Ilmu Kalam Fix
Ilmu Kalam Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teologi Islam disebut juga ‘Ilm al-Kalam. Kalam adalah kata-kata. Kalau
dimaksud dengan kalam ialah sabda Tuhan maka teologi dalam Islam disebut
ilmu kalam, karena soal kalam sabda Tuhan atau al-Qur’an pernah
menimbulkan pertentangan-pertentangan keras di kalangan umat Islam di abad
ke IX dan X Masehi, sehingga timbul penganiayaan dan pembunuhan-
pembunuhan terhadap semua sesame Muslim di waktu itu.
Sudah dalam abad pertama Islam, komunitas awal (generasi sahabat) telah
dihadapkan dengan sejumlah persoalan dan pertanyaan tentang hubungan
antara keaslian al-Qur’an dan legitimasi kekuasaan politik.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Sebab-Sebab Kemunculan Ilmu Kalam?
1
M. Amin Abdullah, Filsafah Kalam di Era Postmodernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009,
hal. 79
2
Sayyed Hosein Nasr, Intelektual Islam., Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal. 5
1
2. Bagaimana Faktor Internal dan Eksternal Apakah Yang Menyebabkan
Kemunculan Ilmu Kalam?
C. Tujuan Masalah
1. Bisa Mengetahui Sebab-Sebab Kemunculan Ilmu Kalam.
2. Mengetahui Faktor Internal Dan Eksternal Yang Menyebabkan
MunculNya Ilmu Kalam.
3. Dapat Menyelesaikan Salah Satu Tugas Ilmu Kalam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa
Nabi Muhammad SAW., maupun pada masa sahabat-sahabatNya. Akan
tetapi baru dikenal pada masa berikutNya, setelah ilmu-ilmu keislaman
yang lain satu per satu muncul dan setelah orang banyak membicarakan
tentang kepercayaan alam gaib (metafisika).3
Ketika Muhammad SAW lahir dengan status utama sebagai Nabi dan
Rasul, untuk mengemban misi atau risalah menyampaikan dan menjelaskan
Islam kepada umat manusia. Di awal misi kenabian dan kerasulannya, 13
tahun pertama para periode Mekkah, Muhammad SAW memusatkan
dakwahnya menyeru umat kepada akidah tauhid, mengajak kaumnya agar
beriman dan menyembah hanya kepada Allah SWT.
3
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta: PT Bulan Bintang, 2010, Cet. 13, hal. 7
4
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2002, Cet. 1, hal. 3
3
pemeluk Islam dapat dikatakan sangat tidak sebanding dengan waktu yang
berlalu, ditambah penderitaan yang dialami oleh Muslimin di setiap waktu.5
5
Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2015, Cet. 1, hal. 2
6
Harun Naution, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2002, Cet. 1, hal. 4
7
Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2015, Cet. 1, hal. 4
4
bentuk, dengan masyarakat Madinah dan mungkin juga masyarakat Mekkah
sebagai intinya. Jadi tidak mengherankan kalau masyarakat Madinah pada
waktu wafatnya Nabi Muhammad Saw sibuk memikirkan pengganti beliau
untuk mengepalai negara yang baru lahir itu, sehingga penguburan Nabi
merupakan soal kedua bagi mereka. Timbulah soal khilafah, soal pengganti
Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negara. Sebagai Nabi atau Rasul,
Nabi tentu tak dapat digantikan. Sejarah meriwayatkan bahwa Abu Bakr-
lah yang disetujui oleh masyarakat Islam di waktu itu menjadi pengganti
atau khalifah Nabi dalam mengepalai negara mereka. Kemudian Abu Bakar
digantikan oleh ‘Umar Ibn al-Khattab dan ‘Umar oleh ‘Usman Ibn ‘Affan.8
Setelah ‘Usman wafat ‘Ali, sebagai calon terkuat, menjadi khalifah yang
keempat. Tetapi segera ia mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang
ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubeir dari Mekkah yang
mendapat sokongan dari ‘Aisyah. Tantangan dari ‘Aisyah-Talhah-Zubeir
8
Harun Naution, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2002, Cet. 1, hal. 5
5
ini dipatahkan ‘Ali dalam pertempuran yang terjadi di Irak tahun 656.
Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan ‘Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.
9
Ibid, hal. 6
6
Bagaimanapun peristiwa ini merugikan bagi ‘Ali dan menguntungkan
bagi Mu’awiyah. Yang legal menjadi khalifah sebenarnya hanyalah ‘Ali,
sedangkan Mu’awiyah kedudukannya tak lebih dari Gubernur daerah yang
tak mau tunduk kepada ‘Ali sebagai khalifah. Dengan adanya arbitrase ini
kedudukannya telah naik menjadi khalifah yang tidak resmi. Tidak
mengherankan kalau keputusan ini ditolak ‘Ali dan tak mau meletakkan
jabatannya, sampai ia mati terbunuh di tahun 661 M.10
10
Ibid, hal. 7
11
Ibid, hal. 8
7
yang berbuat dosa besar, yaitu murtakib al-kaba’ir atau capital sinners, juga
dipandang kafir.
Aliran kedua ialah aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang
berbuat dosa besar tetap masih mukmin bukan kafir. Adapun soal dosa yang
dilakukannya, terserah kepada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak
mengampuninya.
Dalam pada itu timbul pula dalam Islam dua aliran dalam teologi yang
terkenal dengan nama al-qadariyah dan al-jabariyah. Menurut qadariya
manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya,
dalam istilah Inggrisnya free will dan free act. Jabariyah, sebaliknya,
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam segala tingkah lakunya,
menurut paham jabariyah, bertindak dengan paksaan dari Tuhan. segala
8
gerak-gerik manusia ditentukan oleh Tuhan. paham inilah yang disebut
paham predestination atau fatalism, dalam istilah Inggris.12
12
Ibid, hal. 9
13
Ibid, hal. 10
14
Ibid, hal. 11
9
Kita tidak akan dapat memahami persoalan-persoalan ilmu kalam
sebaik-baikNya kalo kita tidak mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulNya, kejadian-kejadian politisi dan historis yang
menyertai pertumbuhanNya. Faktor itu sebenarNya banyak, akan tetapi
dapat digolongkan kepada dua bagian, yaitu faktor-faktor yang datang dari
dalam Islam dan kaum Muslimin sendiri dan faktor-faktor yang datang dari
luar mereka, karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-agama
yang bukan Islam. Ada dua Faktor yang menyebabkan munculnya ilmu
kalam diantaranya:
1. Faktor Internal
a. Perbedaan Ta’wil dan Nash-Nash Agama
10
kehidupan kembali di akhirat nanti (lihat, Q.S. Al-Anbiya’,
21:38).
4) Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di
dunia ini adalah perbuatan Tuhan semuanya dengan tidak
ada campur tangan manusia (yaitu orang-orang munafik;
lihat, Q.S. Ali-Imran, 3:154).
Tuhan membantah alasan-alasan dan perkataan mereka semua
dan juga memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk tetep
menjalankan dakwahnya sambil menghadapi alasan-alasan mereka
yang tidak percaya dengan cara yang halus. Firman Tuhan:
“Ajaklah mereka kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
nasihat-nasihat yang baik-baik dan bantahlah mereka itu dengan
jalan yang lebih baik.” (Q.S. An-Nahl, 16:125)
Adanya golongan-golongan tersebut di samping adanya perintah
Tuhan di ayat ini sudah barang tentu membuka jalan bagi kaum
Muslimin untuk mengemukakan alasan-alasan kebenaran ajaran-
ajaran agamanya di samping menunjukkan kesalahan-kesalahan
golongan-golongan yang menentang kepercayaan-kepercayaan itu,
dan dari kumpulan-kumpulan alasan itulah berdiri ilmu kalam.15
15
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta: PT Bulan Bintang, 2010, Cet. 13, hal. 7-8
11
Persoalan politik ini dapat diselesaikan dengan terpilihnya
Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Ketika pemerintahan
dipegang oleh khalifah Usman, suasana politik dunia Islam
mulai bergolak yang mengakibatkan kematian sang khalifah.
Ketika jabatan diduduki oleh Ali ibn Thalib, khalifah keempat
Muslimin telah terpecah menjadi beberapa kelompok
kepentingan politik. Pembangkangan Mu’awiyah terhadap
Khalifah Ali berakibat bentrok militer di medan Perang Shiffin.
Upaya damai dilakukan melalui majlis tahkim atau arbitrase.
Namun hasil takhim yang dinodai oleh kelicikan politik
menyebabkan sebagian pengikut Ali tidak puas dan menyatakan
keluar dari barisan khalifah. Mereka membentuk kelompok
sendiri yang terkenal dengan nama kaum Khawarij. Kelompok
ini yang pertama kali memunculkan persoalan kalam di tengah-
tengah perselisihan politik, dengan menyebut kafir para lawan
politiknya yang terlibat dalam tahkim. Sejak itulah persoalan
kalam muncul dalam perbincangan umat, yang pada gilirannya
melahirkan ilmu kalam.16
2. Faktor Eksternal
a. Paham Agama Lain
Paham dan metode agama lain ini masuk atau terbawa umat
agama lain, yang berkonversi kepada Islam, seperti Yahudi dan
Kristen. Di tengah-tengah keberagaman mereka di dalam Islam,
ada kalanya ajaran dan metode pemahaman agama sebelumnya,
terutama yang berkaitan dengan akidah, secara tidak disengaja
mereka munculkan dalam konteks keislaman yang tidak jarang
memancing munculnya persoalan-persoalan yang lain.
16
Suryan A Jamrah, Studi Ilmu Kalam, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015, hal 32
12
b. Kontak dengan Umat Agama Lain
Pertemuan umat Islam dengan umat agama kain, terutama
Yahudi danKristen, tidak jarang menimbulkan diskusi dan
perdebatan agama. Karena umat agama lain tersebut
menggunakan argument filosofis, maka untuk mengimbanginya,
umat Islam pun harus menggunakan argument serupa.
Keharusan Muslimin membela dan menyebarkan agama Islam
di hadapan orang-orang yang terbiasa menggunakan argument
rasional ini, banyak ikut mendorong lahirnya ilmu kalam di
dunia Islam. Ilmu kalam lebih tepat dikatakan bahwa kahir
sebagai hasil perenungan Muslimin terhadap akidah Islam itu
Sendiri, yang mengacu kepada kandungan Al-Qur’an. Hanya
saja di dalam pembahasan rasionalnya ilmu unu meminjam,
tidak seluruhnya, metode mantik dan filsaafat.
Sebelum berargumen secara rasional para mutakalimin
sudah mempunyai keyakinan yang kuat terhadap kebenaran
tema kalam yang didapat dari keterangan sumber Islam tersebut.
Argument rasional yang digunakan lebih dimaksudkan sebagai
penguat terhadap apa yang telah diyakini.17
17
Ibid, hal. 33
13
BAB III
KESIMPULAN
Ilmu Teologi dalam Islam muncul ketika tejadi persoalan politik setelah
sepeninggalan Rasulallah SAW. Ada beberapa aliran Teolog dalam Islam seperti
Syi’ah, Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Jabariyyah, dan Qadariyyah.
Ada dua faktor yang menjadi lahirnya Ilmu Kalam atau teolog di dalam
agama Islam yakni :
1. Faktor Internal
Dalam Faktor internal terjadi perbedaan Nash dan Ta’wil
serta perbedaan Paham politik dalam agama Islam saat itu.
2. Faktor Eksternal
14
DAFTAR PUSTAKA
15