Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia selama manusia hidup. Tanpa

adanya pendidikan, maka dalam menjalani kehidupan ini manusia tidak akan

dapat berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan itu

harus betul – betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas yang

mampu bersaing, memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Dalam

Undang- Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1

ayat 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdikan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Sehingga dari kedua

pernyataan tersebut, dapat terlihat bahwa pendidikan merupakan hal mendasar

yang harus diperoleh setiap manusia. Dengan pendidikan manusia dapat

memperoleh pengetahuan serta hal baru yang mampu meningkatkan keterampilan

dan kemampuan mereka terutama pada bidang matematika.

Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi

yang berperan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

manusia (Depdiknas, 2008:18) oleh karena itu matematika menjadi bagian dalam

kehidupan manusia karena berbagai permasalahan yang dihadapi dalam

1
kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan. Matematika juga menjadi subjek pada

studi komparatif internasional, seperti Programme for International Student

Assessment(PISA). Studi PISA merupakan sebuah program yang dikeluarkan

oleh Organization for Economic Cooperation and Development(OECD) dimana

siswa diharapkan mampu menggunakan kemampuan matematikanya dalam

kehidupan sehari-hari. Kemampuan matematika yang dimaksud dalam program

ini yaitu kemampuan literasi matematis.

Pentingnya literasi matematika ini, ternyata belum sejalan dengan prestasi

siswa Indonesia di mata internasional. Penguasaan literasi matematika belum

sepenuhnya tercapai. Hal ini ditunjukkan oleh hasil survei PISA yang mengukur

kemampuan anak usia 15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan sains.

Terkait aspek literasi matematika siswa Indonesia, pada tahun 2003 Indonesia

menempati peringkat ke-38 dari 40 negara peserta, pada tahun 2006 Indonesia

menempati peringkat ke-50 dari 57 negara peserta, pada tahun 2009 Indonesia

menempati peringkat ke61 dari 65 negara peserta, pada tahun 2012 Indonesia

menempati peringkat ke-64 dari 65 negara peserta dan pada tahun 2015

menempati peringkat ke-64 dari 69 negara.

Saat ini data tentang gambaran kemampuan literasi matematis siswa SMP

Negeri di Sulawesi Tenggara tingkat Nasional secara khusus memang belum ada,

namun telah ada beberapa penelitian mengenai kemampuan literasi matematis

siswa pada beberapa kota/kabupaten di Sulawesi Tenggara seperti Arsidaryanti

Putri Imran (2017) meneliti tentang analisis kemampuan literasi matematik dan

keyakinan matematik siswa kelas X di kota Kendari. Menyimpulkan Kemampuan

2
literasi matematik siswa SMAN di Kota Kendari tergolong sangat kurang dengan

nilai rata-rata 41,74. Hal ini serupa seperti Arny Kurniawaty (2017) menelitii

analisis kemampuan lierasi matematis siswa SMP pesisir Konawe Utara ditinjau

dari perbedaan jender. Menyimpulkan bahwa kemampuan literasi matematik siswa

SMP pesisir di Konawe Utara tergolong kurang. Dari beberapa hasil penelitian

mengenai kemampuan literasi matematis siswa utamanya di Sulawesi Tenggara

kita belum dapat mengambil kesimpulan mengenai penyebab rendahnya

kemampuan literasi matematis siswa karena terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor seperti sikap, minat, dan motivasi

belajar seringkali dianggap berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Demikian

juga dalam belajar matematika, sudah banyak peneliti yang mengkaji pengaruh

sikap, minat, dan motivasi belajar terhadap hasil belajar. Faktor lain yang berasal

dari dalam diri siswa yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah

keyakinan.

Keyakinan (belief) siswa terhadap matematika mempengaruhi bagaimana ia

“menyambut” pelajaran matematikanya. Keyakinan yang salah, seperti

menganggap matematika sebagai pelajaran yang sangat sulit, sangat abstrak,

penuh rumus, dan hanya bisa “dikuasai” oleh anak-anak jenius, menjadikan

banyak siswa yang cemas berlebihan menghadapi pelajaran dan ulangan/ujian

matematikanya. Padahal kecemasan yang berlebihan tentulah berdampak negatif

terhadap hasil ujian/ulangan yang diperoleh. Jadi, keyakinan matematik

berpengaruh terhadap pencapaian aspek kognitif dan juga aspek afektif.

Keyakinan matematik sangat dipengaruhi oleh pemahaman siswa tentang

3
matematika dan juga dipengaruhi oleh penguasaan siswa terhadap materi

matematika itu sendiri. Semakin baik pemahaman dan penguasaan siswa terhadap

matematika maka semakin baik keyakinannya terhadap matematika. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa keyakinan matematik terhadap diri siswa

berbeda-beda dan dipengaruhi oleh pembelajaran yang dilakukan guru di kelas.

Dari apa yang telah dituliskan kemampuan literasi dan keyakinan

matematik sangat penting dimiliki oleh siswa karena saling berkaitan sebab

dalam kehidupan sehari-hari siswa berhadapan dengan masalah yang berkaitan

dengan personal, bermasyarakat, pekerjaan, dan ilmiah. Banyak diantara masalah

tersebut yang berkaitan dengan penerapan matematika, penguasaan matematika

yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah tersebut. Namun seperti yang

telah dipaparkan pada paragraph sebelumnya bahwa terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya yaitu lingkungan. Faktor

lingkungan juga memiliki peranan penting pada perkembangan kognitif dan

afektif anak.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan sumber daya manusia

(SDM) pesisir yang baik. Akan tetapi SDM masyarakat pesisir belum mampu

untuk hal tersebut. Pendidikan anak wilayah pesisir di Indonesia utamanya pada

daerah pesisir Sulawesi Tenggara saat ini masih memprihatinkan. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Arny Kurniawaty (2017) dan Paisal (2018)

yang melakukan penelitian pada SMPN pesisir Konawe Utara dan SMAN Pesisir

Konawe. Menurut Firdausy (2001: 116), ada empat faktor yang menyebabkan

masyarakat pesisir belum mampu memamfaatkan potensi SDM wilayah pesisir,

4
yaitu : (1) rendahnya kualitas sumberdaya daya manusia yang tinggal di wilayah

pesisir; (2) rendahnya kemampuan modal yang dimiliki oleh masyarakat pesisir;

(3) rendahnya tingkat teknologi yang dimiliki oleh masyarakat; dan (4) kurangnya

sarana dan prasarana pendukung pembangunan SDM.

Melihat capaian literasi matematik yang masih rendah Di Indonesia pada

umumnya dan beberapa daerah Sulawesi Tenggara pada khususnya serta

keyakinan matematik (KYM) yang secara simultan sangat berpengaruh dalam

pencapaian prestasi belajar matematika dan memperhatikan penyebab masyarakat

pesisir yang belum mampu memamfaatkan potensi sumber daya manusia (SDM),

maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi

Matematik ditinjau dari Keyakinan Matematik Siswa SMP di wilayah pesisir

kabupaten Konawe”.

1.2 Batasan Masalah

Sehubungan dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti

khususnya permasalahan yang dikemukakan maka peneliti membatasi penelitian

ini sebagai berikut.

1. Literasi matematik yang diukur pada aspek: Literasi Level 1 (Konteksnya

umum dapat diselesaikan dengan mudah); Literasi Level 2 (Konteks

memerlukan penarikan kesimpulan, penerapan algoritma dasar, formulasi,

prosedur dan ketentuan dasar); Literasi Level 3 (Menerapkan prosedur dengan

baik, interpretasi hasil, representasi dan komunikasi hasil dari penalaran);

Literasi Level 4 (Bekerja secara efektif dengan model yang tersirat,

5
menggunakan asumsi, keterampilan mengkomunikasikan alasan dari hasil);

Literasi Level 5 (Bekerja secara efektif dengan model yang kompleks,

menggunakan penalaran yang luas, refleksi dan mengkomunikasikan hasil dan

penalarannya); Literasi Level 6 (Konseptualisasi, generalisasi dan

menggunakan informasi berdasarkan pada investegasi dan modeling pada

situasi permasalahan yang kompleks, mengembangkan strategi, serta

merumuskan, mengkomunikasikan, refleksi dengan tepat pada situasi nyata).

2. Keyakinan matematika yang diukur pada aspek: keyakinan siswa tentang

kebenaran matematika; usaha-usaha siswa dalam belajar matematika;

Kepercayaan diri siswa tentang pelajaran matematika; persepsi siswa tentang

matematika; sikap siswa terhadap matematika; perasaan siswa sebelum dan

setelah belajar matematika; dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah deskripsi kemampuan literasi matematik siswa SMPN di

wilayah pesisir Kabupaten Konawe ?

2. Bagaimanakah gambaran keyakinan matematik siswa SMPN di wilayah

pesisir Kabupaten Konawe?

3. Bagaimanakah gambaran kemampuan literasi matematik pada setiap indikator

keyakinan matematik siswa SMPN di wilayah pesisir Kabupaten Konawe ?

6
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan keyakinan matematik terhadap

kemampuan literasi matematik siswa SMPN di wilayah pesisir Kabupaten

Konawe ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut.

1. Untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematik siswa SMPN di

wilayah pesisir Kabupaten Konawe.

2. Untuk mendeskripsikan keyakinan matematik siswa SMPN di wilayah pesisir

Kabupaten Konawe.

3. Untuk mengetahui gambaran kemampuan literasi matematik pada setiap

indikator keyakinan matematik siswa SMPN di wilayah pesisir Kabupaten

Konawe.

4. Untuk melihat ada atau tidak adanya pengaruh yang signifikan antara

keyakinan matematik terhadap kemampuan literasi matematik siswa SMPN

di wilayah pesisir Kabupaten Konawe.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Menambah wawasan bagi penulis dan pemerhati pendidikan serta pemerintah

dilingkup kabupaten Konawe khususnya tentang kemampuan literasi

matematik siswa dan keyakinan matematik siswa SMP.

7
2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.1 Bagi Guru, sebagai acuan dalam penilaian kemampuan literasi matematika

dan pembuatan soal sehingga menjadi lebih beragam dan bertingkat serta

sebagai informasi sejauh mana keyakinan matematik siswa.

2.2 Bagi Siswa, dapat mengetahui sejauh mana kemampuan literasi

matematika siswa dan sejauh manatingkat keyakinan matematik yang

mereka miliki.

2.3 Bagi Sekolah, sebagai bahan informasi bagi sekolah untuk

mengembangkan pembelajaran di sekolah, terutama pelajaran matematika

Anda mungkin juga menyukai