Anda di halaman 1dari 3

Tokoh filsafat islam dan pemikirannya:

1. Mulla Sadra
Dalam bagian pendahuluan kitab Al-Asfar, Mulla Shadra menyesalkan sikap berpaling
masyarakat Muslim dari studi filsafat. Padahal, prinsip-prinsip filsafat yang dipadukan dengan
kebenaran wahyu Nabi adalah cermin nilai kebenaran tertinggi.
Menurutnya, keharmonisan itu menunjukkan kebenaaran tunggal yang dibawa
oleh Adam. Dari Adam, kebenaran ini diturunkan kepada Ibrahim, kemudian para filosof Yunani,
lalu para sufi, dan akhirnya, para filosof pada umumnya. Orang-orang Yunani, tulisannya, semula
menjadi penyembah binatang. Akan tetapi, dalam perjalanannya, mereka mengambil filsafat dan
teologi dari Ibrahim.

Empat perjalanan jiwa, seperti yang dikemukakan dalam Al-Asfar Al-Arba'ah,


adalah sebagai berikut:
 Perjalanan dari makhluk (khalaq) menuju Tuhan (Haqq).
 Perjalanan menuju Tuha melalui (bimbingan )Tuhan.
 Perjalanan dari Tuhan menuju makhluk melalui (bimbingan) Tuhan.
 Perjalanan di dalam makhluk melalui (bimbingan) Tuhan.

2. Al-Razi
Al-Razi dikenal dengan ajaran “Lima Kekal”, yaitu:
 al-Bari Ta’ala (Allah): hidup dan aktif (dengan sifat independent).
 al-Nafs al-Kulliyyah (jiwa universal): hidup dan aktif dan menjadi al-mabda` alqadim al-
tsani (sumber kekal kedua). Hidup dan aktifnya bersifat dependent. Al-Nafs al-Kulliyyah tidak
berbentuk. Namun karena punya naluri untuk bersatu dengan al-Hayula al-Ula, maka al-Nafs al-
Kulliyyah memiliki zat yang berbentuk (form) sehingga bisa menerima sekaligus menjadi sumber
penciptaan benda-benda alam semesta, termasuk badan manusia. Ketika masuk pada benda-benda
itulah, Allah menciptakan ruh untuk menempati benda-benda alam dan badan manusia di mana
jiwa (parsial) melampiaskan kesenangannya. Oleh karena semakin lama jiwa bisa terlena pada
kejahatan, Allah kemudian menciptakan akal untuk menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik
tersebut.
 al-Hayula al-Ula (materi pertama): tidak hidup dan pasif. Al-Hayula al-Ula adalah
substansi (jauhar) yang kekal yang terdiri dari dzarrah, dzarat (atom-atom). Materi yang sangat
padat menjadi substansi bumi, yang agak renggang menjadi substansi air, yang renggang menjadi
substansi udara, dan yang lebih renggang menjadi api. Al-Hayula al-Ula: kekal karena tidak
mungkin berasal dari ketiadaan. Buktinya, semua ciptaan Tuhan melalui susunan-susunan (yang
berproses) dan tidak dalam sekejab yg sangat sederhana dan mudah.
 al-Makan al-Muthlaq (ruang absolut) ? tidak aktif dan tidak pasif. Materi yang kekal
membutuhkan ruang yang kekal pula sebagai ‘tempat’ yang sesuai. Ada dua macam ruang: ruang
partikular (relatif) dan ruang universal. Yang partikular terbatas sesuai keterbatasan maujud yang
menempatinya. Sementara ruang universal tidak terbatas dan tidak terikat pada maujud, karena
bisa saja terdapat terjadi kehampaan tanpa maujud.
 al-Zaman al-Muthlaq (zaman absolut) ? tidak aktif dan tidak pasif. Zaman atau masa ada
dua: relatif/terbatas yang bisaa disebut al-waqt dan zaman universal yang bisa disebut al-dahr.
Yang terakhir ini (al-dahr) tidak terikat pada gerakan alam semesta dan falak atau benda-benda
angkasa raya.
3. Al-Farabi
Al-Farabi menggunakan proses konseptual yang disebutnya dengan nazhariyyah al-faidh (teori
emanasi) untuk memahami hubungan antara Tuhan danalam pluralis dan empirik. Menurut teori
ini, alam terjadi dan tercipta karena pancaran dari Yang Esa (Tuhan); yaitu keluarnya mumkin al-
wujud (disebut alam) dari pancaran Wājib al-Wujud (Tuhan). Proses terjadinya emanasi
(pancaran) ini melalui tafakkur (berpikir) Tuhan tentang diri-Nya, sehingga Wājib al-Wujūd juga
diartikan sebagai “Tuhan yang berpikir”. Tuhan senantiaa aktif berpikir tentang diri-Nya sendiri
sekaligus menjadi obyek pemikiran. Al-Farabi memberi 3 istilah yang disandarkan padaTuhan:
al-‘Aql (akal, sebagai zat atau hakikat dari akal-akal); al-‘Āqil (yang berakal, sebagai subyek
lahirnya akal-akal); dan al-Ma’qūl (yang menjadi sasaran akal, sebagai obyek yang dituju oleh
akal-akal).
4. Al-Ghazali
-Epistimologi
-Metafisika
-Moral
-Jiwa

5. Ibnu Maskawaih
-Hikmah dan filsafah
-Metafisika
-Teori Evolusi
-Dasar-dasar etika

6. Ibnu Rusyd
Pembicaraan falsafah Ibnu Rusyd banyak tertumpu pada persoalan yang berkaitan dengan
metafizik, terutamanya ketuhanan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Ibnu Rusyd turut
menjangkau bidang yang berkaitan dengan kemasyarakatan apabila beliau cuba membuat
pembahagian masyarakat itu kepada dua golongan iaitu golongan elit yang terdiri daripada ahli
falsafah dan masyarakat awam.
7. Ibnu Sina
Karya Ibnu Sina dalam bidang filsafat yang terkenal adalah Al-Najat, Isyarat, dan al-
Shifa (buku yang berisi tentang penyembuhan penyakit) merupakan ensiklopedi filosofis.
Di dalamnya berisi jangkauan pengetahuan yang luas, dari filsafat hingga ilmu
pengetahuan. Filsafat Ibnu Sina merupakan penggabungan tradisi Aristotelian, pengaruh
Neoplatonic dan teologi Islam. Ibnu Sina mengelompokkan seluruh bidang ilmu ke dalam
dua kategori besar, yakni: pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis. Pengetahuan
teoritis meliputi fisika, matematika, dan metafisika, sedangkan pengetahuan praktis
meliputi etika, ilmu ekonomi, dan ilmu politik.
Jenius yang satu ini tidak pernah berhenti mengembara, baik secara fisik maupun secara
batin. Secara fisik, dia terus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, untuk
memuaskan rasa ingin tahunya terhadap segala hal, serta untuk dapat belajar, belajar, dan
belajar. Karena terlalu banyak memeras otak dan diperparah oleh gejolak politik pada
masa itu, kesehatannya semakin memburuk. Akhirnya, pada tahun 1037 dia kembali ke
Hamadan, dan meninggal di sana.

Anda mungkin juga menyukai