Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS INSTRUMENTASI

ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY (AAS)


Dosen pengampu:

Munzil, S.Pd., M.Si., Dr.


Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd., M.Si.

Oleh :

Kelompok III Offering A

1. Airin Eka Damayanti (170331614083)

2. Alawia Chusna (170331614064)

3. Augusto Daniel Setiadi (170331614084)

4. Aureralia Ariqoh N. (170331614088)

5. Dina Rahmawati (170331614003)

6. Eriza Safrilla Hariyono (170331614028)

7. Widya Rahayu (170331614043)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

22 SEPTEMBER 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang lalu. Dewasa ini penggunaan istilah
spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energy cahaya oleh suatu
sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang tertentu.Perpanjangan
spektrofotometri serapan atom ke unsur-unsur lain semula merupakan akibat perkembangan
spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-kadang dapat terlihat tetes-
tetes sampel yang belum menguap dari puncak nyala, dan gas-gas itu terencerkan oleh udara
yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan rendah yang diciptakan oleh kecepatan
tinggi, lagi pula sistem optis itu tidak memeriksa seluruh nyala, melainkan hanya mengurusi
suatu daerah dengan jarak tertentu di atas titik puncak pembakar. Selain dengan metode
serapan atom unsur-unsur dengan energy eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan
fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi hanya dapat
dilakukan dengan spektrometri serapan atom.

Untuk analisis dengan garis spectrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala
sangat berguna, sedangkan antara 200-300nm, metode AAS lebih baik dari fotometri nyala.
Untuk analisis kualitatif, 2 metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu proses
eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode
fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya. Dalam makalah ini
menjelaskan prinsip kerja dan cara pemakaian AAS serta gangguan apa saja yang terjadi
pada spektroskopi serapan atom.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan rumusan
masalah dalam makalah.
1. Bagaimanakah teori dasar dan prinsip kerja Spektroskopi Serapan Atom ?
2. Bagaimanakah aplikasi atau penggunaan SSA dalam analisis kimia ?
3. Apa sajakah gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada Spektroskopi Serapan
Atom?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan tujuan
dalam makalah.
1. Memaparkan teori dasar dan prinsip kerja Spektroskopi Serapan Atom
2. Menjelaskan aplikasi atau penggunaan SSA dalam analisis kimia
3. Memaparkan gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada Spektroskopi Serapan
Atom
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Spektrometri Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometri serapan atom merupakan suatu metode analisa untuk penentuan unsur-
unsur logam yang berdasarkan pada penyerapan (absorbsi) radiasi oleh atom bebas oleh unsur
tersebut. Pada praktiknya, metode SSA digunakan untuk menentukan kandungan unsur-unsur
terutama logam dalam sampel. Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh
Frounhofer, yang pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan
yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidanganalisis adalah seorang Australia bernama
Alan Walsh di tahun 1995. Sampai saat ini, spectrometer masa bisa melakukan analisis
kandungan unsur-unsur sampai lebih dari 60-70 unsur yang konsentrasinya rendah dalam
sampel.

1. Prinsip-prinsip Dasar AAS

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Pada prinsipnya
spektroskopi atom didasarkan pada analisis spectral dari atom-atom di dalam sampel. Dengan
demikian, langkah awal dalam anlisis spektroskopi atom adalah atomisasi, dimana senyawa yang
membawa atom target akan dihancurkan oleh energy tinggi dan baru kemudian atom dalam
bentuk gas mengalami eksitasi elektronik yang telah diketahui. Dengan demikian, spectra dari
atom akan lebih jauh lebih sederhana dari spectra molekul karena keadaan kuantum transisi
vibrasi dan rotasi tidak ada lagi. Sampel padat akan dilebur dahulu dan diberi perlakuan awal
baru kemudian dapat dilakukan atomisasi. Hasil dari analisis sedikit banyak tergantung pada
langkah-langkah awal yang dilakukan.

Aplikasi utama dari metode ini adalah penentuan kadar logam berat dalam sampel air,
baik sampel alam yang tercemar maupun sampel limbah cair hasil industry. Dalam proses
atomisasi, atom yang dinalisis terbebas dari senyawanya dan pada waktu diberi energy pada
panjang gelombang spesifikasinya terjadi penyerapan maksimal. Energy yang diserap akan
digunakan oleh electron untuk tereksitasi ke tingkat energy lain yang ada dengan memberi pola
serapan yang khas. Dari serapan ini dapat dilakukan perhitungan konsentrasi atom menggunakan
Hukum Beer. Absorbansi dalam hal ini beranding lurus dengan konsentrasi. Jika sebuah
instrument mempunyai atomizer dengan kemampuan tinggi untuk membuat atom-atom
tereksitasi dalam jumlah maksimal, maka rentangan konsentrasi yang dapat diharapkan dari
instrument ini juga tinggi. Dengan demikian, pengukuran konsentrasi dalam skala yang lebih
kecil dapat dimungkinkan.

1. Spektrum nyala

Proses penyerapan yang dihasilkan oleh atom dalam molekul dimana atom ini dijadikan
target. Atom dalam fase gas yang terbentuk dalam nyala akan dikenai radiasi dari sumber energy
dan akan diserap kemudian mengemisikan cahaya sesuai dengan panjang gelombang serapan.
Masing-masing atom mempunyai panjang gelombang serapan dan emisian yang khas. Dengan
demikian sumber energy harus menyesuaikan dengan kapasitas serapan oleh tiap-tiap jenis atom
dan setiap unsur memerlukan jumlah energy yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan bermacam
macam lampu yang menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing atom yang maksimum
setara dengan energy ionisasi atom tersebut. Misalnya atom Natrium dengan konfigurasi
electron 1s2 2s2 2p6 3s1. Electron valensi berada di orbital 3s dan mengalami kemungkinan
transisi 4s, 3d, 4p, 4d, dst. Untuk menaikkan electron sampai ke tingkat energy tak terhingga dan
lepas dari gaya tarik inti atom (electron terlepas dan tidak kembali) maka diperlukan energy
sebesar 5,2ev sehingga atom natrium akan berubah menjadi ion Natrium. Energy ionisasi 5,2eV
harus dapat disediakan oleh sumber sinar dalam spectrometer absorpsi.

2. Karakter nyala
Karakter nyala menentukan ketelitian dan kepekaan metode karena ketidakpastian akan
muncul dari variasi nyala. Karakter nyala dipengaruhi oleh temperature, dan temperature
tergantung pada sumber atau bahan bakar yang digunakan. Pemilihan bahan bakar akan
menentukan baik tidaknya hasil analisis dengan metode spektroskopi atom.
3. Proses atomisasi
Larutan sampel akan disemprotkan sehingga berbentuk kabut dan segera kehilangan
ikatan dengan molekul pelarutnya karena temperature tinggi (desolvasi). Kemudian berubah fasa
menjadi uap (volatilisasi) dan mulai terbentuk molekul dalam bentuk gas. Atom-atom berbentuk
gas ini akan tereksitasi karena menyerap sejumlah energy. Atom-atom suatu saat akan
mengalami ionisasi dan kehilangan electron terluarnya sambil menyerap sejumlah eneregi pula.
Molekul yang terlepas dari pelarutnya akan kan menyerap energy dan berada dalam keadaan
tereksitasi. Keadaan tereksitasi dari atom-atom logam akan mengalami ionisasi. Dalam nyala,
ion-ion atom logam dalam bentuk gas akan menyerap energy yang diberikan dari sumber energy
dengan pola yang merupakan karakter tiap atom. Tiap serapan menghasilkan spectrum serapan
yang berasal dari beberapa kemungkinan transisi elektronik dari electron kulit terluarnya.
4. Atomisator
Pembakar dan atomisator untuk spektroskopi atom terdiri dari pengkabut (nebulizer)
untuk meghasilkan aerosol dari sampel cairan dan pembakar. Dari pengkabut aerosol akan
memasuki nyala.

2. Komponen Peralatan AAS


Komponen utama dari peralatan spektrofotometer serapan atom adalah sumber energi,
pengatom (sistem nyala), monokromator dan detector, tersusun seperti gambar berikut:

Sumber sinar menghasilkan spectrum emisi sempit berintensitas tinggi dengan


panjang gelombang sesuai dengan yang akan diserap oleh analit (radiasi resonansi),
dengan intensitas konstan. Yang umum dipakai adalah lampu katoda (lampu hallow
katoda) berlubang yang dinding lubangnya tersebut terbuat dari logam untuk apa lampu itu
digunakan. Dengan demikian, setiap unsur memerlukan lampu tersendiri. Lampu hallow katoda
terdiri dari anoda tungsten (+) dan katoda silindris (-) yang berada dalam sebuah tabung gelas
yang berisi gas neon atau argon. Katoda dilapisi oleh logam dari unsur yang akan dianalisa.
anoda Hollow katoda

Pengatom bertujuan untuk merubah analit dari bentuk ion dalam larutan menjadi atom-
atom bebas dalam keadaan gas. Ini terdiri dari nebulizer, ruang pengabut dan kepala pembakar
(burner). Nebulizer berfungsi untuk menyedot sample dalam bentuk larutan dengan
bantuan aliran udara dan dirubah menjadi butiran-butiran halus (kabut) masuk dalam ruang
pengabut (spray chamber). Di ruangan ini kabut dicampur dengan gas bakar (asetilen). Proses
mengubah larutan sample menjadi kabut/aerosol yang selanjutnya masuk ke burner
disebut proses aspirasi. Burner berfungsi sebagai tempat pembakaran. Dalam nyala, air dalam
kabut akan lepas hingga analit akan membentuk padatan halus yang selanjutnya karena
panas akan berubah menjadi atom. Atom-atom inilah yang menyerap sinar dari lampu katoda
hingga intensitas yang diteruskan berkurang.

Monokromator berfungsi untuk mengisolasi sinar dari lampu katoda, terutama dari sinar
nyala yang berintensitas tinggi. Sinar dari nyala tersebut dibelokkan oleh
monokromator dan hanya sinar dari lampu katoda yang diteruskan ke detector.
Detektor yang dipakai adalah detector cahaya yang paling sensitive yaitu
photomultiflier. Fungsi detector ini adalah mengubah energi cahaya menjadi energi listrik (dalam
hal ini kuat arus). Energi listrik ini selanjutnya diproses secara elektronik dan dirubah menjadi
besaran absorban yang selanjutnya dimunculkan pada meter digital (monitor).
Peralatan AAS modern dilengkapi dengan mikroprosesor yang berfungsi untuk
mengendalikan kerja dan proses yang terjadi pada spektrofotometer seperti misalnya
untuk mengolah sinyal digital, memilih kombinasi gas pembakar dan mode pengukuran yang
akan digunakan, melakukan perhitungan data dengan kurva kalibrasi dan sekaligus merubah
besaran absorban menjadi konsentrasi yang dimunculkan di layar atau printer serta menyimpan
data.
3. Cara Kerja

1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan
komputer secara berurutan.

2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah ”apakah
ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.

3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda
yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda
akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau
ditambahkan dengan mudah.

4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.

5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur yang
akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan.

6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter
yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of
sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9
ppm.

7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.

8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap
digunakan untuk mengukur logam.

9. Pada menu measurements pilih measure sample.

10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke
standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk
standar 3 ppm dan 9 ppm.

12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran
blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.

13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.

14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.

15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris
menu dengan mengklik file lalu print.

16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama
10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit
AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas

B. Aplikasi AAS
Metode spektroskopi ini digunakan secara kontinyu untuk menganalisis kadar logam
yang ada dalam jumlah yang kecil. Sampai saat ini sudah ada sekitar 70 logam yang sudah di
analisis dengan menggunakan alat ini. Setiap atom dalam praktiknya akan memiliki sebuah
lampu yang akan mengeksitasi elektron valensinya untuk di analisis. Walaupun demikian,
perlakuan awal masih diperlukan pada perlakuan sampel yang akan di analisis. Misalnya
sampel limbah air tidak bisa langsung di atomisasi pada pembakar karena granula senyawa
organik yang menyebabkan kekeruhan itu dapat menyumbat kapiler yang adapada pembakar
pada saat cairan disedot. Sampel yang tidak homogen ini menyebabkan sampling yang terjadi
tidak proporsional. Maka dari itu harus dilakukan perlakuan awal agar sampel homogen
terlebih dulu, baru kemudian dianalisis. Perlakuan ini juga termasuk menghilangkan
kemungkinan gangguan spektral dan gangguan kimianya.
Beberapa terminologi penting yang digunakan antara lain sebagai berikut.
1. Ketepatan (sensitivity)
Yang mempunyai arti konsentrasi unsuryang dapat menghasilkan sinyal transmitans 0,99 atau
absorban 0,00044. Dalam hal ini bergantung pada garis transisi elektronik yang mempunyai
energi terseraptinggi sehingga terdeteksi sebagai signal.Setiap atom memiliki bebrapa garis
ransisi (panjang gelombang kerja), namun hanya yang intensitasnya yang tinggi yang dapat
digunakan sebagai gelombang kerja
2. Limit Deteksi (Detection Limit)
Yang mempunyai arti konsentrasi unsur yang memiliki sinyal analitik setara 2 kali standar
deviasi dari sinyal background. Hal ini bergantung pada instrumen yang digunakan dan
sumber-sumber derau yang dimiliki instrumen.

C. Gangguan-gangguan pada AAS


Metode spektroskopi atom memiliki sifat yang sangat sensitif, sehingga sinyal dari
kumpulan atom diperhatikan perubahannya. Oleh karena itu, sudah pasti proses untuk
mendapatkan informasi mengenai atom yang bersangkutan harus bebas dari gangguan. Ada
beberapa gangguan pada instrumen ini yakni antara lain sebagai berikut.
1. Ganggguan Spektral
Gangguan ini merupakan interferensi yang disebabkan adanya hasil pembakaran yang
memberikan serapan lebar (sehingga menutupi seebagian dari serapan analit) atau adanya
hasil pembakaran yang berupa partikel dan menghamburkan radiasi. Keduanya menurunkan
intensitas radiasi yang diteruskan dan ditangkap detektor. Hal ini menyebabkan kessalahan
analitis yang besar sekali. Jika gangguan ini berasal dari bahan bakar, maka serapannya dapat
diukur pada saat pengukuran blanko dan hasilnya nanti digunakan sebagai koreksi pada saat
sampel diukur. Namun, cara ini membutuhkan spektrometer sinar ganda. Ada beberapa cara
untuk mengatasi gangguan yakni sebagai berikut.
a. Metode Koreksi Dua Garis(two-line correction method)yakni dengan
menghadirkan serapan rujukan yang berasal dari sumber sinar. Serapan ini sebaiknya dekat
dengan serapan analit namun tidak boleh tumpang tindih. Dengan demikian penurunan
intensitas dari serapan rujukan yang teramati berasal dari hamburan karena matriks yang
datang dari sampel. Penurunan intensitas ini digunakan untuk mengoreksi garis serapan
sampel. Walaupun demikian, kesulitan metode ini adalah menemukan garis serapan rujukan
b. Metode Koreksi Background yakni dengan menyediakan sumber cahaya kontinyu
sepanjang daerah ultraviolet(continuous source correction method). Lampu hidrogen atau
lampu deuterium sering digunakan disini. Dengan demikian kekuatan berkas cahaya dari
lampu rujukan dan lampu katode akan dibandingkan, sebagai ganti dari perbandingan antara
berkas cahaya dari sampel dan dari blanko. Adapun lebar celah akan dibuat lebar sehingga
bagian dari radiasi kontinyu yang diserap sampel diabaikan. Dengan demikian penurunan
intensitas yang terjadi hanya disebabkan oleh hamburan nyala.
c. Metode Koreksi dengan Efek Zeeman(Zeeman Effect correction method) yakni
memanfaatkan efek zeeman untuk memecah garis analit menjadi dua komponen. Komponen
pertama akan dipindahkan oleh yang lain dengan menaikkan panjang gelombang sedikit demi
sedikit(sekitar0,01 nm). Kedua komponen juga dipolarisasi 90 derajat terhadap yang lain.
Dengan demikian, komponen yang dipindahkan dapat dipisahkan dari puncak serapan.
2. Gangguan Kimia
Gangguan ini terjadi karena adanya proses kimia yang terjadi ditubuh nyala yang berada
dalam keadaan kesetimbangan. Dengan demikian dapat dipikirkan bahwa gas yang terbakar
pada nyala merupakan medium atau pelarut untuk proses kimia ini. Beberapa proses yang
terbentuk adalah pembentukan senyawa baru yang lebih tidak volatil, reaksi disosiasi, dan
proses ionisasi. Gangguan ini dapat diatasi dengan cara meminimalkan penyebab ganguan
dengan mengatur kondisi reaksi maupun memberikan pereaksi baru. Selain itu, gangguan
kimia bisa dikurangi dengan menaikkan temperatur nyala atau memberikan pereaksi yang
akan menarik pengganggu dan membebaskan analisis dari gangguan.
3. Gangguan yang berasal anion logam yang dianalisis, membentuk senyawa lain yang tidak
volatil dan hal ini menyebabkan kecepatan atomisasi. Hasil pembacaan dan perhitungan akan
mengarah pada penurunan konsentrasi. Adapun gangguan dari sesama kation juga sering
dijumpai.
4. Ganguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau bila pelarut
yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala untuk larutan
sampel dan standar berbeda. Ganguan ini secara kualitatif tidak bermasalah namun
mengganggu dalam analisis kuantitastifnya. Untuk mengatasi gangguan ini bisa dengan
analisis penmbahan standar(standar adisi)
5. Gangguan Ionisasi
Gangguan ini terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan
elektron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi jumlah
atom netral sehingga isyarat absorbsi akan berkurang juga. Untuk mengatasinya bisa
dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih
elketropositif dari atom yang dianalisis.

Anda mungkin juga menyukai