Anda di halaman 1dari 4

Pengetesan Hasil Las

PROSEDUR DYE PENETRANT


1. UMUM
Dye penetrant Test dimaksudkan untuk mengindentifikasi kebocoran atau retak (crack) dari hasil pekerjaan
penyambungan dengan las / joint welded yang dilakukan pada sambungan nozzle neck ke flange atau pipa
ke flange. Alat pendeteksinya menggunakan cairan kimia.
2. CAIRAN
Jenis cairan kimia yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Cleaner (remover)
b. Penetrant (berwarna merah)
c. Developer (berwarna putih)

3. URUTAN KERJA
a. Awalan
 Membersihkan permukan lasan dengan menggunakan cairan cleaner.
 Dikeringkan dengan lap bersih atau dibiarkan sampai kering

b. Pengujian
 Digunakan cairan penetrant pada permukaan yang akan diuji dengan menyerapkan atau menuangkan ke area
sambungan yang diuji. Yang kemudian dibiarkan 2 (dua) sampai 30 (tiga puluh) menit sebelum dibersihkan.
 Bila terjadi crack ataupun kebocoran pada sambungan las tersebut, maka cairan penetrant tersebut akan masuk
mengisi cela-cela yang mengalami retak.
 Bila telah bersih dan kering, selanjutnya menuangkan atau menyerapkan cairan developer pada permukaan
yang diuji tersebut, dan dari hasil tersebut akan memberi tanda-tanda berikut :
. Jika cairan penetrant (merah) terlihat (menembus) cairan developer (putih) maka hal tersebut
menandakan bahwa pada area sambungan las tersebut terjadi crack atau kebocoran. Tindakan
yang harus dilakukan adalah melakukan perbaikan dengan type perbaikan berdasarkan pada
prosedur repare pengelasan storage tank. Dan tahap selanjutnya adalah melakukan ulang
pelaksanaan prosedur inspeksi Dye Penetrant.
. Bila tidak terjadi tembusan pada cairan developer (putih) atau perubahan warna pada permukaan, hal
tersebut menandakan bahwa sambungan pengelas dalam kondisi baik.

c. Pencatatan hasil pengujian dilakukan dalam formulir Liquid Penetrant Test Report.
IV. TESTING ( NDT ) PROCEDURE

1. DYE PENETRAN TEST


Dye Penetran Test dilakukan pada sambungan las – lasan dari nozzle neck ke flange dan nozzle neck ke
reinforcement.
Dye Penetran Test dimaksudkan untuk mengindentifikasi retak (crack) dan kebocoran pada sambungan las
tersebut.
Cairan :
Cairan kimia digunakan adalah sebagai berikut :
 Cleaner (Remover)
 Penetran (Berwarna merah)
 Developer (Berwarna putih)
Urutan kerja :
 Persiapan:
Bersihkan permukaan dengan menggunakan cleaner
Keringkan dengan lap bersih atau biarkan sampai kering.
 Pengujian
o Gunakan cairan penetran pada permukaan yang akan diuji dan biarkan 2 (dua) sampai 30 (tiga puluh)
menit sebelum dibersihkan
o Jika terjadi crack ataupun kebocoran pada sambungan las tersebut, maka cairan penetran akan masuk
mengisinya
o Setelah bersih dan kering, gunakan cairan developer pada permukaan yang di uji tersebut dan akan
memberi tanda-tanda berikut :
 Jika cairan penetran (merah) terlihat menembus cairan developer (putih), itu menandakan terjadi crack
atau kebocoran pada sambungan las tersebut, perbaikan harus dilakukan dan sambungan tersebut harus
diperiksa dan diuji kembali kemudian.

Jika tidak terjadi tembusan pada cairan developer (putih), itu menandakan sambungan las dalam kondisi
yang baik.
2. VACUUM TESTING
Vacuum Test dilakukan pada sambungan las antara bottom plat ke bottom plate plat.
Vacuum Test bertujuan untuk mengindentifikasi retak (crack) dan kebocoran pada sambungan las.
Cairan dan peralatan test
Air sabun
Mesin Compressor
Kotak Vacuum Test
Urutan kerja
Persiapan, Bersihkan permukaan las yang diuji
Pengujian
Gunakan air sabun pada permukaan yang akan di uji
Gunakan kotak Vacuum test dan buka katup yang menghubungkan kotak vacuum test dengan mesin
kompressor
Tekanan yang digunakan untuk proses ini paling sedikit 2 (dua) PSI
Jika terdapat crack atau kebocoran, maka pada sisi berlawanan dari permukaan sambungan yang diuji
akan terjadi gelembung udara.
Jika hal tersebut tidak terjadi, ini menandai sambungan las dalam kondisi yang baik.

3. WATER FILLING TEST ( Test Kebocoran Tanki )


3.1. Tahap pertama
 Tanki diisi dengan air sebanyak 25% dari kapasitas penuhnya
 Cek kebocorannya secara visual didaerah pengelasan dan nozzle-nozzlenya
 Bilamana tidak terjadi kebocoran, maka selanjutnya dicek leveling (toleransi kemiringan max. H/200,
dimana H=Ketinggian tanki)
3.2. Tahap kedua
 Tanki diisi 50% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesuai tahap pertama
 Cek kebocoran pada dinding-dinding pada level 50%, bila ada kebocoran maka pengisian air sementara
distop dulu untuk dilakukan perbaikan.
3.3. Tahap ketiga
 Tanki diisi 75% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesaui tahap pertama
 Cek kebocoran pada dinding-dinding pada level 75%, bila ada kebocoran maka pengisian air sementara
distop dulu untuk dilakukan perbaikan.
 Tanki diisi 100% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesuai tahap pertama
 Bila tanki sudah penuh dan sudah sesuai dengan level max. 100%, maka air didiamkan dalam tanki selama
3 x 24 jam, dan bila sudah mencapai 72 jam selanjutnya air dikeluarkan (Dewatering) dengan perlahan-
lahan dengan posisi manhole atas tetap selalu dibuka.
 Bilamana terjadi kebocoran maka harus diperbaiki terlebih dahulu lalu dilanjutkan
Tahap pengisian dapat dilaksanakan 2(dua) atau 1(satu) tahap saja, tergantung dari kapasitas tanki atau
sesuai persetujuan pihak Inspector (Owner), pengecekan dilaksanakan tahap demi tahap sesuai kebutuhan
atau kapasitas tanki dan disusun laporannya.
3.4. Tahap keempat
 Bila air didalam tanki sudah habis keluar semua, maka dilanjutkan dengan permerbsihan dinding-dinding
dan bottom tanki dengan air tawar agar dinding dan plat bottom tidak berkarat dan tidak kotor. Setelah
dinding & bottom sudah bersih maka dapat dilakukan inspeksi dengan Inspector (Owner) PT
PERTAMINA.
3.5. Tahap kelima / Tahap akhir
 Pemasangan manhole pada bagian dinding bawah dengan menggunakan gasket permanen.
Pengencangan baut-baut pada semua manhole sesuai dengan standard dari PERTAMINA.

Anda mungkin juga menyukai