Anda di halaman 1dari 4

sejarah manajemen mutu

Pengendalian mutu pertama kali diperkenalkan oleh Ellias Whitney pada awal abad 19. Ia
memperkenalkan pengendalian mutu dalam bentuk pengecekan barang-barang yang akan
disampaikan pada pelanggan dengan cara memisahkan barang cacat dan barang yang tidak cacat
baik dari segi penampilan dan karakteristik agar konsumen merasa puas karena mendapatkan
barang kualitas baik (tidak cacat). Pendekatan ini disebut sebagai pengendalian mutu tradisional.

Pada tahun 1924, Dr. Walter Shewhart memperkenalkan bagan kendali control (control chart)dalam
proses pengendalian mutu.Bagan ini bermanfaat untuk mengetahui apakah mutu produk yang
dihasilkan berada pada batas yang dikehendaki. Ia berpendapat bahwa dengan menggunakan
statistic control (dalam bentuk bagan) dapat mengurangi kegiatan inspeksi. Inspeksi dilakukan hanya
pada sampel barang sehingga dapat mengurangi biaya pengendalian mutu/inspeksi. Fungsi
pengendalian mutu ini mulai dikembangkan dalam berbagai perusahaan.

Pada tahun 1950, Dr. W. Edward deming memperkenalkan konsep pengendalian mutu menyeluruh
dalam perusahaan. Deming menekankan pentingnya statistic control dalam proses produksi dan
perbaikan mutu produksi. Deming memberikan kontribusi dengan teori “14 Butir Untuk
Manajemen”

Deming 14 Butir untuk Manajemen:

1. Menciptakan komitmen terhadap peningkatan produk dengan tujuan menjadi kompetitif, tetap
dalam bisnis dan menyediakan pekerjaan.

2. Mengadopsi filosofi baru.

3. Menghentikan ketergantungan pada inspeksi masal untuk peningkatan mutu.

4. Mengakhiri praktek menghargai kerjasama bisnis berdasarkan harga.

5. Meningkatkan sistem produksi secara konstan dan selamanya untuk peningkatan mutu dan
produktivitas.

6. Memberikan pelatihan yang sesuai bagi karyawan.

7. Meningkatkan kepemimpinan.

8. Mengusir ketakutan sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif bagi perusahaan.
9. Menghilangkan hambatan antar departemen.

10. Menghapuskan semboyan, desakan, dan target bagi karyawan.

11. Menghapuskan tujuan berdasarkan angka.

12. Menghilangkan hambatan terhadap kebanggaan atas hasil kerja.

13. Membangun program untuk pendidikandan pengembangan diri.

14. Melakukan tindakan dalam menghadapi perubahan/transformasi.

Deming dan Schewart mengembangkan konsep siklus PDCA (plan-do-check-action). Plan meliputi
identifikasi masalah, memperoleh data, dan mengembangkan rekomendasi. Do meliputi penerapan
solusi berbagai percobaan. Check berupa pengamatan setelah penerapan untuk memastikan apakah
hasil yang diperoleh sesuai rencana. Act melibatkan kegiatan perubahan permanen jika hasilnya
efektif bagi peningkatan atau kembali pada kondisi sebelumnya jika penerapannya bermasalah.

Pada pertengahan 1950-an, Dr. Joseph M. Juranmemperkenalkan Statistics Process Control. Juran
menekankan pentingnya pendekatan keseimbangan menggunakan manajerial, statistic, konsep
teknologi dan mutu. Juran juga menemukan diagram pareto. Diagram pareto adalah sebuah cara
menggunakan diagram untuk mengidentifikasi masalah yang sedikit tetapi kritis tertentu
dibandingkan dengan masalah yang banyak tetapi tidak penting. Dan memopulerkan pekerjaan
paretodengan menyatakan bahwa 80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab
yang hanya 20%. Selain itu, Juran mengemukakan “Trilogi Proses Mutu”, yang terdiri dari
perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan mutu.

Pada tahun 1961, Dr. AV Feigenbaum memperkenalkan konsep make it right at the first time
.Konsep ini akan berkembang dan menjadi salah satu dasar Total Quality Management (TQM).

Pada tahun 1967, Dr. Kaoru Ishikawa menunjukkan Jepang bagaimana mengintegrasikan berbagai
alat peningkatan mutu, terutama alat sederhana untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang
dikenal dengan seven tools for quality control atau magnificent seven. Pada tahun 1943, Isikawa
memperkenalkan diagram sebab dan akibat yang merupakan teknik skematis yang digunakan untuk
menemukan lokasi yang mungkin pada permasalahan kualitas. Dikenal juga sebagai konsep Quality
Control System.

Pada tahun 1979, Phillips B. Crosby menekankan pentingnya pimpinan puncak untuk menciptakan
iklim kerja yang nyaman dan meyakinkan bahwa mutu adalah misi pokok yang harus dicapai oleh
organisasi. Dan bahwa karyawan di semua tingkatan dapat dimotivasi untuk mengejar peningkatan
tetapi motivassi tersebut tidak akan berhasil kecuali disediakan alat untuk meningkatkannya.

Pada tahun 1980, Dr. Genichi Taguchi memperkenalkan model Taguchi. Metode ini bermanfaat
dalam meningkatkan mutu karena memberikan:

a. Suatu dasar dalam menentukan hubungan fungsionaldiantara produk yang dapat dikendalikan
atau factor perencanaan jasa dan hasil dari suatu proses.

b. Suatu metode penyesuaian tujuan suatu proses dengan mengoptimalkan variable yang dapat
dikendalikan

c. Suatu prosedur untuk menguji hubungan diantara kesalahan acak dalam proses dan varibilitas
produk.

Taguchi juga memperkenalkan konsep robust design dan fungsi kehilangan dalam mutu. Konsep
robust design menyebutkan bahwa produk harus dirancang untuk meningkatkan kinerja dengan
meminimalkan efek dari penyebab variasi tanpa menghilangkan penyebabnya. Fungsi Kehilangan
mutumenyatakan bahwa setiap produk harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, setiap
penyimpangan dalam target merupakan kehilangan.
Pada tahun 1987, lahirlah suatu standar tentang sistem manajemen mutu yaitu ISO 9000, Quality
Management System. ISO 9000merupakan suatu rangkaian standar yang terdiri dari:

• ISO 9000:2000, menguraikan dasar-dasar sistem manajemen mutu dan merincikan istilah bagi
sistem manajemen mutu.

• ISO 9001:2000, erinci persyaratan dalam sistem manajemen mutu, bila organisasi perlu
menunjukkan kemampuannya dalm menyediakan produk yang memenuhi persyaratan pelangan dan
peraturan yang berlaku serta meningkatkan kepuasan pelanggan.

• ISO 9004:2000, menyediakan panduan yang mempertimbangkan baik keefektifan maupun efisiensi
sistem manajemen mutu.

• ISO 19011:2002, member panduan tentang pengauditan sistem manajemen mutu dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai