Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Perjanjian & Kontrak dan Dasar Hukumnya


Pengertian kontrak atau perjanjian, dalam setiap literature didasarkan pada
Pasal 1313, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/ lebih.
Kontrak dalam pengertian yang lebih luas sering dinamakan juga dengan istilah
perjanjian. Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan satu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis. Para
pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk
menaati dan melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan
hukum yang disebut perikatan. Dengan demikian, kontrak dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang
mereka buat adalah sumber hukum formal, asal kontrak tersebut adalah kontrak yang
sah.
2. Asas Perjanjian/Kontrak
Menurut pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Dari bunyi pasal tersebut sangat jelas terkandung asas :
a. Konsensualisme adalah perjanjian itu telah terjadi jika telah ada konsensus antara
pihak-pihak yang mengadakan kontrak.
b. Kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas
mengenai apa yang diperjanjikan, bebas pula menentukan bentuk kontraknya.
c. Pactasunservanda, artinya kontrak itu merupakan undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya (mengikat).
Di samping itu, beberapa asas lain dalam standar kontrak:
a. Asas kepercayaan
Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain,menumbuhkan kepercayaan
diantara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya dengan
kata lain akan memenuhi prestasinya dibelakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu
maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan kedua belah pihak, dengan
kepercayaan ini kedua pihak mengikatkan dirinya untuk keduanya prrjanjian itu
mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang.
b. Asas persamaan hak
Asas dimana setiap orang tunduk pada hokum peradilan yang sama (proses hukum).
Hukum juga menimbulkan persoalan penting dan kompleks tentang kesetaraan,
kewajaran, dan keadilan.
c. Asas keseimbangan
sas ini menghendaki kedua pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Asas
keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditur mempunyai
kekuatan untuk menuntut prestasi jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi
melalui kekayaan debitur,namun kreditur memikul beban untuk melaksanakan
perjanjian itu dengan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang.
d. Asas moral
Asas ini terlihat dalam perikatan wajar,dimana suatu perbuatan sukarela seseorang
ddak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak
debitur.juga hal ini dapat terlihat dalam Zaakwarneming, dimana seseorang yang
melakukan perbuatan sulcxela(moral) yhang bersangkutan mempunyai kewajiban
(hukum) untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya juga asas ini terdapat
dalam pasal 1339 KUH Perdata. Faktor-faktor yang memberi motivasi pada yang
bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu berdasarkan kesusilaan(moral), sebagai
panggilan hati nuraninya.
e. Asas kepatuhan
Asas ini dituangkan dalam pasal 1339 KUH Perdata.Asas kepatutan disini barkaitan
dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.Asas ini merupakan ukuran tentang
hubungan yang ditentukan juga oleh rasa keadilan masyarakat.
f. Asas kebiasaan
Asas ini diatur dalam pasal 1339 jo. Pasal 1347 KUH Perdata,yang dipandang sebagai
bagian dari perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa saja yang secara tegas diatur,
akan tetapi juga hal-hal yang dalam kebiasaan dan lazim diikuti.
g. Asas kepastian hukum
Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum.Kepastian
ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi
para pihak.
3. Syarat Sahnya Perjanjian
Menurut pasal 1320 KUH Perdata, kontrak adalah sah bila memenuhi syarat-syarat
berikut:
a. Syarat subjektif, syarat ini apabila dilanggar, maka maka kontrak dapat dibatalkan
meliputi :
1) Kecakapan untuk membuat kontrak (dewasa dan tidak sakit ingatan); dan
2) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
b. Syarat objektif syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum,
meliputi :
1) Suatu hal (objek) teretentu;dan
2) Sesuatu sebab yang halal (kausa).
4. Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)
Asas kebebasan berkontrak berarti setiap orang dapat secara bebas untuk
membuat kontrak tentang apapun, dimanapun, dan kapanpun. Namun kebebasan ini
tentulah bukan kebebasan yang mutlak, karena bagaimanapun undang-undang tetap
membatasinya. Pembatasan itu ialah selama memenuhi syarat sahnya perjanjian dan
tidak melanggar hukum, kesusilaan, serta ketertiban umum. Asas kebebasan
berkontrak mendapa jaminan dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menentukan
bahwa :
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.
Semua perjanjian berarti perjanjian tentang apapun. Setiap orang berhak untuk
membuat kontrak tentang apapun. Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
c. Menentukan isis perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, serta
d. Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.
5. Jenis-Jenis Perjanjian
Menurut Daris (2001), terdapat beberapa jenis perjanjian yaitu sebagai berikut
a. Perjanjian Timbal Balik, Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan
kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli.
b. Perjanjian Cuma-Cuma, Perjanjian dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang
memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah.
c. Perjanjian Atas Beban, Perjanjian Atas Beban adalah perjanjian dimana prestasi dari
pihak yang satu merupakan kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi
itu ada hubungannya menurut hukum.
d. Perjanjian Bernama (Benoemd), Perjanjian bernama (khusus) adalah perjanjian yang
mempunyai nama sendiri. Maksudnya perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh
pembentuk undang-undang berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.
Perjanjian ini diatur dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUH Perdata.
e. Perjanjian Tidak Bernama (Onbenoemd Overeenkomst), Perjanjian Tidak Bernama
(Onbenoemd) adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata,
tetapi terdapat dalam masyarakat. Perjanjian ini seperti perjanjian pemasaran,
perjanjian kerja sama. Di dalam prakteknya, perjanjian ini lahir adalah berdasarkan asas
kebebasan berkontrak mengadakan perjanjian.
f. Perjanjian Obligatoir, Perjanjian obligatoir adalah perjanjian di mana pihak-pihak
sepakat mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain
(perjanjian yang menimbulkan perikatan).
g. Perjanjian Kebendaan, Perjanjian Kebendaan adalah perjanjian dengan mana seseorang
menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan
kewajiban pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain.
h. Perjanjian Konsensual, Perjanjian Konsensual adalah perjanjian dimana di antara
kedua belah pihak tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan.
i. Perjanjian Riil, Di dalam KUH Perdata ada juga perjanjian yang hanya berlaku sesudah
terjadi penyerahan barang. Perjanjian ini dinamakan perjanjian riil. Misalnya perjanjian
penitipan barang, pinjam pakai.
j. Perjanjian Liberatoir, Perjanjian Liberatoir adalah perjanjian dimana para pihak
membebaskan diri dari kewajiban yang ada. Misalnya perjanjian pembebasan hutang.
k. Perjanjian Pembuktian, Perjanjian Pembuktian adalah perjanjian dimana para pihak
menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka.
l. Perjanjian Untung-untungan, Perjanjian Untung-untungan adalah perjanjian yang
objeknya ditentukan kemudian. Misalnya perjanjian asuransi.
m. Perjanjian Publik, Perjanjian Publik adalah perjanjian yang sebagian atau seluruhnya
dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah Pemerintah
dan pihak lainnya adalah swasta. Misalnya perjanjian ikatan dinas dan pengadaan
barang pemerintahan.
n. Perjanjian Campuran, Perjanjian Campuran adalah perjanjian yang mengandung
berbagai unsur perjanjian. Misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa
menyewa) tetapi menyajikan pula makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan.
6. Bentuk – Bentuk Perjanjian
Berdasarkan pasal 1233 KUH Perdata dapat diketahui bahwa perikatan di bagi menjadi
dua golongan besar yaitu :
a. Perikatan perikatan yang bersumber pada persetujuan (perjanjian)
b. Perikatan perikatan yang bersumber pada undang undang
Selanjutnya menurut pasal 1352 KUH .Perdata terhadap perikatan-perikatan yang
bersumber pada undang undang di bagi lagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Perikatan perikatan yang bersumber pada persetujuan (perjanjian)
b. Perikatan prikatan yang bersumber pada undang undang
Menurut pasal 1353 KUH .Perdata perikatan tersebut diatas dapat dibagi lagi
menjadi dua macam atau dua golongan yaitu sebagai berikut :
a. Perikatan perikatan yang bersumber pada undang undng berdasarkan perbuatan
seseorang yang tidak melanggar hukum . mislnya sebagai mana yang di atur
dalam pasal 1359KUH . Perdata yaitu tentang mengurus kepentingan orang lain
secara sukarela dan seperti yang si atur dlam pasal 1359 KUH .Perdata tentang
pembayaran yang tidak di wajibkan.
b. Perikatan perikatan yang bersumber pada undang undang berdasarkan
perbuatan seseorang yang melanggar hukum . hal ini diatur didalam pasal
1365KUH. Perdata.
Pada umumya tidak seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau
meminta di tetapkan suatu janji , selain untuk dirinya sendiri .Menurut Mariam Darus
Badrul Zaman bahwa yang dimaksud dengan subjek perjanjian adalah :
a. Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri
b. Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak dari padanya
c. Pihak ketiga
7. Prestasi
Pengertian prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap
perikatan. Prestasi sama dengan objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban
memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam pasal 1131 dan
1132 KUHPerdata dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur baik bergerak maupun
tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada, menjadi jaminan pemenuhan
hutangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat dibatasi dengan jaminan
khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian antara pihak-pihak.
Menurut Pasal 1234 KUHPerdata wujud prestasi ada tiga, yaitu :
a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu.
Menurut Pasal 1235 ayat (1) KUHPerdata, pengertian memberikan sesuatu adalah
menyerahkan kekuasaan nyata atas suatu benda dari debitur kepada kreditur, contoh :
dalam jual beli, sewa-menyewa, hibah, gadai, hutang-piutang.
Dalam perikatan yang objeknya “berbuat sesuatu”, debitur wajib melakukan perbuatan
tertentu yang telah ditetapkan dalam perikatan, contoh : membangun rumah / gedung,
mengosongkan rumah.
Dalam perikatan yang objeknya “tidak berbuat sesuatu”, debitur tidak melakukan
perbuatan yang telah ditetapkan dalam perikatan, contoh : tidak membangun rumah, tidak
membuat pagar, tidak membuat perusahaan yang sama, dsb. Adapun sifat-sifat prestasi
adalah sebagai berikut: :
a. Harus sudah tertentu dan dapat ditentukan. Jika prestasi tidak tertentu atau tidak
ditentukan mengakibatkan perikatan batal (nietig).
b. Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur secara wajar
dengan segala usahanya. Jika tidak demikian perikatan batal (nietig).
c. Harus diperbolehkan (halal), artinya tidak dilarang oleh undang-undang, tidak
bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Jika prestasi itu tidak
halal, perikatan batal (nietig).
d. Harus ada manfaat bagi kreditur, artinya kreditur dapat menggunakan,
menikmati, dan mengambil hasilnya. Jika tidak demikian, perikatan dapat
dibatalkan (vernietigbaar).
e. Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi terdiri dari
satu perbuatan dilakukan lebih dari satu, mengakibatkan pembatalan perikatan
(vernietigbaar)
8. Wanprestasi
Pengertian Wanprestasi adalah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh perikatan. Faktor yang penyebab wanprestasi ada dua, yaitu :
a. Karena kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun karena kelalaian.
b. Karena keadaan memaksa (evermacht), force majeure, jadi di luar kemampuan
debitur. Debitur tidak bersalah.
Untuk menentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan wanprestasi, ada tiga
keadaan yaitu :
a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali,
b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru,
c. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktu atau terlambat.
Untuk memperingatkan debitur agar ia memenuhi prestasinya, maka debitur perlu
diberikan peringatan tertulis yang isinya menyatakan debitur wajib memenuhi prestasi
dalam waktu yang ditentukan. Jika dalam waktu itu debitur tidak memenuhinya maka
debitur dinyatakan wanprestasi.
Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi : dilakukan melalui Pengadilan Negeri
yang berwenang dengan perantaraan Jurusita menyampaikan surat peringatan tersebut
kepada debitur disertai berita acara penyampaiannya. Dan dapat juga secara tidak resmi :
misalnya melalui surat tercatat, telegram atau disampaikan sendiri oleh kreditur kepada
debitur dengan tanda terima. Surat peringatan ini disebut “ingebreke stelling”.
Akibat Hukum Wanprestasi
Akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut:
a. Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (Pasal 1243
KUHPdt).
b. Apabila perikatan timbal balik, kreditur dapat menuntut pembatalan perikatan melalui
Hakim (Pasal 1266 KUHPdt).
c. Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur sejak terjadi
wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPdt).
d. Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai
pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPdt).
e. Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di Pengadilan Negeri dan
debitur dinyatakan bersalah.

Anda mungkin juga menyukai