomi yang diberikan kepada
Pemerintah Daerah, kantong korupsi tidak terpusat hanya di
ibukota negara saja tetapi berkembang di berbagai daerah. Untuk
itu kinerja dari aparat pemerintahan di daerah juga perlu diperbaiki
dan dipantau atau diawasi.
Lembaga yang harus perhatikan adalah dari tingkat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.
Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus
bersikap imparsial (tidak memihak), jujur dan adil. Banyak kasus
korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga
peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya buruk karena tidak
mampu (unable), mungkin masih dapat dimaklumi. Ini berarti
pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum harus
ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau
(unwilling) atau tidak memiliki keinginan yang kuat (strong political
will) untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai
perkara korupsi.
Dalam berbagai pemberitaan di media massa, ternyata
korupsi juga banyak dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat
(DPR) maupun di daerah (DPRD). Alih-alih menjadi wakil rakyat
dan berjuang untuk kepentingan rakyat, anggota parlemen justru
melakukan berbagai macam korupsi yang ‘dibungkus’ dengan rapi.

7
Daftar anggota DPR dan DPRD yang terbukti melakukan korupsi
menambah panjang daftar korupsi di Indonesia.
5. Kelembagaan
Secara kelembagaaan ada fungsi-fungsi kunci yang harus
dilakukan oleh tulang punggung pemberantasan korupsi, baik
pada tingkat prefentif, maupun represif. Harmonisasi kinerja
antara lembaga kejaksaan agung, POLRI, badan pemeriksaan
keuangan (BPK), dan KPK memegang peran penting dalam
mensukseskan pemberantasan.
6. Integrasi Sistem Pemberantasan Korupsi
Tujuan pokok pembangunan sistem integritas nasional
adalah membuat tindak pidana korupsi menjadi tindakan yang
mempunyai “risiko tinggi” dan memberi “hasil sedikit”. Integrasi
sistem pemberantasan korupsi mencakup pilar-pilar; eksekutif,
parlemen, peradilan, pelayanan publik, lembaga pengawas (BPK,
KPK), masyarakat sipil dan media massa. Untuk mewujudkan
pelaksanaan proses kerja penanganan tindak pidana korupsi yang
lancar, perlu dibuat: Pertama, sistem dan prosedur kerja antar
instansi yang terkait dengan Core Unit. Kedua, standar pelaporan
yang akan di pakai sebagai dokumen antar instansi. Ketiga,
penjadwalan pertemuan regular untuk pembahasan masalah-
masalah yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, agar dapat
diwujudkan persamaan persepsi atas suatu masalah.
7. Sumber Daya Manusia
Upaya untuk memberantas kemiskinan etika dan
meningkatkan kesadaran adalah mutlak diperlukan, karenanya
sumber daya manusia yang unggul harus terus di bangun
terutama melalui pendidikan. Sumber daya masyarakat yang
seperti itu merupakan landasan yang sangat penting bagi sistem
integritas nasional dalam pemberantasan korupsi.

8
8. Infrastruktur
Infrastruktur yang dimaksud disini adalah lembaga trias
politika yang meliputi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Berjalannya
fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif pada koridor hak dan
kewajibannya masing-masing akan memberikan kontribusi yang
diharapkan dalam pemberantasan korupsi. Sebaliknya jika tidak,
maka berarti infrastruktur politik nasional ini perlu dibenahi
sehingga lembaga tersebut berfungsi sebagaimana mestinya dan
pada akhirnya mendukung upaya pemberantasan korupsi nasional.
9. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan
mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan
jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah
menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya
apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai
menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan
dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang
lain misalnya anggota keluarga.
a. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di
pemerintahan pusat, daerah maupun militer, salah satu cara
untuk memperkecil potensi korupsi adalah dengan melakukan
lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi
otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil
dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus
dikembangkan sistem yang dapat memberi kemudahan bagi
masyarakat untuk ikut memantau ataupun memonitor hal ini.
b. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri
dan anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering
terjadi dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan
akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota

9
militer juga perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya
kerja dan motivasi kerja pegawai negeri, bagi pegawai negeri
yang berprestasi perlu diberi insentif yang sifatnya positif. Pujian
dari atasan, penghargaan, bonus atau jenis insentif lainnya
dapat memacu kinerja pegawai negeri. Tentu saja pemberian ini
harus disertai dengan berbagai pra-kondisi yang ketat karena
hal ini juga berpotensi korupsi, karena salah-salah hal ini justru
dipergunakan sebagai ajang bagi-bagi bonus diantara para
pegawai negeri.
10. Pemberdayaan Masyarakat
Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat
(termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang
berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat
hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan
pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya secara
transparan.
Isu mengenai public awareness atau kesadaran serta
kepedulian publik terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan
masyarakat adalah salah satu bagian yang sangat penting dari
upaya memberantas korupsi. Salah satu cara untuk meningkatkan
public awareness adalah dengan melakukan kampanye tentang
bahaya korupsi.
Salah satu cara untuk ikut memberdayakan masyarakat
dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menyediakan sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus
korupsi. Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana
masyarakat dapat dengan mudah dan bertanggung jawab
melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, media internet adalah salah
satu mekanisme yang murah dan mudah untuk melaporkan kasus-
kasus korupsi.

10
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik tingat lokal atau
internasional juga memiliki peranan penting untuk mencegah dan
memberantas korupsi. Mereka adalah bagian dari masyarakat sipil
(civil society) yang keberadaannya tidak dapat diremehkan begitu
saja. Sejak era reformasi, LSM baru yang bergerak di bidang Anti-
Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti pers yang bebas, LSM
memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat
publik.
11. Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang
mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.
Untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi
tidak cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yakni
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai
peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu
dikembangkan. Salah satu peraturan perundang-undangan yang
harus ada untuk mendukung pemberantasan korupsi adalah
Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering atau Pencucian
Uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi,
perlu instrumen hukum berupa UU Perlindungan Saksi dan Korban.
Untuk memberdayakan Pers, perlu UU yang mengatur mengenai
Pers yang bebas.
12. Monitoring dan Evaluasi
Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka
mensukseskan pemberantasan korupsi, yakni melakukan
monitoring dan evaluasi. Dengan melakukan monitoring dan
evaluasi, dapat dilihat strategi atau program yang sukses dan yang
gagal. Untuk strategi atau program yang sukses, sebaiknya
dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya.
Pengalaman negara-negara lain yang sukses maupun yang gagal
dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi,
upaya maupun program pemberantasan korupsi di negara kita.

11
D. Upaya pemberantasan korupsi
Upaya adalah usaha, ikhtiar, untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.
Upaya pemberantasan korupsi adalah bentuk implementasi dari
konsep dan strategi yang telah disusun untuk mencapai outpun yang
telah direncanakan.
Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Korupsi di
Indonesia sudah sangat tinggi. Perkembangan korupsi meningkat
tiap tahunnya. Namun demikian, kita tentu tidak boleh pesimis begitu
saja. Selama ada itikad baik untuk memberantas korupsi secara
tegas, maka selama itu pula ada harapan untuk menghilangkan
budaya korupsi dari bumi indonesia. Berikut ini dijelaskan upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.
1. Upaya Preventif
a. Upaya pemberantasan korupsi secara preventif dapat
dilakukan melalui pendidikan moral agama yang ditanamkan
sejak dini pada setiap orang, berupa kesadaran akan
bahaya laten korupsi.
b. Meningkatkan kesadaran moral masyarakat untuk selalu
menjaga perbuatannya sehingga tidak terperosok pada
perbuatan kejahatan yang merugikan.
c. Meningkatkan kesadaran moral pada pejabat apatur negara
dan penegak hukum agar kekuasaannya dijalankan
sebagaimana seharusnya dan tidak sewenang-wenang.
2. Upaya Represif
Yaitu ditempuh dengan upaya hukum bagi para pelaku
korupsi. Pelaku korupsi jika ia terbukti bersalah maka ia tidak bisa
lepas dari jeratan hukum. Upaya hukum dalam pemberantasan
korupsi memerlukan aturan hukum tentng korupsi secara tegas.
Aturan-aturan tersebut meliputi :
a. Berbagai peraturan perundang undangan tentang korupsi

12
b. Dibentuknya berbagai badan hukum yang khusus
mempunyai kewenangan luas, independent, serta bebas
dari kekuasaan manapun, sehingga dengan tegas dan
leluasa memberantas tindak pidana korupsi yang terjadi di
indonesia.
3. Upaya Edukasi Masyarakat/ Mahasiswa
a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik
dan kontrol sosial terkait dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari
pemerintahan desa hingga ke tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang
penyelenggaraan peme-rintahan negara dan aspek-aspek
hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan
dan berperan aktif dalam setiap pengambilan keputusan
untuk kepentingan masyarakat luas.
4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non
pemerintah yang mengawasi dan melaporkan kepada publik
mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari sekumpulan
orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi
melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan
praktik korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi
internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik dan
didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba sekarang
menjadi organisasi non pemerintah yang bergerak menuju
organisasi yang demokratik.

13
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal
dengan istilah politik kriminal atau criminal policy oleh G. Peter
Hoefnagels dibedakan sebagai berikut:
1. kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application)
2. kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without
punishment)
3. Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai
kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of
society on crime and punishment / mass media)
Melihat perbedaan tersebut, secara garis besar upaya
penanggulangan kejahatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni melalui
jalur penal (dengan menggunakan hukum pidana) dan jalur non-penal
(diselesaikan di luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-penal).
Menurut Barda Nawawi Arief, upaya penanggulangan kejahatan
melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat repressive
(penumpasan/ penindasan/ pemberantasan) sesudah kejahatan
terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat
preventif (pencegahan).
Ada hal penting yang patut dipikirkan dalam menggunakan upaya
penal. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sarana penal
memiliki ‘keterbatasan’ dan mengandung beberapa ‘kelemahan’ (sisi
negatif) sehingga fungsinya seharusnya hanya digunakan secara
‘subsidair’. Pertimbangan tersebut adalah :
1. Dilihat secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis sanksi
yang paling tajam dalam bidang hukum, sehingga harus digunakan
sebagai ultimum remedium (obat yang terakhir apabila cara lain
atau bidang hukum lain sudah tidak dapat digunakan lagi).
2. Dilihat secara fungsional/ pragmatis, operasionalisasi dan
aplikasinya menuntut biaya yang tinggi.
3. Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya
merupakan ‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan gejala), ia

14
hanya merupakan pengobatan simptomatik bukan pengobatan
kausatif karena sebab-sebab kejahatan demikian kompleks dan
berada di luar jangkauan hukum pidana.
4. Efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak faktor dan
masih sering diperdebatkan oleh para ahli.
Beberapa kalangan mengatakan bahwa cara untuk
memberantas korupsi yang paling ampuh adalah dengan
memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku
korupsi. Kepada pelaku yang terbukti telah melakukan korupsi
memang tetap harus dihukum (diberi pidana), namun berbagai
upaya lain harus tetap terus dikembangkan baik untuk mencegah
korupsi maupun untuk menghukum pelakunya. Jangan hanya
mengandalkan satu cara, atau satu strategi saja, karena ia tidak
dapat bekerja secara efektif. Belum lagi kalau kita lihat bahwa
ternyata lembaga serta aparat yang seharusnya memberantas
korupsi justru ikut bermain dan menjadi aktor yang ikut
menumbuhsuburkan praktek korupsi.

E. Kerja Sama Internasional dalam Pemberantasan Korupsi


1. Gerakan Organisasi Internasional
a. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
Setiap lima tahun PBB menyelenggarakan kongres
tentang PencegahanKejahatan danPerlakuan terhadap
penjahat.Pemberantasan korupsi harus dilakukan
multidisiplindengan memberikan pemahaman pada aspek
dan dampak buruk korupsidalam berbagai tingkat.
Dalam Global Program Against Corruption dijelaskan
bahwa korupsidiklasifikasikan dalam berbagai tingkatan.Top
Level Corruption yaitu korupsi yang tersembunyi dalam
jejaring yang tidakterlihat secara kasatmata, meliputi

15
penyalahgunaan kekuasaan, pemerasan, nepotisme,
penipuan, dan korupsi.
b. Bank Dunia (World Bank)
Bank Dunia dalam memberikan pinjaman
mempertimbangkan tingkat korupsi di suatu negara.
Bank Dunia menyatakan bahwa untuk memberantas
korupsi secara efektif perlu dibedakan menjadidua
pendekatan, yaitu: pendekatan dari bawah ke atas (bottom-
up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down).
Pendekatan dari bawah ke atas didasarkan oleh asumsi
berikut.
1) Semakin luas pemahaman yang ada, semakin mudah
meningkatkankesadaran memberantas korupsi.
2) Adanya jejaring yang baik akan membantu pemerintah
dan masyarakatmengembangkan rasa saling percaya.
3) Penyediaan data mengenai efektivitas dan efisiensi
pelayanan pemerintahmembantu masyarakat mengerti
bahaya buruk dari korupsi.
4) Pelatihan pelatihan yang dilaksanakan Bank Dunia akan
dapat membantumempercepat pemberantasan korupsi.
5) Rencana aksi yang dipilih sendiri di sebuah negara akan
memilikitrickle down effect dalam arti masyarakat
mengetahui pentingnyapemberantasan korupsi. Untuk
pendekatan dari atas ke bawah dilakukan dengan
melaksanakanreformasi di segala bidang, baik hukum,
politik, ekonomi, maupun administrasi pemerintahan.
c. Masyarakat Uni Eropa
Pemberantasan dilakukan dengan pendekatan
multidisiplin, monitoring yang efektif, dilakukan dengan
kesungguhan dan komprehensif.

16
2. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional
a. Transparency International
Transparency International (TI) adalah sebuah
organisasi internasional non pemerintah yang berkantor
pusat di Berlin Jerman yang memantau dan
mempublikasikan hasil- hasil penelitian mengenai korupsi
yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi politik di tingkat
internasional. Dalam survei, Indonesia setiap tahunnya
menempati peringkat sangat buruk dan buruk,namun sejak
tahun 2009 sedikit membaik.
b. TIRI
TIRI /Making Integrity Work adalah sebuah organisasi
independen internasional non pemerintah yang berkantor
pusat di London dan banyak perwakilannya di beberapa
negara termasuk di Jakarta. TIRI berkeyakinan bahwa
dengan mengembangkan kurikulum Pendidikan. Dengan
Pendidikan Anti Korupsi di perguruan tinggi ,mahasiswa
dapat memahami bahaya laten korupsi bagi masa depan
bangsa.
c. Instrumen Internasional Pencehagan Korupsi
1) United Nations Convention against Corruption (UNCAC)
UNCAC merupakan salah satu instrumen
internasional yang sangat penting dalam rangka
pencegahan dan pemberantasan korupsi.
UNCAC mengemukakan bahwa perlu dikembangkan
model-model preventifsebagai berikut:
 Pembentukan badan antikorupsi;
 Peningkatan transparansi dalam pembiayaan
kampanye untuk pemiludan partai politik;
 Promosi terhadap efisiensi dan transparansi
pelayanan publik;

17
 Rekrutmen atau penerimaan pelayan publik
(pegawai negeri) dan mereka dilakukan
berdasarkan prestasi;
 Adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan
publik (pegawai negeri)dan mereka harus tunduk
pada kode etik;
 penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi
pegawai negeri yang korupsi;
 Dibuatnya persyaratan khusus terutama pada
sektor publik yang sangat rawan seperti badan
peradilan dan sektor pengadaan publik;
 Promosi dan pemberlakuan standar pelayanan
publik;
 Adanya keikutsertaan seluruh komponen
masyarakat dalam upaya untuk pencegahan
korupsi yang efektif;
 Perlu ada seruan kepada negara-negara untuk
secara aktif melibatkan organisasi non pemerintah
(LSM);
 Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
korupsi termasuk dampakburukkorupsi serta hal
hal yang dapat dilakukan masyarakat yang
mengetahui telah terjadi tindak pidana korupsi.
a) Kriminalisasi
Hal penting lain yang diatur dalam konvensi
adalah mengenai kewajiban negara untuk
mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang dapat
dikategorikansebagai tindak pidana korupsi. Kerja
sama internasional Negara-negara yang
menandatangani konvensi bersepakat untuk
bekerja sama dalam setiap langkah

18
pemberantasan korupsi termasuk pencegahan,
investigasi, dan melakukan penuntutan terhadap
pelaku korupsi.
b) Pengembalian aset-aset Negara
Setiap negara harus menyediakanaturan-aturan
serta prosedur guna mengembalikan kekayaan,
termasuk aturandan prosedur yang menyangkut
hukum dan rahasia perbankan.
2) Convention on Bribery of Foreign Public Official in
International Business Transaction Convention on Bribery
of Foreign Public Official in International
BusinessTransaction adalah sebuah konvensi
internasional yang mengikat negara konvensi untuk
mengkriminalisasi pejabat public asing yang menerima
suap dalam transaksi bisnis Internasional.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak
wajar untuk mengambil keuntungan pribadi atau orang lain serta
selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest
(ketidakjujuran). Korupsi dinilai dari sudut manapun ia tetap suatu
pelanggaran. Korupsi mengakibatkan kurangnya pendapatan
Negara dan kurangnya kepercayaan.
Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan
berupaya menindak dan mencegah tindakan korupsi dengan
kebijakan pemerintah masing-masing. Seperti di Indonesia yang
memberikan hukum pidana kepada pelaku korupsi dan ditangani
oleh lembaga-lembaga seperti BPK, KPK, dan lain-lain. Yang paling
penting agar tidak terjadi korupsi adalah disetiap diri harus memiliki
nilai-nilai kejujuran dan rasa takut akan hal-hal yang haram. Karena
sejatinya orang yang memiliki harta yang halal adalah orang-orang
yang paling selamat agamanya, paling tenang hati dan pikirannya,
paling lapang dadanya, paling sukses kehidupannya, dipenuhi
keberkahan dan kehormatan serta harga diri bersih dan terjaga.

B. Saran
Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara,
terutama bagi negara yang masih berkembang. Karena hal tersebut
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan negara.
Sebagai insan bermoral dan berpendidikan, marilah jauhi segala
tindakan yang menjurus pada tindak pidana korupsi demi kemajuan
bangsa dan negara.

20
DAFTAR PUSTAKA

Tim penulis buku pendidikan anti korupsi. (2011) Pendidikan Anti Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi. JAKARTA: kementrian pendidikan dan
kebudayaan RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Hukum
Kepegawaian

http://jeyysiska. blogspot.co.id /2013 /07 /pencegahan –dan –upaya -


pemberantasan.html

http://makalahnih. blogspot.co.id/ 2014/09/6- strategi-pencegahan-dan-


pemberantasan.html

http://sarfaraazyusuf. blogspot.co.id /2016/03/ pemberantasan-korupsi-


konsep-strategi.html

https://bungbens. wordpress.com /2010/04/23/ strategi-nasional-


pemberantasan-korupsi- 2010-2025/

http: //septian ludy. blogspot. co.id /2014/ 07/ pencegahan-dan-upaya-


pemberantasan.html

http://www.seputar-indonesia.com

21

Anda mungkin juga menyukai