Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

Air sangat penting bagi kehidupan karena merupakan pemiosun terbesar tubuh organisme,
terlibat dalam proses biokimia di alam dan habitat bagi organisme tertenru. Tanaman
menggunakan air dalam proses fotosintesis. Manusia dan hewan memanfaatkan air sebagai air
minum, sedangkan tanaman dan hewan air hidup di dalam air. Kebutuhan air dunia diperkirakan
meningkat 6 kali sejak tahun 1900 - 1995.Peningkatan tersebut 2 kali lebih tinggi dibandingkan
laju pertambahan penduduk. Di sisi lain, lebih banyak air yang diambil dari sumber-sumber air
dibandingkan dengan jumlah air yang dlkembalikan ke dalam sumber-sumber air Anon., 2004).
Pertambahan jumlah penduduk dan produksi pangan untuk inemenuhi kebutuhan pangan dunia
meningkatkan kebutuhan air dunia. Sebagian besar konsumsi air (90 %) dibidang pertanian
digunakan untuk irigasi. Pemanfaatan air untuk irigasi lebih banyak di negara-negara
berkembang karena sebagian besar (75 %) lahan pertanian beririgasi teknis berada di
negaranegara tersebut (Anon., 2003). Efisiensi penggunaan air irigasi relatif masih rendah yaitu
30 % sehingga perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi pertambahan kebutuhan air irigasi
sedangkan jumlah air di dunia relatif tidak bertambah.

1
BAB II

Permasalahan Ketidak Seimbangan Antara Pasokan Dan Permintaan Terhadap Air

2.1 Kekurangan Air

Pengembangan dan pengelolaan infrastruktur sumber daya air ditujukan untuk mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan bagi kemakmuran rakyat, melalui
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air untuk berbagai kebutuhan
masyarakat, serta pengendalian daya rusak air.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan pengelolaan infrastruktur sumber
daya air mencakup beberapa aspek:
1. penurunan keandalan infrastruktur penampung air seperti waduk dan bendungan akibat
meningkatnya sedimentasi. Permasalahan ini juga terjadi pada infrastruktur sumber daya
air lainnya seperti jaringan irigasi, infrastruktur air baku, dan bangunan pengendali banjir.
2. Meningkatnya potensi konflik air yang dipicu oleh kelangkaan air, baik antarkelompok
pengguna, antarwilayah, maupun antargenerasi. Konflik air yang tidak terkendali
berpotensi berkembang menjadi konflik dengan dimensi yang lebih luas, bahkan lebih
jauh dapat memicu berbagai bentuk disintegrasi.
3. secara nasional kerusakan infrastruktur sumber daya air telah mencapai 5 – 30 persen
pada jaringan irigasi, waduk, embung/situ, dan bangunan penampung air lainnya.
Sebagian besar kerusakan jaringan irigasi terjadi di daerah lumbung pangan nasional dan
berakibat pada produktifitas pertanian terutama padi. Demikian pula kerusakan
infrastruktur air baku telah mengurangi kemampuan penyediaan air bagi kebutuhan
sehari-hari, industri, dan permukiman.

2
4. ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan air dalam perspektif ruang dan waktu
yang berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan dan kelangkaan air di musim
kemarau sehingga mengakibatkan bencana kekeringan, bahkan di beberapa daerah
kelangkaan air juga terjadi di musim hujan. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya area
resapan air dan kapasitas lingkungan dalam menyediakan air akibat perkembangan
daerah permukiman dan industri.

5. kurang optimalnya fungsi bangunan pengendali banjir dan infrastruktur pengamanan


pantai sehingga tidak dapat menanggulangi ancaman bencana banjir dan erosi pantai
secara maksimal dan akhirnya merugikan masyarakat serta berdampak negatif pada
sektor ekonomi seperti pertanian, air minum, dan industri.

3
BAB III KETERSEDIAN DAN KEBUTUHAN AIR
3.1 Umum
Ketersediaan air pada dasarnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu air hujan, air permukaan,
dan air tanah. Sumber air utama dalam pengelolaan alokasi air adalah sumber air
permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan lainnya.
Penggunaan air tanah kenyataannya sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku
dan air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan, akan tetapi
keberlanjutannya perlu dijaga dengan pengambilan yang terkendali di bawah debit aman
(safe yield). Ketersediaan air permukaan dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Lokasi
ketersediaan air dapat berlaku pada suatu titik, misalnya pada suatu lokasi pos duga air,
bendung tempat pengambilan air irigasi, dan sebagainya dimana satuan yang kerap
digunakan adalah berupa nilai debit aliran dalam meter kubik/s atau liter/s.

3.2 siklus hidrologi

Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan
tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut
kembali. Penguapan merupakan proses alami berubahnya molekul cairan menjadi
molekul gas/ uap. Penguapan yang berasal dari benda-benda mati seperti tanah, danau,
dan sungai disebut evaporasi (evaporation), sedangkan penguapan yang berasal dari hasil
pernafasan benda hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia disebut tranpirasi
(transpiration), dan jika penguapan itu berasal dari benda-benda mati dan tanaman maka
disebut evapotranspirasi. Akibat penguapan ini terkumpul massa uap air, yang dalam
kondisi atmosfer tertentu dapat membentuk awan. Air hujan yang jatuh di permukaan
terbagi menjadi dua bagian, pertama sebagai aliran limpasan (overland flow) dan kedua
bagian air yang terinfiltrasi. Jumlah yang mengalir sebagai aliran limpasan dan yang
terinfiltrasi tergantung dari banyak faktor. Makin besar bagian air hujan yang mengalir
sebagai aliran limpasan maka bagian air yang terinfiltrasi akan menjadi semakin kecil,
demikian juga sebaliknya.

3.3 Pemeriksaan Data Hidrologi

4
Data yang langsung berperan dalam alokasi air adalah data debit aliran sungai.
Kenyataannya data debit aliran sungai tidak selalu dalam kondisi yang baik, ada
kemungkinan kerusakan alat atau kesalahan pencatatan yang membuat data menjadi tidak
benar. Pemeriksaan kebenaran data hidrologi dapat dilakukan secara lengkap dengan cara
menguji konsistensi dan homogenitas data. Cara sederhana untuk memeriksa data adalah
dengan memeriksa grafik data runtut waktu (time-series) dan data variabilitas musiman.
3.4 Variabilitas
ketersediaan air Air yang tersedia pada suatu lokasi tidak pernah tetap jumlahnya
melainkan selalu berubah ubah dari waktu ke waktu. Pada musim hujan terjadi debit
banjir yang besar, dan pada musim kemarau air mengalir dengan debit aliran rendah yang
kecil. Agar dapat menyatakan ketersediaan air secara sempurna maka data debit aliran
haruslah bersifat runtut waktu (time series). Data runtut waktu inilah yang menjadi
masukan utama dalam model simulasi wilayah sungai, dan menggambarkan secara
lengkap variabilitas data debit aliran.

KEBUTUHAN AIR
1. 1 Penggunaan Dan Kebutuhan Air
Penggunaan air oleh manusia pada dasarnya dapat dibagi atas pengambilan air dan
penggunaan di tempat. Pengambilan air (withdrawal), atau offstream water use yaitu jika
dalam penggunaannya air diambil dari sumbernya (diverted), misalnya untuk irigasi dan
air minum. Sedangkan penggunaan di tempat (non-withdrawal), yaitu jika dalam
penggunaannya air tidak diambil dari sumber air, melainkan hanya digunakan di tempat
(on-site uses) misalnya untuk perhubungan, perikanan, wisata, kelestarian alam, dan
pembuangan limbah ke sungai.Dalam penggunaan konsumtif, air yang digunakan tidak
dikembalikan lagi sebab hilang sebagai evapotranspirasi, misalnya pada irigasi, sebagai
air minum oleh manusia dan hewan, atau diubah menjadi suatu produk pada industri
minuman. Dalam penggunaan non-konsumtif, air yang telah diambil selanjutnya hampir
seluruhnya dikembalikan lagi, misalnya listrik tenaga air, air pendingin industri, dan air
buangan irigasi (return flow). Mengenai penggunaan konsumtif ini ada juga bagian air
yang dapat digunakan kembali, misalnya infiltrasi tidak selalu berarti kehilangan air,

5
sebab dapat digunakan kembali pada sawah di sebelah hilirnya, walaupun air buangan
irigasi ini mungkin telah tercemar garam, pupuk dan pestisida.

2 kebutuhan air rumah tangga dan perkotaan


Kebutuhan air rumah-tangga dan perkotaan (domestic and municipal) kerapkali disebut
juga dengan nama air baku jika air tersebut belum diolah, dan air bersih atau air minum
jika air telah diolah dengan menggunakan Instalasi Pengolah Air. Kebutuhan ini sangat
penting untuk selalu dipenuhi, sebab kegagalan pemenuhan kebutuhan air rumah tangga
dan perkotaan dapat menimbulkan wabah penyakit dan keresahan masyarakat. Besarnya
kebutuhan air ini bergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang sejalan dengan
naiknya tingkat kesejahteraan, serta ukuran besarnya kota, atau desa yang dapat
diasumsikan bergantung pada jumlah penduduk.

3 Kebutuhan Air Pertanian


Pada pengelolaan alokasi air di wilayah sungai, data kebutuhan air irigasi dapat diperoleh
dari pengelola wilayah sungai, misalnya Dinas Pekerjaan Umum Pengairan (DPUP)
Kabupaten/ Kota, atau Dinas Sumber Daya Air Provinsi, atau Balai dan Balai Besar
Wilayah Sungai, sebagai masukan untuk pengelolaan alokasi air. Besarnya kebutuhan air
irigasi di lapangan ini dapat diperiksa kebenarannya dengan bantuan model komputer
untuk menghitung kebutuhan air irigasi, berdasarkan parameter-parameter yang
mempengaruhi, antara lain pola dan jadwal tanam, curah hujan efektif, perkolasi, efisiensi,
golongan, dan sebagainya. Kebutuhan air di sawah untuk padi bergantung pada faktor-
faktor: penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan, pergantian
lapisan air, curah hujan efektif, dan efisiensi irigasi. Kebutuhan air di sawah ini dapat
dinyatakan dalam satuan mm/hari atau liter/s/ha.

6
BAB IV PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PENGELOLAANSUMBERDAYA AIR
Kebijakan Pengelolaan Air Tanah setelah Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air.
a. Dasar pemikiran :

 Air tanah merupakan kebutuhan pokok hisup bagi semua makhlik hidup. Oleh karena itu,
dalam pengelolaannya harus dapat menjamin pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan
secara berkelanjutan.
 Keberadaan air tanah mempunyai fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu,
pengelolaannya harus dapat menjamin kelestarian dan ketersediannya secara
berkesinambungan.
b. Latar Belakang :
 Air tanah terdapat dibawah permukaan tanah baik berada didaratan maupun dibawah dasar
laut, mengikuti sebaran karakteristik tempat keberadaannya yaitu dalam lapisan tanah atau
batuan pada cekungan.
 Keberadaan air tanah di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi tidak disetiap tempat
terdapat air tanah tergantung pada kondisi geologi, yang meliputi proses pengendapan dan
struktur geologi yang berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan batuan serta curah hujan.
 Pengambilan air tanah dalam upaya pemanfaatan atau penggunaannya memerlukan proses
sebagaimana dilakukan pada kegiatanpertambangan yang mencakup kegiatan penggalian
atau pengeboran.

7
BAB V PENUTUP

5.1 kesimpulan

A.Permasalahan pengelolaan sumber daya air lahan,banjir,longsor,kekeringan,erosi antara lain yaitu


konversi,kerusakan daerah tangkapan hujan,intrusi air laut, pencemaran air, konflik antar
pengguna dan lingkungan yang menyebabkan menurunnya kapasitas air.

B.permasalahan pengelolaan sumber daya alam dapat diatasi dengan memperhatikan dari sisi mana
permasalahan tersebut muncul antara lain dari sisi ketersediaan dan dari sisi penggunaan.

5.2 Saran

A.untuk pemerintah, hendaknya pengelolaan sumber daya air menjadi salah satu focus
permasalahan yang harus segera di atasi, dengan melihat sesimana yang harus diperbaiki terlebih
dahulu. Agar tidak lagi terjadi permasalahan kekurangan air pada lahan.

B.untuk masyarakat, hendaknya menjaga, melestarikan dan menggunakan sebaik-baiknya sumber


daya air yang ada.

C.untuk pihak swasta, hendaknya memanfaatkan sumber daya secukupnya dengan tidak
mengekplotasi dan menyebabkan kerusakan. Sehingga sumber daya tersebut tidak dapat lagi
dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat

8
DAFTAR PUSTAKA

https://prezi.com/odqbmussl1pl/pengelolaan-sumber-daya-air/

https://simantu.pu.go.id/.../0aef8_05._Hidrologi__Ketersediaan_dan_Kebutuhan_Air_...

Anda mungkin juga menyukai