Kelp 8
Kelp 8
OLEH :
KELOMPOK 8
KELAS 4B D4 AKUNTANSI
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI PADANG
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PEDIDIKAN TINGGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas lapangan dan membuat laporan audit
beserta makalah dalam mata kuliah Terapan Audit.
Keberhasilan ini tidak mungkin tercapai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dosen pembimbing mata kuliah Terapan Audit yang telah membimbing kami hingga
laporan ini selesai.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa selalu memberikan doa dan dukungan kepada
kami.
3. Seluruh teman-teman yaitu kelas 4B DIV Akuntansi. Serta teman-teman yang lainnya
yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kami
berharap kritik dan saran yang bermanfaat dan membantu agar kami bisa melakukan yang
lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................7
LANDASAN TEORI..................................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................47
3.5 Izin-Izin.....................................................................................................................49
BAB IV....................................................................................................................................53
4.1 Proses Bisnis Klien, Risiko Bisnis Klien, Dan Pengendalian Internal Klien............53
BAB V......................................................................................................................................62
5.1 Kesimpulan................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................63
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagaimana cara Kantor Akuntan Publik mempelajari proses bisnis klien, risiko
bisnis klien, dan pengendalian internal klien?
2. Bagaimana cara Kantor Akuntan Publik memahami internal klien?
3. Bagaimana Kantor Akuntan Publik membuat audit plan dan audit program?
4. Bagaimana Kantor Akuntan Publik menentukan materialitas, resiko audit, dan
menentukan jumlah tim audit?
5. Bagaimana Kantor Akuntan Publik melaksanakan tahap penyelesaian audit
sebelum dikeluarkannya laporan audit terakhir?
1. Untuk memahami cara Kantor Akuntan Publik mempelajari proses bisnis klien,
risiko bisnis klien, dan pengendalian internal klien.
2. Untuk mengetahui cara Kantor Akuntan Publik memahami internal klien.
3. Untuk memahami cara Kantor Akuntan Publik membuat audit plan dan audit
program.
4. Untuk memahami cara Kantor Akuntan Publik menentukan materialitas, resiko
audit, dan menentukan jumlah tim audit.
5. Untuk memahami cara Kantor Akuntan Publik melaksanakan tahap penyelesaian
audit sebelum dikeluarkannya laporan audit terakhir.
BAB II
LANDASAN TEORI
Aset tetap merupakan salah satu harta kekayaan yang dimiliki setiap perusahaan. Aset
tetap yang dimiliki perusahaan digunakan untuk menjalankan operasionalnya sehingga
kinerja perusahaan akan maksimal dan mendapatkan laba yang optimal. Aset tetap yang
dimiliki dan digunakan oleh perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari
operasi normal.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, (2011:16.2) aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.
Menurut Samryn (2011:36), aktiva tetap merupakan kelompok aktiva perusahaan yang
mempunyai kriteria sebagai berikut: 1) Mempunyai masa manfaat, atau umur ekonomi lebih
dari 1 tahun. 2) Dimiliki dengan tujuan untuk digunakan dalam membantu aktivitas
perusahaan. 3) Fisik barangnya dapat dilihat dan diraba, sehingga biasa juga disebut aktiva
tetap berwujud. 4) Biasanya mempunyai nilai perolehan yang relatif besar.
Menurut PSAK No. 16 Tahun 2009, aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut Juan (2012:340), suatu aset tetap harus memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Aset tersebut digunakan dalam operasi. Hanya aset yang digunakan dalam
operasi normal perusahaan saja yang dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap
(misalnya kendaraan bermotor yang dimiliki oleh diler mobil untuk dijual
kembali harus diperhitungkan sebagai persediaan).
b. Aset tersebut memiliki masa (umur) manfaat yang panjang, lebih dari satu
tahun periode.
c. Aset tersebut memiliki substansi fisik. Aset tetap memiliki ciri substansi fisik
kasat mata sehingga dibedakan dari aset tak berwujud seperti hak paten dan
merek dagang.
Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2009:16.6), suatu aktiva tetap harus
memiliki karakteristik-karakteristik berikut:
a. Aktiva yang hanya digunakan dalam operasi normal perusahaan saja yang
dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap (misalnya kendaraan bermotor yang
dimiliki oleh diler mobil untuk dijual kembali harus diperhitungkan sabagai
persediaan).
b. Aktiva tersebut memiliki masa (umur) manfaat yang panjang atau lebih dari
satu periode.
c. Aktiva tersebut memiliki ciri-ciri substansi fisik kasat mata sehingga
dibedakan dari aktiva tak berwujud seperti hak paten dan merk dagang.
1. Aset berwujud (tangible assets) seperti aset pabrik (plant assets atau
properti pabrik) dan peralatan (property, plant and equipment).
2. Aset tak berwujud (intangible assets) seperti paten, hak cipta, merek dagang
dan goodwill.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara luas aktiva tetap dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Aktiva tetap berwujud yaitu yang mempunyai bentuk fisik dan nyata, dan
digunakan dalam operasional seperti tanah, bangunan, peralatan, dan mesin.
b. Aktiva tetap sumber alam seperti tambang, dan hasil hutan.
c. Aktiva tetap tidak berwujud yaitu aktiva yang berupa hak istimewa yang dimiliki
perusahaan dan mempunyai nilai seperti hak paten, hak cipta, merk dagang, dan
termasuk pula persetujuan dan perjanjian kontrak.
Dalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap.
2. Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih
digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan (periode
yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure , diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan
dicatat dengan benar.
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar
di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang
diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah
perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).
6. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
7. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah
pendapatan sewa sudah diterima perusahaan.
8. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai
(imperment).
9. Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Agar audit dapat dilakukan dengan tepat , dan memberikan hasil yang tidak berisiko
maka auditor akan melakukan tahapan sebagai berikut yaitu ;
1. Penentuan Risiko Pendeteksian (Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit )
Dalam penentuan risiko, auditor harus menanyakan kepada klien seberapa banyak volume
transaksi yang terjadi dalam aktiva tetap untuk satu periode. Kemudian juga harus
menyelidiki kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak di otorisasi.,
Kemungkinan adanya pembelian aktiva yang tidak memadai, dan kemungkinan adanya
penentuan biaya periodik yang dilakukan oleh bagian akuntansi yang tidak
mempertimbangkan aspek konsistensi
2. Pemahaman Terhadap struktur pengendalian intern.
Dalam pemahaman terhadap struktur pengendalian intern diperlukan pengetahuan
tentang:
a. Lingkungan pengendalian
1. Pahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan siklus pengeluaran dan
pembelian .
2. Adakah metode pengendalian manajemen yang diterapkan dalam siklus
pengeluaran.
b. Sistem Akuntansi
Pelajari proses akuntansi klien yang akan diperiksa. Untuk pengolahan datanya,
Apa saja dokumen-dokumen yang digunakan klien, dan apa saja Catatan Akuntansi
yang dibuat oleh klien, (Minta Flow Cartnya kepada klien).
c. Prosedur Pengendalian
Auditor perlu memahami dan mengetahui ada atau tidak hal-hal seperti :
1) Otorisasi yang memadai
2) Pemisahan wewenang dan tanggung jawab
3) Praktek yang sehat (pengendaliannya apa saja )
4) Internal auditor
3. Pengendalian Intern secara Umum terhadap transaksi pembelian Aktiva Tetap.
Dalam pengendalian intern untuk aktiva tetap terdapat dokumen-dokumen kunci dan
catatan akuntansi yang biasa dapat dibuat oleh perusahaan. Dibawah ini adalah dokumen-
dokumen kunci dan catatan akuntansi yang seharusnya (idialnya) dibuat oleh perusahaan.
1. Dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi :
Permintaan pembelian (purchase Daftar voucher (voucher register)
requisition) Cek (chek)
Perintah Pembelian (Purchase order) Buku tambahan hutang dagang (accounts
Laporan Penerimaan Barang (Receiving payable subsidiary ledger)
report) Arsip perintah pembelian yang belum
Faktur penjualan ( vendor invoice) terealisasi (open purchase file)
Surat perintah pembayaran (voucher) Laporan rekanan penjual (vendor’s
Ringkasan surat perintah pembayaran statement)
(voucher summary) Arsip voucher pembelian yang disetujui
Bukti kas keluar (purchase transaction file)
Memo debit , dll
Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku repeat engagements (penugasan
berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang
diperiksa). Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.
2. Minta kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan : Saldo awal,
penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga
perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
3. Periksa footing dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau
Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vounch penambahan serta pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan
kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya.
5. Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan
nomor kode dari Fixed Assets.
6. Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.
7. Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta
SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).
8. Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.
9. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang
dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya.
10. Buat analisis tentang perkiraan Repair & Maintenance, sehingga kita dapat mengetahui
apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures
tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.
11. Periksa apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance
Coveragenya cukup atau tidak.
12. Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan
diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi atau distribusi biaya penyusutan.
13. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa
apakah ada Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak.
14. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau
menjual Fixed Assets.
15. untuk construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada
Construction in progress yang harus di transfer ke Fixed Assets.
16. Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement dan periksa
apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
17. Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.
18. periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).
1. Auditor menentukan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan memberikan
jasa kepada klien lama. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang
berpengalaman yang berada dalam posisi untuk mengambil keputusan. Auditor
diharapkan membuat keputusan ini segera, sebelum terjadi biaya- biaya yang
signifikan yang tidak dapat kembali lagi.
2. Auditor mengidentifikasikan, mengapa klien memerlukan atau menginginkan
pengauditan. Informasi ini akan memengaruhi keseluruhan bagian dari proses
perencanaan.
3. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, auditor harus mendapatkan
kesepahaman dengan klien mengenai kondisi kontrak kerja.
4. Auditor mengembangkan keseluruhan strategi pengauditan, termasuk penugasan audit
dan spesialis- spesialis audit yang diperlukan.
2.6.1 Pengertian dan Tujuan Audit Plan
Standar audit yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama
mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai.
“Auditor harus melaksanakan perencanaan kerja yang memadai dan harus melakukan
pengawasan secara seksama terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh para asistennya.”
Terdapat tiga alasan utama mengapa auditor harus melakukan perencanaan penugasan
dengan tepat. Ketiga alasan itu adalah agat auditor mampu mendapatkan cukup bukti yang
memadai sesuai dengan kondisinya, untuk menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau dan
mencegah kesalahpahaman dengan klien. Mendapatkan cukup bahan bukti yang memadai
penting jika KAP ingin meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga reputasi dalam
komunitas bisnisnya. Menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau membantu KAP agar
tetap kompetitif. Mencegah munculnya kesalahpahaman dengan klien adalah penting untuk
menjaga hubungan yang baik dengan klien dan untuk memberikan pekerjaan yang berkualitas
tinggi dengan harga yang terjangkau.
Sebelum itu kita akan diperkenalkan secara ringkas pada dua istilah risiko, yaitu
risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) dan risiko bawaan (inherent risk).
Kedua jenis risiko tersebut secara signifikan berpengaruh pada pelaksanaan dan biaya audit.
Sebagian besar dari tahap awal perencanaan audit berkaitan dengan perolehan informasi
untuk membantu auditor dalam menilai risiko-risiko tersebut.
Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) merupakan sebuah ukuran
seberapa besar auditor menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
dapat setelah pengauditan selesai dilaksanakan dan opini wajar tanpa pengecualian
(unqualified) telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menurunkan risiko audit
yang dapat diterima, ini berarti bahwa auditor ingin lebih yakin bahwa tidak ada salah saji
material dalam laporan keuangan. Risiko nol adalah kepastian absolut, sedangkan risiko 100
persen adalah ketidakpastian absolut.
Risiko bawaan (inherent risk) merupakan sebuah ukuran penilaian auditor atas
kemungkinan adanya salah saji material dalam saldo akun sebelum mempertimbangkan
efektivitas pengendalian internal. Jika, sebagai contoh, auditor menyimpulkan bahwa
terdapat kemungkinan salah saji yang tinggi dalam suatu akun seperti akun piutang dagang,
auditor menyimpulkan bahwa risiko bawaan untuk piutang adalah tinggi.
Menilai risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan merupakan sebuah
bagian penting dari perencanaan audit karena hal tersebut dapat membantu dalam
menentukan jumlah bukti yang diperlukan untuk dikumpulkan dan staf yang akan ditugaskan
dalam penugasan tersebut. Sebagai contoh, jika risiko bawaan atas persediaan adalah tinggi
karena permasalahan yang kompleks, maka makin banyak yang harus dikumpulkan dalam
mengaudit persediaan dan staf yang lebih berpengalaman akan ditugaskan untuk melakukan
pengujian dibidang ini.
Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit
yang diharapkan disusun segera setelah management letter (surat perikatan) disetujui klien.
Perencanaan dan supervise berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur yang
berkaitan seringkali tumpang tindih (overlap). Auditor sebagai penanggung jawab akhir atas
audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada staf
lain dalam kantor akuntannya (asisten). Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi
menyeluruh pelaksanaan dan ruang lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat
perencanaan bermacam-macam dengan ukuran dan kompleksitas satuan usaha, pengalaman
mengenai satuan usaha, dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha.
Tujuan Audit Plan adalah untuk mencapai keyakinan yang memadai guna mendeteksi
salah saji yang diyakini jumlahnya besar, baik secara individual mapun secara keseluruhan,
yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan. Audit plan digunakan
sebagai berikut :
a. Pedoman pelaksanaan audit
b. Dasar untuk menyusun anggaran
c. Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen
d. Alat untuk menetapkan standar
e. Alat pengendalian
f. Bahan pertimbangan bagi akuntan publik yang diberi penugasan oleh perusahaan
Meskipun mendapatkan dan mempertahankan klien tidak mudah dalam profesi yang
sangat kompetitif seperti akuntan publik, KAP harus berhati- hati dalam menentukan klien
mana yang dapat diterima. Tanggung jawab hukum dan profesional mengharuskan KAP
selektif dalam memilih klien, sehingga klien yang tidak memiliki integritas atau yang terus-
menerus berdebat mengenai pelaksanaan audit yang tepat dan imbal jasa audit akan
cenderung menyebabkan banyak masalah dan tidak layak untuk diterima. Beberapa KAP
saat ini menolak klien yang bergerak pada industri yang berisiko tinggi, seperti simpan
pinjam, kesehatan dan perusahaan asuransi kerugian, dan bahkan mungkin tidak melanjutkan
mengaudit perusahaan klien lama yang bergerak di bidang industri tersebut. Beberapa KAP
kecil tidak akan melakukan audit atas perusahaan publik karena adanya risiko tuntutan
hukum. Dalam kaitannya dengan risiko audit yang dapat diterima, seorang auditor
kemungkinan tidak akan menerima klien baru atau melanjutkan melayani klien lama jika
risiko audit yang dapat diterima di bawah ambang batas risiko yang dapat diterima KAP
tersebut.
Bahkan jika calon karyawan telah diaudit oleh KAP lain, penerusnya dapat membuat
penyelidikan-penyelidikan lainnya dengan mendapatkan informasi dari penasihat hukum
lokal, KAP-KAP lain, bank, dan bisnis lainnya. Dalam beberapa kasus, auditor dapat
menyewa penyelidik profesional untuk mendapatkan informasi mengenai reputasi dan latar
belakang dari pegawai-pegawai kunci pada manajemen perusahaan klien. Penyelidikan yang
luas semacam itu sudah tepat terutama jika ada auditor pendahulu tidak memberikan
informasi yang diinginkan, atau jika ada indikasi permasalahan yang muncul dari komunikasi
dengan auditor pendahulu.
Banyak KAP yang mengevaluasi klien-klien yang sudah ada setiap tahunnya untuk
menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak melanjutkan melakukan pengauditan.
Konflik-konflik sebelumnya mengenai lingkup audit yang tepat, jenis opini yang dikeluarkan,
imbal jasa atau hal lain yang dapat menyebabkan auditor menghentikan hubungan dengan
kliennya. Auditor dapat pula menghentikan kontrak kerja dengan klien setelah mengetahui
bahwa kliennya tidak memiliki integritas. Dalam Kode Etik IFAC yang mengatur mengenai
independensi, jika klien melakukan tuntutan hukum terhadap KAP atau sebaliknya, maka
KAP tersebut tidak dapat melakukan audit atas perusahaan tersebut. Demikian pula, jika
terdapat imbal jasa yang belum dibayar untuk jasa yang diberikan lebih dari satu tahun
sebelumnya maka KAP tidak dapat menerima pengauditan untuk tahun berjalan.
Bahkan jika tidak ada satu pun kondisi yang disebutkan di atas ditemukan, KAP dapat
memutuskan untuk tidak melanjutkan audit atas klien lama karena adanya risiko yang sangat
besar. Misalnya, sebuah KAP dapat memutuskan bahwa terdapat risiko yang besar atas
konflik hukum yang muncul antara instansi pemerintah dan klien yang dapat menyebabkan
kegagalan keuangan klien dan berakibat pada tuntutan hukum pada KAP yang mengauditnya.
Bahkan meski kontrak kerja tersebut menguntungkan, risiko jangka panjangnya lebih besar
dari keuntungan jangka pendek dari pengauditan yang dilakukan.
Menyelidiki klien baru dan mengevaluasi klien lama merupakan bagian yang penting
dalam menentukan risiko audit yang dapat diterima. Sebagai contoh, anggaplah klien yang
potensial yang beroperasi pada industri yang cukup berisiko, bahwa manajemennya memiliki
reputasi integritas yang baik, namun juga diketahui melakukan risiko finansial yang agresif.
Jika KAP memutuskan bahwa risiko audit yang dapat diterima sangat rendah, KAP tersebut
dapat memutuskan untuk menolak kontrak kerja. Jika KAP menyimpulkan bahwa risiko
audit yang diterima rendah namun klien tersebut masih dapat diterima, KAP tersebut dapat
menerima kontrak kerja namun imbalan jasa yang diusulkan pada klien juga dinaikkan.
Auditor dengan risiko audit yang dapat diterima rendah biasanya akan menyebabkan biaya
audit yang lebih tinggi, yang tercermin dalam imbal jasa audit yang lebih tinggi.
Pemahaman yang jelas atas kondisi kontrak kerja yang akan dijalankan harus dimiliki
klien dan KAP PSA 05 (SA 310) mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan
kesepahaman mereka dengan klien dalam perjanjian kontrak kerja, termasuk tujuan-tujuan
kontrak kerja, tanggung jawab auditor dan manajemen, dan keterbatasan-keterbatasan dalam
kontrak kerja tersebut.
Perjanjian kontrak kerja dapat juga memasukkan persetujuan untuk memberikan jasa
lainnya seperti jasa perpajakan atau konsultasi manajemen. Perjanjian kontrak kerja tersebut
juga harus menyatakan hambatan-hambatan yang mungkin ditemukan dalam pekerjaan
auditor, batas waktu penyelesaian audit, bantuan yang diberikan oleh pegawai klien dalam
mendapatkan catatan dan dokumen, dan jadwal yang disiapkan bagi auditor. Sering kali surat
tersebut juga memasukkan imbal jasa kontrak kerja. Perjanjian kontrak kerja juga berlaku
sebagai sarana yang menginformasikan pada klien bahwa auditor tidak dapat menjamin
bahwa semua tindak kecurangan dapat diungkap.
Auditor harus menugaskan staf yang tepat untuk kontrak kerja agar memenuhi standar
audit yang berlaku umum dan untuk melakukan pengauditan secara efisien. Standar umum
pertama menyatakan :
“Audit harus dilakukan oleh orang atau orang-orang yang memiliki pelatihan teknis
yang memadai dan keahlian sebagai seorang auditor.”
Dengan demikian, staf ditugaskan dengan standar tersebut, dan mereka yang
ditugaskan dalam kontrak kerja harus memiliki pengetahuan terhadap industri klien. Kontrak
kerja audit yang lebih besar kemungkinan akan memerlukan satu atau lebih partner dan staf
dengan beberapa tingkat pengalaman. Spesialis dalam bidang teknis seperti pengambilan
sampel statistik dan penilaian risiko dengan menggunakan perangkat lunak komputer dapat
juga ditugaskan. Dalam pengauditan yang lebih kecil, hanya satu atau dua anggota staf yang
mungkin diperlukan.
Pertimbangan utama dalam penugasan staf adalah kebutuhan atas keberlanjutan dari
tahun ke tahun. Keberlanjutan membantu KAP untuk menjaga kepahaman dengan ketentuan-
ketentuan teknis dan hubungan pribadi yang lebih dekat dengan personel klien. Seorang staf
yang tidak berpengalaman kemungkinan dapat menjadi nonpatner yang peling
berpengalaman dan hasil kontrak kerja yang dilakukannya selama beberapa tahun.
Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengatahuan tentang
operasi perusahaan sangat penting untuk melaksanakan audit yang memadai. Standar kedua
pekerjaan lapangan menyatakan sebagai berikut:
Sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan. Risiko bisnis klien adalah risiko bahwa klien akan
gagal memenuhi tujuannya. Ada beberapa faktor yang telah meingkatkanb arti penting dari
pemahaman atas bisnis dan industrin klien:
1. Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan
pemasok utama. Akibatnya, auditor memerlukan pengathuan yang lebih mendalam
tentang pelanggan dan pemasok utama itu serta risiko yang berkaitan.
2. Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali melalui join
venture aliansi strategis.
4. Semakin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak berwujud lainnya telah
meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan setimasi
manajemen.
5. Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik atas bisnis dan industry klien
untuk memberikan jasa bernilai tambah kepada klien. Sebagai contoh, kantor auditor
seringkali memberikan jasa assurance dan konsultasi berkaitan dengan teknologi
informasi, serta jasa manajemen risiko bagi klien audit nonpublic yang membutuhkan
pengetahuan yang luas tentang industri klien.
Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang industri klien
dan lingkungan eksternal adalah:
1. Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi penilaian auditor
atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima dan bahkan dapat
mempengaruhi auditor dalam menerima penugasan pada industri yang lebih berisiko,
seperti industri simpan pinjam dan asuransi kesehatan.
2. Risiko inheren tertentu sudah umum bagi semua klien dalam industri tertentu.
Familiar dengan risiko-risiko tersebut akan membantu auditor dalam menilai
relevansinya bagi klien bersangkutan. Contohnya meliputi kemungkinan keuangan
persediaan dalam industri pakaian jadi, risiko inheren atas penagihan piutang usaha
dalam industry pinjaman konsumen, serta cadangan untuk risiko inheren kerugian
dalam industry asuransi kecelakaan.
3. Banyak industri memiliki persyaratan akuntansi yang unik yang harus dipahami
auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien telah sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sebagai contoh, jika auditor melakukan
audit atas sebuah pemerintahan kota, auditor harus memahami akuntansi
pemerintahan dan persayaratan auditnya. Juga ada persayaratan akuntansi yang unik
bagi perusahaan konstruksi kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan dan
banyak organisasi lainnya.
Auditor perlu memiliki pengetahuan mengenai operasional klien untuk menilai risiko
bisnis klien dan risiko bawaan dalam laporan keuangan.
Sebagai bagian dari pemahaman atas tujuan klien terkait dengan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan, auditor harus mengenali istilah-istilah dalam kontrak dan kewajiban
hukum lainnya. Hal ini termasuk beragam unsur seperti wesel jangka panjang dan utang
obligasi, opsi saham, rencana pensiun, kontrak-kontrak dengan pemasok untuk pengiriman
barang baku dimasa mendatang, kontrak pemerintah untuk penyelesaian dan pengiriman
barang produksi, persetujuan royalti, kontrak-kontrak serikat kerja dan sewa.
Risiko bawaan dalam salah saji laporan keuangan dapat meningkat jika klien telah
menetapkan seperangkat tujuan yang tidak masuk akal atas jika sistem pengukuran kinerja
memicu pembukuan yang agresif.
Pengukuran kinerja termasuk analisis rasio dan tolak ukur terhadap kompetitor-
kompetitor utama. Sebagai bagian dari pemahaman terhadap bisnis klien, auditor harus
menjalankan analisis rasio atau penelaahanatas perhitungan rasio kinerja penting klien.
Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk
mencapai tujuan audit. Dengan demikian program audit merupakan rencana langkah kerja
yang harus dilaksanakan berdasarkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya
program audit merupakan rencana tertulis untuk mengarahkan audit, dan oleh karena itu
merupakan salah satu alat pengendalian audit. Secara singkat program audit digunakan untuk
menjawab: what is to be done, when it is to be done, how it is to be done, who will do it, dan
how long it will take.
Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pilihan
auditor tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh, dikirimkan,
diproses, dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan komputer juga
mempengaruhi pemilihan prosedur audit. Pembahasan berikut ini akan berfokus pada review
beberapa jenis prosedur yang digunakan oleh para auditor.
Prosedur ini dapat digunakan untuk mendukung pendekatan audit top-down ataupun
pendekatan audit bottom-up. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap prosedur ini
akan digunakan ketika merencanakan audit dan mengembangkan program audit. Berikut ini
adalah sepuluh jenis prosedur audit :
1. Prosedur analitis (analytical procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara data. Prosedur
ini meliputi:
a. perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana
b. analisis vertikal atau laporan persentase
c. perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran
d. penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi
e. Analisis regresi dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan (seperti data jumlah
karyawan) maupun data keuangan
f. Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari
operasi serta membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang menggerakkan bisnis
dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis umumnya digunakan dalam pendekatan top-
down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan keuangan dan untuk menilai
kelayakan laporan keuangan dalam konteks tersebut
2. Inspeksi (inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi
seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-
down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan
persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi
transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi
bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai
contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi
kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa
guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya
mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas
untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap
entitas.
Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa
(examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi
dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian
melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi
keberadaan perubahaan atau item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah
scanning atau memeriksa secara tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara
langsung keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga
memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik.
3. Konfirmasi (confirming)
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi
klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis,
namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut.
Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima
untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan
bukti bottom-up penting dan digunakan dalam auditing karena bukti tersebut biasanya
objektif dan berasal dari sumber yang independen.
5. Perhitungan (counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah
a. Perhitungan fisik sumber daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada.
b. Akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak, yang pertama
menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang
kedua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal
perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
Teknik perhitungan ini menyediakan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali
terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks
ekonomi dari prosedur perhitungan.
6. Penelusuran (tracing)
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam
catatan akuntansi (jurnal dan buku besar).
Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi,
sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui sistem akuntansi. Karena proesdur
ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen sumber pada akhirnya
dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi
terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya
(understatement) dalam catatan akuntansi.
7. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pemeriksaan bukti (vouching) pendukung meliputi :
a. Pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi
b. Mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal
tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
Dalam melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan
dalam tracing. Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji
berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya (overstatement) dalam catatan
akuntansi.
8. Pengamatan (observing)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis
transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang
melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan.
Pengamatan terutama penting untunk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.
Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan
pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang
untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal,
beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas
dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung
dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan
transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan
pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan
ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk menentukan bahwa
pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut diproses.
Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up
lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit
tersebut.
BAB III
Pendirian KAP ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan RI yang
memberikan izin usaha dengan Surat Keputusan No. KEP-962/KM.1/2012 tanggal 11
September 2012. Sementara itu, pendirian Kantor Cabang Padang telah mendapat
pengesahan Menteri Keuangan RI dengan pemberian izin usaha dengan Surat Keputusan No.
1432/KM.1/2012 tanggal 14 Desember 2012. Kantor Cabang lain adalah di Surabaya,
Semarang dan Bengkulu.
a. Cabang Padang
Jalan S. Parman No. 103 D, Lolong, Padang Utara, Sumatera Barat 25136
Telepon dan Fax. : (0751) 7053111
Email. : ras-padang@kapras.co.id
b. Cabang Surabaya
c. Cabang Semarang
d. Cabang Bengkulu
a. Visi Perusahaan
Menjadi Kantor Akuntan Publik terpecaya dengan pemberian jasa profesional akuntan
berkualitas untuk kemajuan dunia usaha dan pemerintah.
b. Misi Perusahaan
Rekan Kantor Akuntan Publik Riza, Adi, Syahril & Rekan terdiri dari 6 (tenam)
orang dengan keahlian, pengalaman dan professionalisme serta integritas yang tinggi sebagai
berikut:
a. Drs. Riwayadi, MBA, CPMA, CA, CSSR, Ak : Ahli Akuntansi Lingkungan dan
Manajemen Biaya, Akuntansi Biaya
Kontemporer
b. Firdaus Zainuddin, SE, MSi, CA, A : Ahli Akuntansi Pemerintahan dan
Sektor Publik
3.5 Izin-Izin
1. Izin Kantor Cabang Padang dari Kementerian Keuangan RI, Surat Keputusan
Menteri Keuagan No. 1432/KM.1/2012 tanggal 14 Desember 2012.
2. Surat Tanda Terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai AkuntanPublik
yang diizinkan mengaudit entitas yang bergerak di Industri Keuangan Non Bank,
Surat OJK No. 101./NB.122/STTD-AP/2016 tanggal 7 Nopember 2016.
3. Surat Tanda Terdaftar pada Badan Pemeriksa Keuangan RI, sebagai Akuntan
Publik rekanan Badan Pemeriksa Keauagan yang diizinkan mengaudit entitas
pemerintah, sesuai surat Badan Pemeriksa Keuangan RI No. 264/STT/XII/2015
tanggal 8 Desember 2015.
3.6 Ruang Lingkup Jasa Yang Diberikan
b. Rekan PT Bank Mandiri, sewaktu berstatus Kantor Akuntan Publik Drs. Syahril
Ali, sesuai dengan surat PT Bank Mandiri No. 28 Juli 2003.
3.8 Pengalaman dan Kerjasama Audit dengan KAP Big Four
Dalam 4 (empat) tahun terakhir KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan mengaudit
perusahaan PT Igasar yang laporan keuangannya termasuk dalam disclosure laporan
keuangan PT Semen Indonesia, sehingga KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan harus
berkerjasama dengan auditor group PT Semen Padang Deloitte (KAP Osman Bing Satrio &
Eny), kantor akuntan publik empat besar dunia. Dalam kerjasama ini KAP Riza, Adi, Syahril
& Rekan bertindak sebagai auditor komponen. Sebagai auditor komponen KAP Riza, Adi,
Syahril & Rekan harus memenuhi standar kualitas dan prosedur yang ditetapkan oleh
Deloitte. Pelaksanaan audit atas PT Igasar direview oleh Deloitte.
Pengalaman KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan dalam pemberian jasa profesional
akuntan di Kantor Cabang Padang adalah sebagai berikut dalam tiga tahun terakhir adalah:
a. Perusahaan Swasta
1. PT Igasar; perdagangan semen, perdagangan umum, jasa kontruksi, produsen beton jadi
konsentrat.
3. Semen Padang Hospital (SPH), group PT Semen Padang yang bergerak dalam layanan
kesehatan.
10. PT Jamkrida Sumbar; perusahaan daerah yang bergerak dalam penjaminan kredit.
13. PT Metrindo Prima Tama; perusahaan dagang (supplier pabrikan PT Semen Padang)
17. Yayasan Mahaputra Prof. Muhammad Yamin, SH; Yayasan pengelola Universitas
Muhammad Yamin.
b. Koperasi
1. Koperasi Serba Usaha Bersama (KSUKB) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat;
koperasi bergeraka dalam bidang simpan pinjam, perdagangan umum, toserba.
2. Koperasi Unit Desa (KUD) Lubuk Karya; koperasi sektor perkebunan kelapa sawit
3. Koperasi Unit Desa (KUD) Bina Usaha; koperasi sektor perkebunan kelapa sawit
4. Koperasi Perkebunan Sawit (KPS) Maju Ophir Pasaman Barat; koperasi sektor
perkebunan kelapa sawit
5. Koperasi Perkebunan Sawit (KPS) Sejahtera Ophir Pasaman Barat; koperasi sektor
perkebunan kelapa sawit.
6. Koperasi Unit Desa (KUD) Tiku V Jorong; koperasi sektor perkebunan kelapa sawit
8. Koperasi Unit Desa (KUD) Sinar Makmur, koperasi sektor perkebunan kelapa sawit.
9. Koperasi Unit Desa (KUD) Bukit Jaya, koperasi sektor perkebunan kelapa sawit.
10. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Terjamin; koperasi simpan pinjam.
12. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Batang Hari; koperasi simpan pinjam dan
waserda.
13. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Ikhwan; koperasi simpan pinjam.
14. Koperasi Pedagang Pasar (Koppas) AIPT Padang Panjang; koperasi simpan pinjam.
15. Koperasi Karyawan (KOPKAR) Tambang Batubara Ombilin; koperasi simpan pinjam,
perhotelan outsoursing dan perdagangan umum.
4.1 Proses Bisnis Klien, Risiko Bisnis Klien, Dan Pengendalian Internal Klien
Prosedur mulai auditnya yaitu dari klien yang ingin melakukan permintaan audit
biasanya melaui vai telepon dan sebagainya, setelah dikonfirmasi melakukan survey audit
pada pereusahaan klien, serta membicarakan berapa lama proses auditnya, gambaran umum
perusahaan klien, kemudian mengirim surat penawaran ke perusahaan klien dan setelah
perusahaan klien membalas surat penawaran tersebut barulah langkah surat penawaran
pengauditan itu selesai. Langkah prosedur audit selanjutnya bagaimana auditor mempelajari
mengenai proses bisnis klien secara detail dan risiko bisnis klien yaitu dengan cara observasi
ke entitas klien, disitu tim audit menguji entitas klien dan pertama sekali tim audit
menanyakan nama kliennya, bisnisnya bergerak dibidang apa, manajemennya siapa saja
sebelum tim audit menerima penugasan yang bertujuan untuk memahami bisnis klien itu dan
menentukan tingkat risiko, untuk melihat hal tersebut tim audit harus mempelajari
pengendalian internal yang dilakukan perusahaan klien.
Salah satu cara yang sering digunakan oleh KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan dalam
melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian internal perusahaan klien dengan
melakukan wawancara dengan pihak manajemen hal ini bertujuan untuk menanyakan secara
langsung berkaitan kebijakan pengendalian internal terkait aset tetap dan kadang-kadang
pihak KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan juga menggunakan kuesioner tergantung yang
tersedia saja untuk menilai SPI perusahaan klien. Dalam penilaian tersebut tim audit melihat
apakah pengendalian kunci terhadap aset tetap telah dijalanakan atau belum, apakah semua
kebijakan mengenai aset tetap telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan atau tidak.
Setelah itu barulah tim audit bisa menentukan tingkat risiko yang telah ditetapkan selanjutnya
dilakukan perbandingan antara pengendalian internal dengan resiko auditnya. Semakin
rendah pengendalian internal sebuah perusahaan, maka akan semakin tinggi resiko auditnya
atau sebaliknya semakin baik pengendalian internal sebuah perusahaan maka akan semakin
kecil resiko auditnya.
4.2 Memahami Internal Klien, Jika Menggunakan Kuesioner
Cara yang sering digunakan oleh KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan dalam
memahami sistem pengendalian internal perusahaan klien dengan melakukan wawancara
dengan pihak manajemen. Tim audit melakukan wawancara dengan bagian perusahaan klien
guna untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan terutama meminta Sistem
Pengendalian Intern (SPI). Ada beberapa kriteria yang diterapkan oleh KAP Riza, Adi,
Syahril & Rekan dalam memahami sistem pengendalian internal perusahaan klien. Jika
perusahaan klien masuk dalam perusahaan yang ukuran besar biasanya perusahaan klien
tersebut sudah memiliki SPI yang memadai bagi perusahaan tersebut, tetapi jika perusahaan
klien masuk kedalam kategori menengah dan tidak memiliki SPI, maka auditor yang akan
membuatkan SPI perusahaan klien tersebut sesuai dengan kebutuhan tim audit.
KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan juga menggunakan kuesioner dalam memahami
sistem pengendalian internal perusahaan klien tergantung yang tersedia saja untuk menilai
SPI perusahaan klien. Berikut ini contoh Kuesioner yang digunakan oleh KAP Riza, Adi,
Syahril & Rekan dalam proses penugasan pengauditan untuk membantu tim auditor dalam
memahami pengendalian intenal perusahaan klien.
Y=Ya
T=Tidak
Nama Klien: -------------------
TR= Tidak
Relevan
Y T TR
Pertimbangan?
1)
Supplier?
3)
Spesifikasi?
4)
Apakah setiap mutasi atau pemindahan secara rutin dilaporkan kepada bagian
d.
akuntansi?
2 Apakah disusun anggaran untuk pengeluaran/investasi (capital expenditure) dan
persetujuan tertulis atas setiap proyek yang besar ditandatangani oleh staf yang
ditunjuk oleh Dewan Komisaris/Rapat Umum Pemegang Saham dan diberikan kepada?
Bagian pembelian?
a.
Bagian Teknik?
b.
Bagian akuntansi?
c.
3 Apakah semua pengeluaran investasi (capital expenditure) dalam bentuk upah, bahan
dan persediaan harus melalui prosedur administrasi yang sama dengan revenue
expenditure (pengeluaran yang langsung dibebankan sebagai biaya)?
REGISTRASI
5 Apakah registrasi/dokumen aset tetap:
Up to date?
b.
Nomor identifikasi?
1.
Lokasi?
2.
Taksiran Umur?
3.
Prosentase penyusutan?
4.
6 Apakah semua aset tetap:
Atas perolehannya?
a.
Atas penyusutannya?
b.
CURRENT VALUE
9 Apakah nilai buku aset tetap jauh menyimpang bila dibandingkan dengan taksiran
harga pasar yang berlaku (estimated current market value)?
10 Apakah metode dan prosentase penyusutan:
pembukuannya cocok dengan jenis sewa yang bersangkutan dan sesuai dengan
b.
SAK?
Uang sewa dan perjanjiannya secara jelas dinyatakan untuk dapat menunjukkan
c.
keadaan dengan layak?
UMUM
12 Apakah sistem informasi meliputi dimana perlu:
Anggaran untuk pengeluaran investasi (capital expenditure)?
a.
B. Catatan lain
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
Prepared by:
Reviewed by:
Berikut ini contoh bentuk audit Program Aset Tetap yang dibuat oleh KAP Riza, Adi,
Syahril & Rekan.
1) Aktiva Tetap yang disajikan dalam laporan benar-benar ada dan merupakan hak milik
Perusahaan (Existence & Ownership)
2) Pencatatan dan klasifikasinya telah dilakukan dengan akurat dan semua aktiva tetap
milik Perusahaan telah dibukukan termasuk ketepatan perhitungan penyusutannya
yang diterapkan secara konsisten (Accuracy & Completeness)
3) Aktiva tetap telah dinilai sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (Valuation)
4) Aktiva Tetap yang telah dijadikan jaminan telah diungkapkan dalam laporan
keuangan (Disclosure)
W. P Disiapkan
No Prosedur Audit
Ref Oleh
Mutasi penambahan
W. P Disiapkan
No Prosedur Audit
Ref Oleh
W. P Disiapkan
No Prosedur Audit
Ref Oleh
KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan menentukan tim auditor yang terjun ke lapangan
tergantung dari segi besarnya entitas klien karena akan mempengaruhi jumlah anggota
pengauditan yang kami tugaskan. Kemudian kompleksitas transaksinya, kalau entitas klien
besar tetapi transaksinya tidak begitu kompleks jadi tim audit KAP Riza, Adi, Syahril &
Rekan tidak terlalu banyak sesuai standar yang ada dilapangan.
Proses output dari pemeriksaan auditor adalah opini terhadap kewajaran laporan
keuangan perusaahaan klien dan usulan kepada perusahaan klien untuk keberlangsungan
usaha klien dimasa mendatang. Proses pengauditan berlangsung selama 40 hari kerja, berapa
lama rillnya tergantung dari lapangan dan kerja sama pihak maanjemen, staf perusahaan
dengan auditor dalam penyajian data. Jadi yang terpenting jarak waktu tim audit dalam
menyelesaikan laporan audit tidak jauh menyimpang dari jadwal audit. Saat ini telah ada
software yang dikeluarkan oleh departemen keuangan untuk menentukan berapa lama suatu
akun diaudit oleh auditor apakah sekian menit atau sekian jam yang dikenal dengan nama
Software ATLAS.
5.1 Kesimpulan
Sebelum melakukan audit aset tetap terhadap klien, KAP Riza, Adi, Syahril &
Rekan biasanya akan mempelajari proses bisnis klien terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk
mempelajari dan memahami bagaimana proses bisnis klien sesungguhnya, apa saja kegiatan
dan kebijakan yang ditetapkan klien dalam mengelola aset tetapnya serta untuk menentukan
lingkup audit dan resiko audit. Selanjutnya KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan akan
mempelajari bagaimana pengendalian internal klien. Dalam mempelajari internal klien
biasanya KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan menggunakan kuesioner serta melakukan
wawancara dengan pihak perusahaan. Namun, untuk saat ini KAP Riza, Adi, Syahril &
Rekan lebih memilih untuk melakukan wawancara dan sangat jarang menggunakan
kuesioner. Terkait dengan proses audit aset tetap, KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan
mempunyai kebijakan jika klien yang diaudit merupakan klien baru, maka KAP Riza, Adi,
Syahril & Rekan akan memeriksa semua aset tetap yang terdaftar sebagai hak milik klien
serta meminta bukti kepemilikan aset dan kebijakan aset yang telah ditetapkan perusahaan.
Sedangkan jika perusahaan klien yang diaudit bukan merupakan perusahaan baru atau sudah
pernah diaudit oleh KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan pada periode sebelumnya, maka KAP
Riza, Adi, Syahril & Rekan tidak perlu memeriksa semua aset tetap perusahaan tetapi cukup
memeriksa aset yang merupakan penambahan pada tahun berjalan. Selanjutnya KAP Riza,
Adi, Syahril & Rekan akan menentukan materialitas terhadap aset yang diaudit. Untuk
materialitas ini tidak ada ketentuan atau kebijakan tertentu dari KAP Riza, Adi, Syahril &
Rekan. Besaran nilai materialitas ini tergantung dengan penilaian dan justifikasi masing-
masing auditor, tetapi secara umum nilai materialitas yang ditetapkan adalah sebesar 2,5%
dari total aset. Setelah proses pengauditan selesai selanjutnya KAP Riza, Adi, Syahril &
Rekan akan memberikan laporan hasil audit kepada perusahaan klien guna didiskusikan.
Selanjutnya KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan akan memberikan saran penyesuaian terhadap
jurnal ataupun laporan keuangan klien. Saran atau usulan penyesuaian ini boleh diterima atau
ditolak oleh klien. Jika usulan penyesuaian ini nilainya cukup material, maka penolakan
usulan penyesuaian oleh klien akan mempengaruhi opini yang nantinya akan diberikan oleh
auditor. Tetapi, jika usulan penyesuaian yang diberikan nilainya tidak material, maka tidak
akan mempengaruhi opini auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik, Jakarta: Salemba Empat.
Arens, Alvin A, Elder dan Beasley, 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi Jilid 1, Edisi 12, Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN