Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya kaitan
itu, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percapakan sehari-hari kita secara
spontan sering mengucapkan istilah kegiatan “belajar-mengajar” menjadi satu kesatuan.
Kegiatan mengajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan kegiatan belajar pada
diri siswa. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi
kegiatan belajar. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika pelajar secara aktif mengalami
sendiri proses belajar.
Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti yang kita ketahui ada
beberapa macam gaya belajar, yaitu Auditori (mendengar), Visual (melihat), dan
Kinestetik (bergerak). Belajar dapat dilakukan melalui melihat, mendengarkan, membaca,
menyentuh, bergerak, berbicara, bertindak, berinteraksi, merefleksi dan bahkan bermain.
Untuk mencapai perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak
terampil menjadi terampil manusia tidak sekedar duduk di belakang meja. Untuk belajar,
manusia perlu melakukan berbagai aktifitas. Bagi anak-anak, belajar dapat dilakukan
dengan bermain. Aktifitas bermain itulah sesungguhnya yang merupakan sarana belajar
anak. Artinya anak-anak belajar melalui kegiatan bermain.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana pandangan Belajar menrut Dienes?
2. Apa saja tahap-tahap belajar menurut Dienes?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar Dienes?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk dapat mengetahui:
1. Pandangan Belajar menrut Dienes
2. Tahap-tahap belajar menurut Dienes
3. Kelebihan dan kekurangan teori belajar Dienes

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR DIENES


Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya
pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya bertumpu pada teori Piaget
dan Bruner, dan pengembangannya diorientasikan pada anak-anak, sedemikian rupa
sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari
matematika.Seperti halnya Piaget dan Bruner, Dienes dianggap sebagai salah satu tokoh
konstruktivisme dan teori belajar yang diajukannya dimasukkan ke dalam rumpun teori
belajar kognitif.
Teori belajar Dienes sangat terkait dengan konsep pembelajaran dengan
pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Enaktif dan Menyenangkan), karena
teori ini menekankan tahap permainan, dimana tahap ini dapat membangkitkan semangat
dan membuat anak senang dalam belajar.
Terinspirasi dari Jean Piaget , Zoltan P. Dienes (1981) kemudian merumuskan
teorinya yang dikenal dengan teori dienes. Teori dienes memusatkan perhatiannya pada
cara-cara pengajaran matematika terhadap anak-anak sehingga sistem yang
dikembangkannya itu menarik bagi anak yang mempelajari matematika.
Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika
yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini
mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan
sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Sebagai
contoh, jika guru ingin mengajarkan konsep tentang persegi, maka guru disarankan untuk
menyajikan beberapa gambar persegi dengan ukuran berlainan.
Teori perkembangan kognitif Dienes melihat bahwa proses belajar seseorang
dilihat dari tingkat kemampuan kognitifnya. Dalam proses belajar mengajar tingkat
kognitif menjadi suatu hal yang sangat penting, karena kemampuan tingkat kognitif
seseorang tergantung dari usia seseorang, sehingga pola berpikir anak-anak tidak sama
dengan pola berfikir orang dewasa, semakin ia dewasa makin meningkat pula
kemampuan berpikirnya. Jadi, dalam memandang anak keliru jika kemampuan anak
dengan kemampuan orang dewasa sama, sebab anak bukan miniatur orang dewasa. Oleh
karena itu agar perkembangan kognitif seorang anak berjalan secara maksimal sebaiknya
diperkaya dengan pengalaman edukatif.

2
Dienes memandang bahwa setiap konsep (prinsip) matematika dapat dipahami
dengan tepat jika disajikan melalui bentuk yang konkret/fisik. Dienes menggunakan
istilah konsep untuk menunjuk suatu struktur matematika, suatu definisi tentang konsep
yang jauh lebih luas daripada definisi Gagne. Menurut Dienes, ada tiga jenis konsep
matematika yaitu konsep murni matematika, konsep notasi, dan konsep terapan .
1. matematis murni berhubungan dengan klasifikasi bilangan-bilangan dan
hubungan-hubungan antar bilangan, dan sepenuhnya bebas dari cara bagaimana
bilangan-bilangan itu disajikan. Sebagai contoh, enam, 8, XII, 1110 (basis dua),
dan Δ Δ Δ Δ, semuanya merupakan contoh konsep bilangan genap; walaupun
masing-masing menunjukkan cara yang berbeda dalam menyajikan suatu
bilangan genap.
2. Konsep notasi adalah sifat-sifat bilangan yang merupakan akibat langsung dari
cara penyajian bilangan. Fakta bahwa dalam basis sepuluh, 275 berarti 2 ratusan
ditambah 7 puluhan ditambah 5 satuan merupakan akibat dari notasi nilai tempat
dalam menyajikan bilangan-bilangan yang didasarkan pada sistem pangkat dari
sepuluh. Pemilihan sistem notasi yang sesuai untuk berbagai cabang matematika
adalah faktor penting dalam pengembangan dan perluasan matematika
selanjutnya.
3. Konsep terapan adalah penerapan dari konsep matematika murni dan notasi untuk
penyelesaian masalah dalam matematika dan dalam bidang-bidang yang
berhubungan. Panjang, luas dan volume adalah konsep matematika terapan.
Konsep-konsep terapan hendaknya diberikan kepada siswa setelah mereka
mempelajari konsep matematika murni dan notasi sebagai prasyarat. Konsep-
konsep murni hendaknya dipelajari oleh siswa sebelum mempelajari konsep
notasi, jika dibalik para siswa hanya akan menghafal pola-pola bagaimana
memanipulasi simbol-simbol tanpa pemahaman konsep matematika murni yang
mendasarinya. Siswa yang membuat kesalahan manipulasi simbol seperti 3x + 2
= 4 maka x + 2 = 4 – 3, = x, a2 x a3 = a6 berusaha menerapkan konsep murni
dan konsep notasi yang tidak cukup mereka kuasai.

B. TAHAP-TAHAP BELAJAR MENURUT DIENES


Menurut Dienes konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-
tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:
1. Permainan Bebas (Free Play)

3
Tahap yang paling awal dari pengembangan konsep bermula dari permainan
bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak
berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur
benda. Selama permainan, pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai
membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk
memahami konsep yang sedang dipelajari.
2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan
keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat
dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya. Jelaslah,
dengan melalui permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan
bagaimana struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang
diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa,
karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep
yang dipelajari itu.
3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam mencari kesamaan sifat, siswa mulai diarahkan dalam kegiatan
menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk
melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka
dengan mentranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi
ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan
semula.
4. Permainan Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis.
Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka
berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang
dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak. Dengan
demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya
abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak
untuk menemukan banyaknya diagonal poligon seperti berikut ini.
Segitiga, Segiempat, Segilima, Segienam, Segi dua puluh tiga
0 diagonal, 2 diagonal, 5 diagonal, ..... diagonal, …. diagonal
5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)

4
Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan
merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol
matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh, dari kegiatan
mencari banyaknya diagonal tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus
banyaknya diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat
anak.
6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa
dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-
sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar
dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema
dalam arti membuktikan teorema tersebut.
Pada tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta
membuktikannya, tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan tentang sistem
yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu sama lainnya.
Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan beserta sifat-sifat tertutup,
komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, dan mempunyai elemen invers,
membentuk sebuah sistem matematika. Dienes menyatakan bahwa proses
pemahaman ( abstracton) berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep
matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara
kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes
berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple
embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam
material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian
materi (multiple embodinent) dapat mempermudah proses pengklasifikasian
abstraksi konsep.
Menurut Dienes, variasi sajian materi hendaknya tampak berbeda antara satu dan
lainya, sehingga anak didik dapat melihat struktur dari berbagai pandangan yang
berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap setiap konsep matematika
yang disajikan. Berbagai sajian (multiple embodiment) juga membuat adanya
manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel matematika. Variasi
matematika dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai sejauh mana sebuah
konsep dapat digeneralisasi terhadap konsep yang lain. Dengan demikian,

5
semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu,
semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR MENURUT DIENES


Teori belajar menurut Dienes memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan teori belajar Dienes.
a. Dengan menggunakan benda-benda konkret, siswa dapat lebih memahami
konsep dengan benar,
b. Susunan belajar akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak membosankan,
c. Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif,
d. Konsep yang lebih baik dipahami dapat lebih mengakar karena siswa
membuktikannya sendiri,
e. Dengan banyaknya contoh dengan melakukan permainan siswa dapat
menerapkan ke dalam situasi yang lain.
2. Kelemahan teori belajar Dienes
a. Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar Dienes, karena teori ini
lebih mengarah kepermainan,
b. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama
c. Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarah siswa maka siswa
cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep.

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Teori belajar Dienes sangat terkait dengan konsep pembelajaran dengan pendekatan
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Enaktif dan Menyenangkan), karena teori ini
menekankan tahap permainan, dimana tahap ini dapat membangkitkan semangat dan
membuat anak senang dalam belajar.
2. Tahap-tahap belajar menurut Dienes adalah sebagai berikut:
a. Permainan Bebas (Free Play)
b. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
c. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
d. Permainan Representasi (Representation)
e. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
f. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
3. Kelebihan dan kekurangan teori belajar Dienes
a. Kelebihan teori belajar Dienes.
 Dengan menggunakan benda-benda konkret, siswa dapat lebih memahami
konsep dengan benar,
 Susunan belajar akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak membosankan,
 Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif,
 Konsep yang lebih baik dipahami dapat lebih mengakar karena siswa
membuktikannya sendiri,
 Dengan banyaknya contoh dengan melakukan permainan siswa dapat
menerapkan ke dalam situasi yang lain.
b. Kelemahan teori belajar Dienes
 Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar Dienes, karena teori
ini lebih mengarah kepermainan,
 Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama
 Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarah siswa maka siswa
cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep.

7
DAFTAR PUSTAKA

Darmansuyuti.2018.Teori Belajar Dienes.http://darnansuyuti.blogspot.com/2015/05/teori-


belajar-dienes.html Diakses tanggal 5 Oktober 2018
http://ilmumatematika.blogspot.com/2016/04/teori-belajar-dienes-tahap-tahap-
belajar.html?m=1

8
LAMPIRAN

A. DAFTAR HADIR
Jumat, 5 Oktober 2018
No Nama TTD
1 Gratiae Vestry Bleveni
2 Hildegardis P. S. Jehamat
3 Nike A. D. Mautey
4 Monika Noo
5 Inosensia Nida
6 Benedicta L. T. Werang
7 Sigismund K. Edo
8 Yeniarse P. Rohi
9 Stephany T. Mone
10 Mercy A. Ly

B. FOTO
Student Center Lama UNDANA, Jumat, 5 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai