Anda di halaman 1dari 9

Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Di Desa Bukit Berantai, Kabupaten


Sarolangun, Provinsi Jambi

Habibullah (D1D016004)1),M.Dedi (D1D016006)2),Rikcy Syahputra Sihombing (D1D016O36)

1,2,3)
Fakultas Kehutanan, Universitas Jambi

Email: habibullahelsadat@gmail.com

Abstrak

Sebagian besar masyarakat disekitar hutan menggantungakan hidupnya pada hutan karena
hutan merupan sumber pangan, bahan bakar, tempat tinggal dan bagian dari kebudayaan
masyarakat. Namun mirisnya seringkali hak-hak masyarakat hutan tidak diakui, disebabkan
tidak diakuinya keberadaan mereka. Masyarakat juga tidak diberi andil dalam mengambil
keputusan dan kebijakan dan peraturan nasional mengenai hutan. Banyak kalangan elit
diuntungakan dalam kebijakan-kebijakan hutan pada masa lalu, sementara penduduk disekitar
hutan tersisihkan. Terdapat pandangan yang menyesatkan dan menyudutkan penduduk
disekitar hutan dengan anggapan : (1) jumlah penduduk yang hidup disekitar hutan hanya
sedikit, (2) masyarakat penghuni hutan melakukan pemanfaatan sumber daya alam milik umum
secara liar atau illegal (3) masyarakat senantiasa merusak hutan senantiasa dengan membuka
hutan dengan sistem perladangan tebas bakar. Sementara banyak bukti menunjukkan bahwa
masyarakat penghuni hutan dapat melindungi keanekaragaman hayati dan mengelola ekosistem
setempat secara lestari. Untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan
pengelolaan kawasan hutan, maka diperlukan kegiatan perhutanan sosial melalui upaya
pemberian akses legal kepada masyarakat setempat melalui skema pengelolaan hutan
desa.dengan skema tersebut juga merupakan solusi permasalahan tenurial,dan keadilan bagi
masyarakat setempat yang berada didalam atau sekitar kawasan hutan.
Kata kunci : Perhutanan, Sosial, Hutan, Desa.

BAB I Sebagian besar masyarakat disekitar


hutan menggantungakan hidupnya pada
PENDAHULUAN
hutan karena hutan merupan sumber
1.1 Latar Belakang pangan, bahan bakar , tempat tinggal dan

1
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

bagian dari kebudayaan masyarakat. Tahun 1985 tentang perlindungan hutan


Namun mirisnya seringkali hak-hak baru dikeluarkan pemerintah setelah
masyarakat hutan tidak diakui, operasional HPH dan HPHH. Sebagai
disebabkan tidak diakuinya keberadaan konsekuensinya kondisi hutan tropis
mereka. Masyarakat juga tidak diberi Indonesia secara berkesinambungan
andil dalam mengambil keputusan dan mengalami degradasi dari tahun ketahun.
kebijakan dan peraturan nasiaonal Instrumen hukum pengelolan hutan yang
mengenai hutan. dikeluarkan pemerintah juga lebih
Banyak kalangan elit diuntungakan merupakan hukum pemerintah. Hukum
dalam kebijakan-kebijakan hutan pada yang berlaku cenderung sarat dengan
masa lalu, sementara penduduk disekitar muatan penekanan, pengabaian,
hutan tersisihkan. Terdapat pandangan pengusuran, bahkan pembekuan akses
yang menyesatkan dan menyudutkan dan hak hak masyarakat lokal atas
penduduk disekitar hutan dengan sumber daya hutan.
anggapan : (1) jumlah penduduk yang Sehingga terjadi koflik-konflik yang
hidup disekitar hutan hanya sedikit, (2) berkepanjangan atas pengelolaan dan
masyarakat penghuni hutan melakukan pemanfaatan sumber daya hutan terus
pemanfaatan sumber daya alam milik terjadi antara masyarakat lokal dengan
umum secara liar atau illegal (3) pemerintah maupun pemegang konsesi
masyarakat senantiasa merusak hutan kehutanan.
senantiasa dengan membuka hutan Era reformasi membawa perubahan
dengan sistem perladangan tebas bakar. sistem sosial politik perubahan
Sementara banyak bukti menunjukkan pembangunan sumberdaya hutan
bahwa masyarakat penghuni hutan dapat diantaranya: (1). Semangat sentralistik
melindungi keanekaragaman hayati dan menjadi desentralistik, (2) Melemahnya
mengelola ekosistem setempat secara wibawa pemerintah pusat di mata
lestari (Lynch & Talbott, 2001). masyarakat, (3) Munculnya suara
Pemberian konsesi pengusahaan demokratis dari rakyat yang menggugat
hutan kepada pemegang HPH, atau kepemilikan sumberdaya alam yang
BUMN tidak dilandasi dengan kebijakan dikuasai negara, (4) Munculnya
perencanaan pengelolaan sumber daya pendekatan pengelolaan sumberdaya
hutan yang terstruktur. Instrumen yang alam dari state based menuju community
mengatur perlindungan hutan PP No.28 based, (5) munculnya perlawanan

2
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

kelompok masyarakat yang tersingkirkan 1.2 Tujuan


melalui gerakan penjarahan hutan secara Adapun tujuan dari makalah ini yaitu
massif (Awang,2009). mengetahui dan memahami sejarah
Maraknya konflik tenurial lahirnya perhutanan sosial diDesa Bukit
sumberdaya hutan di era reformasi, Berantai, luasan yang dikelola, siapa
mendorong lahirnya kesadaran baru yang mengelola, produk unggulan dari
tentang pentingnya melibatkan perhutanan sosial tersebut.
masyarakat di sekitar hutan dalam BAB II
pengelolaan hutan. Semua orang sepakat HASIL DAN PEMBAHASAN
mengelola hutan tanpa kebersamaan 2.1 Hasil
dengan masyarakat sekitar hutan tidak Pada Tahun 1995, arah
mungkin lagi dilakukan. perubahan kebijakan kehutanan
Banyaknya gangguan sistem dituangkan melalui Keputusan Menteri
pengelolaan hutan Perhutani di Kehutanan (Kepmenhut) No 622/1995
berbagai wilayah menjadi salah tentang Pedoman HKm. Kebijakan itu
satu faktor pendorong lahirnya pada dasarnya untuk mengakomodir
program Pengelolaan Hutan masyarakat turut serta mengelola hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) sesuai dengan fungsinya pada hutan
(Affianto, 2005). Program PHBM produksi dan hutan lindung. HKm masuk
merupakan bentuk kemitraan yang dalam program Rehabilitasi Hutan dan
dilaksanakan antara Perhutani Lahan (RHL) sehingga implikasinya
bersama dengan masyarakat yang diarahkan pada kawasan hutan dengan
dirancang untuk bisa menampung fungsi produksi dan lindung yang telah
dinamika dan kebutuhan masyarakat rusak, dan pemanfaatannya dibolehkan
sekitar hutan dengan melibatkan Hasil Hutan Kayu (HHK) dan Hasil
mereka. Sebagai sebuah pranata Hutan Bukan Kayu (HHBK) untuk hutan
sosial yang baru dibentuk, produksi dan hanya Hasil Hutan Bukan
PHBM disangsikan dapat Kayu (HHBK) untuk HKm pada hutan
mengakomodasi nilai-nilai lokal, lindung.
tradisi, kepemimpinan yang Pada Tahun 1997, perbaikan
sebenarnya suda ada pada kebijakan dilakukan melalui Kepmenhut
masyarakat. dan Perkebunan No 677/1997 tentang
HKm. Kepmenhut berintikan pada

3
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

pengaturan pemberian akses kepada Menteri dan proses penyiapan


masyarakat melalui lembaga koperasi masyarakat.
dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan Pada Tahun 2007, seiring terbitnya
Kemasyarakatan (HPHKm). UU No 32 Tahun 2004 tentang
Pada Tahun 1999, dengan Pemerintahan Daerah dan Peraturan
ditetapkannya UU No 41 Tahun 1999 Pemerintah No 6 Tahun 2007 tentang
tentang Kehutanan, maka Kepmen No Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
677/1997 disesuaikan menjadi Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan
Kepmenhut dan Perkebunan No Hutan, maka Kepmen No 31/01
865/1999 tentang Penyempurnaan disesuaikan kembali, menjadi Peraturan
Kepmenhut dan Perkebunan No Menteri Kehutanan (Permenhut) No
677/1997 tentang HKm. P.37/2007 tentang HKm. Perubahan
Pada Tahun 2001, Kebijakan mendasar adalah tata cara penetapan areal
pengelolaan HKm mengalami perubahan kerja HKm; menempatkan peran
yang ditetapkan melalui Kepmenhut No pemerintah (UPT Dirjen RLPS) bersama
31/2001 tentang Penyelenggaraan HKm eselon I dan Pemerintah Daerah dalam
(Kepmen 31/2001). Keputusan ini menentukan calon areal kerja HKm dan
mengatur tentang penetapan wilayah memfasilitasi permohonan masyarakat
pengelolaan HKm yang didasarkan pada setempat; dan usulan Gubernur atau
hasil inventarisasi dan identifikasi oleh Bupati/Walikota dilakukan verifikasi oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota, yang Tim yang dibentuk oleh Menteri.
meliputi sumber daya hutan dan kondisi Peraturan P.37/2007 merupakan landasan
sosial ekonomi masyarakat setempat. Di bagi penyelenggaraan HKm yang cukup
samping itu, adanya penyiapan lama dipertahankan. Perubahan yang
masyarakat dalam bentuk kelembagaan, terjadi dalam peraturan ini, antara lain
aturan internal, aturan pengelolaan HKm, menyangkut tata cara penetapan areal
pengakuan masyarakat melalui Kepala kerja HKm yang diawali dari usulan
Desa/Lurah, dan lain-lain. Perizinan juga masyarakat kepada Bupati/Walikota atau
mengalami perubahan dari Izin Gubernur. Bupati/Walikota atau
Pemanfaatan HKm menjadi Izin Kegiatan Gubernur melakukan verifikasi
HKm yang diterbitkan oleh menyangkut kesesuaian dengan rencana
Bupati/Walikota setelah diterbitkan pengelolaan, hasil inventarisasi dengan
penetapan wilayah pengelolaan dari data dasar masyarakat dan potensi

4
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

kawasan. Selanjutnya, berdasarkan hasil penetapan areal kerja HKm, melalui


verifikasi tersebut, Bupati/Walikota atau Permenhut 13/2010 tentang Perubahan
Gubernur mengusulkan penetapan areal Kedua atas Permenhut Nomor P.37/2007
kerja HKm kepada Menteri. Terhadap tentang HKm. Perubahan mendasar
usulan Bupati/Walikota atau Gubernur dalam peraturan ini adalah tata cara
tersebut, dilakukan verifikasi oleh Tim penetapan areal kerja HKm, dengan
verifikasi yang dibentuk oleh Menteri. menempatkan peran pemerintah (UPT
Tim verifikasi beranggotakan unsur Dirjen RLPS) bersama eselon I dan
eselon I lingkup Departemen Kehutanan Pemerintah Daerah menentukan calon
dan Kepala Badan Planologi sebagai areal kerja HKm dan memfasilitasi
koordinator Tim verifikasi dengan fokus permohonan masyarakat setempat.
pada kepastian hak atau izin yang telah Selanjutnya, berdasarkan usulan
ada serta kesesuaian fungsi kawasan. Gubernur atau Bupati/Walikota dilakukan
Pada peraturan ini mulai dikenalkan Izin verifikasi oleh Tim yang dibentuk oleh
Usaha Pemanfaatan HKm (IUPHKm). Menteri. Verifikasi dilakukan dengan
Untuk meningkatkan efektivitas cara mengonfirmasi kepada Gubernur
pelaksanaan HKm, P.37/2007, atau Bupati/Walikota terhadap kepastian
mengalami beberapa perubahan melalui bebas hak atau izin, serta kesesuaian
P.18/2009. Perubahan tersebut antara lain dengan fungsi kawasan. Melalui
menempatkan Direktur Jenderal P.13/2010, Pemerintah mempercepat
Rehabilitasi Hutan dan Perhutanan Sosial alokasi ruang bagi HKm dengan
(RLPS) sebagai penanggung-jawab menentukan calon areal HKm dan
dalam verifikasi serta membagi Hak memfasilitasi permohonan masyarakat
Pemegang IUPHKm berdasarkan fungsi setempat. Fokus utama dalam HKm
hutan yang menjadi areal kerja HKm. melalui P.13/2010 adalah penentuan
Pada Tahun 2010, dengan adanya calon areal kerja HKm dan masih belum
perubahan Peraturan Pemerintah No 6 menyentuh pada kepastian pemohon.
Tahun 2007 melalui Peraturan P.37/2007 kemudian mengalami
Pemerintah No 3 Tahun 2008, serta untuk perubahan melalui Permenhut No
mempercepat penetapan areal kerja P.52/2011 tentang Perubahan Ketiga atas
HKm, Pemerintah melakukan Permenhut Nomor P.37/2007 tentang
penyederhanaan prosedur permohonan HKm. Peraturan ini dimaksudkan untuk
usulan dan verifikasi dalam rangka menjamin kepastian calon pemegang izin

5
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

pada areal kerja HKm yang ditetapkan sistem pengelolaan hutan lestari yang
Menteri, dengan mencantumkan nama- dilaksanakan dalam hutan Negara atau
nama pemohon yang diketahui oleh hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan
Camat dan/atau Kepala Desa Setempat. oleh masyarakat setempat atau
Pada Tahun 2014, Pemerintah masyarakat hukum adat sebagai pelaku
mengganti ketentuan tentang HKm utama untuk meningkatkan
Permenhut No P.88/2014 tentang HKm. kesejahteraannya, keseimbangan
Peraturan ini dimaksudkan untuk lingkungan dan dinamika sosial budaya
memberikan kepastian hukum pada dalam bentuk Hutan Desa, HKm, Hutan
HKm, serta secara tegas mengupayakan Hak, Hutan Adat, dan Kemitraan
adanya peluang lapangan kerja dan Kehutanan. Peraturan ini mengamanatkan
penanggulangan kemiskinan serta untuk pemberian Hak Pengelolaan Hutan Desa
menyelesaikan persoalan sosial. Proses (HPHD), Izin Usaha Pemanfaatan Hutan
penetapan areal kerja HKm mirip dengan Kemasyarakatan (IUPHKm) dan Izin
P.52/2011 dengan mewajibkan Kesatuan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Pengelolaan Hutan (KPH) untuk Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK HTR)
mencadangkan areal kerja HKm dengan dengan mengacu pada Peta Indikatif
mengacu pada peta indikatif arahan Areal Perhutanan Sosial (PIAPS).
pemanfaatan hutan pada kawasan hutan
produksi yang tidak dibebani izin untuk
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu. Di
samping itu, P.88/2014 juga mengatur
secara jelas pemanfaatan hasil hutan kayu
pada HKm, dengan mengacu pada PP No
12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian
Poto hutan desa bukit berantai
Kehutanan.
Dalam P.83/2016, dijelaskan bahwa Hutan Desa Bukit Berantai telah
mendapatkan SK Menteri Lingkungan Hidup
Skema Perhutanan Sosial meliputi Hutan
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
Desa, HKm, Hutan Tanaman Rakyat, SK.106/Menlhk/Setjen/PSKL.0/2/2016
Hutan Hak, Hutan Adat dan Kemitraan tentang Penetapan Areal Kerja Hutan Desa
Kehutanan. Perhutanan sosial adalah Tambak Ratu Seluas ± 3.281 (Tiga Ribu Dua

6
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Ratus Delapan Puluh Satu) Hektar pada Bendahara : Jurita


Kawasan Hutan Produksi Terbatas di
Kecamatan Batang Asai Kabupaten Divisi Program dan Kelola Usaha Lembaga
Sarolangun Provinsi Jambi. SK ini ditetapkan
Ketua : Syaiful Bahri
pada tanggal 5 Februari 2016.
Sekretaris : Janri
Batas wilayah:
Anggota : 1. Imran W
Sebelah Utara Desa Sei Keradak
Sebelah Selatan Propinsi Sumatera 2. Sofiayan
Selatan
Sebelah Timur Desa SPG Narso 3. Syafri
Sebelah Barat Propinsi Bengkulu
4. Hartoyo
produk unggulan pengelolaan hutan bersama
5. Syafruddin
masyarat di Desa Bukit berantai yaitu
pembangunan rumah bibit untuk menggali Divisi Penelitian dan Pemanfaatan Jasa
dan mengembangkan potensi Lingkungan
keanekaragaman jenis tanaman hutan
unggulan lokal yang dapat dibudidayakan dan Ketua : Aprizal
bernilai ekonomi. Selain itu, terbentuknya
persemaian dan pembibitan serta Sekretaris : Aidul
mengembangkan tanaman MPTS(multi Anggota : 1. Asmunto
pupose tree species) seperti Duku, Jengkol,
Nangka, serta tanaman lainnya yang 2. Samsudi
diinginkan oleh masyarakat agar dapat
dimanfaatkan. 3. Dedi Mulyadi

4. Erlina
Susunan Organisasi KPHD Bukit Berantai
5. Suardi
terdiri dari :
Pelindung : 1. Camat Batang Asai Divisi Pemeliharaan, Pemanfaatan, dan
Rehabilitasi Zona Lahan
2. Kepala Desa Bukit Berantai
Ketua : Sabirin S
Penasehat : 1. Kepala Lembaga dan Tokoh
Adat Sekretaris : Aryandis

2. Tokoh Masyarakat Anggota : 1. Syara‛i

Ketua Umum : Sakirin 2. Yusuf

Wakil Ketua : Sabirin M 3. Yansah

Sekretaris : Aswardi 4. Fauzi

7
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

5. Ernis 3. Asmadi

Divisi Pengamanan Kawasan dan Zona Hutan 4. Adamustar


Desa
5. Darius
Ketua : Mat Jambi
BAB III
Sekretaris: Kamil PENUTUP
Anggota : 1. Jhonsep 3.1 Kesimpulan
Hutan Desa Bukit Berantai telah
2. Edi Kusman
mendapatkan SK Menteri Lingkungan
3. Syamsul Bahri
Hidup dan Kehutanan Republik
4. M. Jaiz Indonesia Nomor :

5. Isro‛ SK.106/Menlhk/Setjen/PSKL.0/2/2016
tentang Penetapan Areal Kerja Hutan
6. Guntar
Desa Tambak Ratu Seluas ± 3.281 (Tiga
Divisi Pemberdayaan Perempuan Ribu Dua Ratus Delapan Puluh Satu)
Ketua : Karmila Hektar pada Kawasan Hutan Produksi
Terbatas di Kecamatan Batang Asai
Sekretaris : Maryanis
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
Anggota : 1. Laila
Dengan ketua pengurus Sakirin dan wakil
2. Sirum ketua Sabirin, M. Produk unggulan

3. Rika Riyanti pengelolaan hutan bersama masyarat di


Desa Bukit berantai yaitu pembangunan
4. Yenti
rumah bibit untuk menggali dan
5. Susira mengembangkan potensi

6. Samsimar keanekaragaman jenis tanaman hutan


unggulan lokal yang dapat dibudidayakan
Divisi Pengorganisasian dan Kelembagaan
Hutan Desa dan bernilai ekonomi. Selain itu,
terbentuknya persemaian dan pembibitan
Ketua : Saidir
serta mengembangkan tanaman
Sekretaris : Sabbrata MPTS(multi pupose tree species) seperti
Anggota : 1. Karyan Duku, Jengkol, Nangka.

2. Abdul Gafur
3.2 Saran

8
Tugas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pengelolaan hutan bersama
masyarakat.(http://www.cifor.org/lpf/
docs/java/LPF_Flyer_PHBM.pdf)

Anonim.latar belakang perhutanan


sosial(https://repository.ipb.ac.id/jspu
i/bitstream/123456789/55123/3/BAB
%20I%20Pendahuluan.pdf)

Mamat. Makalah Lengkap Perhutanan


Sosial. 24 january 2014.
http://forester-
untad.blogspot.com/2013/01/makalah
-lengkap-perhutanan-sosial.html.

RH, Napitupulu. 48,8 juta Penduduk


Indonesia Tinggal di Hutan. 30
september 2016.
https://www.antaranews.com/berita/5
87563/488-juta-penduduk-indonesia-
tinggal-di-hutan.

sarko, radar. 25 november 2016. http://jambi-


independent.co.id/read/2016/11/25/1
0938/masyarakat-diminta-
kembangkan-tanaman-hutan.

Anda mungkin juga menyukai