Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Pendidikan Agama


Seksi : 2018
Bobot : 3 SKS
Dosen Pengampu : Syahrul Ismet, S.Ag., M.Pd

SOAL

1. Menurut paham sekulerisme, tidak ada hubungan antara agama


dengan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS). Agama
terkait dengan akhirat sedangkan selain agama adalah persoalan
dunia. Pembahasan agama pantasnya dilaksanakan di Mesjid
sedangkan IPTEKS dibicarakan di sekolah atau kampus. Jelaskan
pemahaman anda tentang hal ini.

2. Dalam konteks politik, ada pendapat yang melarang mengaitkan


agama dengan politik; ada pendapat yang menjadikan agama
sebagai roh berpolitik. Bagaimana pemahaman anda tentang
politik menurut Islam?

3. Terdapat beberapa bentuk pernikahan yang dilarang di dalam


Islam, antara lain nikah tahlil, nikah mut’ah, nikah hubungan
saudara. Namun, di Minangkabau terdapat lagi larangan menikah
dengan pasangan satu suku, serta kewarisan porsi lebih kepada
perempuan Minang. Bagaimana pendapat anda tentang hal
tersebut? Jelaskan dengan dalil dan argumentasi

4. Makanan yang diharamkan dalam al-Quran ada empat macam:


bangkai, darah, daging babi serta binatang yang disemblih bukan
karena Allah. Anda jelaskan dalilnya serta arumentasi ilmiah
kenapa diharamkan memakannya.

5. Terkait sejarah terlambatnya masuk Islam ke Indonesia (abad ke-


13) menjadikan ajaran animisme, dinamisme menjadi tradisi dan
melembaga, sampai saat ini. Terbukti dari kebudayaan masyarakat
yang mengamalkan ajaran Islam sekaligus tradisi klenik. Jelaskan
pendapat anda bagaimana upaya menjadikan pengamalan ajaran
agama yang baik dan benar.

6. Jelaskan apa saja manfaat mata kuliah pendidikan agama yang


anda ikuti saat ini, yang berhubungan dengan status pendidikan
sebagai mahasiswa dan sebagai seorang muslim. Berikan saran
dan masukan anda terkait proses perkuliahan yang telah diikuti.
JAWAB

Nama Lengkap Bima Aryadi


NIM 18019079
Jurusan/Prodi Bahasa Inggris/Sastra Inggris

1. Peran Islam dalam perkembangan IPTEKS adalah bahwa Syariah


Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEKS. Ketentuan halal-
haram (hukum-hukum syariah islam) wajib dijadikan tolok ukur dan
pemanfaatan IPTEKS, bagaimana pun juga bentuknya. IPTEKS yang
boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam.
Sedangkan IPTEKS yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah
diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan Kemuliaan.
Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila
diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap
Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat
(manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi


kemanusiaan,sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk
mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian
di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan
pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan
pandangan Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk
mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan Iptek
untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT
dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka
bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi
seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang
mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap
berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada
Allah.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang
fakta ilmiah, maka kemumgkinan yang salah adalah pemahaman dan
tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang
menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah
tafsiran filosofis atau paradigma materialisme yang beradadi balik wajah
ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari
melalui ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan( Al-Quran) dan
Sunnah Rasulullah SAW yang di pelajari melalui agama adalah sama-
sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan ) Allah SWT, maka tidak mungkin
satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena
keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta dan
Pemelihara seluruh Alam Semesta.

2. Politik dengan makna seperti ini merupakan dasar hukum, karena itu
tindakan-tindakan para penguasa negara yang terkait dengan kekuasaan
disebut dengan politik. . Ilmu politik adalah ilmu yang mengetahui tentang
macam-macam kekuasaan, perpolitikan sosial dan sipil, keadaan-
keadaannya : seperti keadaan para penguasa, raja-raja, pemimpin, hakim,
ulama, ekonom, penanggung jawab baitul mal dan yang lainnya.
Islam adalah agama yang mengikat segala sesuatunya dengan aturan
agama, begitupula didalam urusan politik ini. Islam tidak mengenal adanya
penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan, meskipun tujuan itu mulia.
Islam tidak hanya melihat hasil tetapi juga proses untuk mendapatkan hasil.
Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan bahwa islam bukanlah melulu aqidah
teologis atau syiar-syiar peribadatan, ia bukan semata-mata agama yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yang tidak
bersangkut paut dengan pengaturan hidup dan pengarahan tata
kemasyarakatan dan negara.
Oleh karena itu didalam berpolitik pun seorang politisi maupun pemimpin
islam diharuskan berpegang dengan rambu-rambu syariah dan akhlak mulia.
Dengan kata lain bahwa segala cara berpolitik yang bertentangan dengan
syariah atau melanggar norma-norma agama dan akhlak islam maka ia
dilarang.

3. Orang sesuku dalam adat minang bisa diklasifikasikan-menurut


pandangan syara'-kepada dua macam. Pertama, orang sesuku yang mahram.
Dan kedua, orang sesuku yang bukan mahram.
Adapun orang sesuku yang mahram tidak boleh dinikahi menurut syara'.
Misalnya ibu, saudara perempuan, saudara ibu yang perempuan, dan anak
perempuan dari saudara perempuan sebagai mana dalam ayat yang artinya:
"Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan " QS. An-nisa': 23.
Mereka adalah orang sesuku yang tidak boleh dinikahi, karena mahram
sebagaimana dalam ayat.
Macam kedua adalah orang sesuku yang bukan mahram. Seperti anak
perempuan dari saudara perempuan ibu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah yang artinya:
"…dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu…" QS. Al-
ahzab: 50.
Anak perempuan dari saudara perempuan ibu boleh dinikahi sebagaimana
dalam ayat di atas. Karena dia bukan mahram. Adapun menurut adat,
pernikahan seperti ini tidak dibolehkan, karena anak perempuan dari saudara ibu
adalah orang sesuku.
Berdasarkan klasifikasi di atas, maka hukum menikah dengan sesuku
dapat kita rinci sebagai berikut:
Pertama, menikah dengan orang yang tidak sesuku dan bukan mahram
tidak bertentangan dengan agama dan tidak juga melanggar aturan adat.
Kedua, menikah dengan sesuku yang mahram bertentangan dengan
agama dan aturan adat.
Ketiga, menikah dengan sesuku yang bukan mahram. Inilah yang menjadi
fokus dari pertanyaan yang akhi sampaikan.
Ada sebuah kaidah yang menjelaskan bahwa adat dan kebiasaan tidak
bisa merubah hakikat hukum yang sudah ditetapkan dalam agama. Artinya,
menikah dengan sesuku yang bukan mahram hukumnya adalah sah dan tidak
batal menurut syara'. Lalu apa sikap kita terhadap aturan adat yang tidak
membolehkan demikian?
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw pernah berkata kepada Aisyah:
"Wahai Aisyah! Kalau bukan karena kaummu tidak dekat masanya dengan
jahiliyah (masih baru Islam,) sungguh saya akan perintahkan untuk
menghancurkan ka'bah dan saya masukkan bagian yang lain kedalamnya
(seperti yang dibangun Ibrahim. As)." HR. Bukhari.
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa penerapan hukum syar'i perlu
disesuaikan dengan kesiapan masyarakat untuk menerimanya. Karena itu,
penerapan ini membutuhkan pemahaman terhadap apa yang dikenal dengan
istilah fiqhul waqi' dan fiqhud dakwah.
Bila penerapan hukum pada masyarakat di suatu tempat akan
menimbulkan gejolak, atau sanksi yang memberatkan, maka penerapan itu bisa
ditanguhkan sampai masyarakat memiliki kesiapan untuk itu.
Dalam adat minang, sebenarnya ada aturan-aturan yang baku dan tidak
bisa diubah, seperti dalam pepatah minang "Nan Indak lakang dek paneh, nan
indak lapuak dek ujan". Di antaranya adalah seperti kepatutan menurut agama,
menurut peri kemanusiaan, menurut hukum alam yang didasarkan pada kodrat
ilahi, atau menurut tempat dan waktu. Aturan ini dikenal dengan istilah adat nan
sabana adat.
Selain itu ada juga aturan-aturan yang bisa berubah-ubah berdasarkan
pada kesepakatan. Sebagaimana dalam pepatah "Nan elok dipakai jo mufakat,
nan buruak dibuang jo hetongan, Adat habih dek bakarilahan." Aturan ini dikenal
dengan istilah adat nan diadatkan.
Ada juga kebiasaan yang sifatnya adalah peribadi atau individu yang bisa
ditambah dan dikurangi atau ditinggalkan. Hal ini dikenal dengan istilah adat nan
teradat.
Terakhir adalah adat yang sifatnya kelaziman yang berubah-ubah
mengikuti alur yang ada pada masing-masing tempat. Seperti kesenian,
perhelatan dll. Hal ini dikenal dengan istilah adat istiadat.
Keempat kelompok dari adat ini merupakan modal dasar bagi para da'i
untuk melakukan pembaharuan adat di masa mendatang sesuai dengan aturan
syara' yang sempurna. Peluang ini cukup terbuka untuk dialakuan sebagaimana
yang pernah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Apalagi adat minang
memiliki falsafah dasar "adat basandi syara', syara' basandi kitabullah" sebagai
mana yang akhi sampaikan. Namun perlu kesabaran dalam memberikan
pemahaman kepada masyarakat sesuai dengan bahasa yang mereka pahami.
Sehingga mereka memiliki kesiapan untuk menyepakati aturan yang sesuai
dengan syara' yang menjadi dasar bagi adat minang.

4. Bangka (Al Maitah

Bangkai( al maitah )adalah setiap hewan yang matinya tidak wajar, tanpa lewat
penyembelihan yang syar’i. Contohnya adalah:

 Al munkhoniqoh :hewan yang mati dalam keadaan tercekik.


 Al mawquudzah :hewan yang mati karena dipukul dengan tongkat atau
selainnya.
 Al mutaroddiyah :hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
 An nathiihah :hewan yang mati karena ditanduk.
 Hewan yang diterkam binatang buas.

Jika hewan-hewan di atas ini masih didapati dalam keadaan bernyawa, lalu
disembelih dengan cara yang syar’i, maka hewan tersebut menjadi halal karena
Allah Ta’ala berfirman,

‫إِ اَّل َما ذَ اك ْيت ُ ْم‬

“kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”

Yang termasuk bangkai adalah segala sesuatu yang terpotong dari hewan yang
masih hidup. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٌ‫ي َم ْيت َة‬


َ ‫ِي َحياةٌ فَ ِه‬
َ ‫َما قُطِ َع مِ ْن ْالبَ ِهي َم ِة َوه‬

“Apa yang dipotong dari binatang dalam keadaan hidup, maka sesuatu tersebut
adalah bangkai( ”.HR. Abu Daud no. 2858, At Tirmidzi no. 1480, Ibnu Majah no.
3216, Ahmad 5/218. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Lihat Shohihul Jaami ’no. 5652)
Namun ada dua bangkai yang dikecualikan keharamannya, artinya bangkai
tersebut halal yaitu bangkai ikan dan bangkai belalang. Hal ini berdasarkan
hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ‫َان فَ ْال ُحوتُ َو ْال َج َرا ُد َوأ َ اما ال اد َما ِن فَ ْال َكبِ ُد َو‬
‫الط َحا ُل‬ ِ ‫أُحِ لاتْ لَنَا َم ْيتَت َا ِن َو َد َم‬
ِ ‫ان فَأ َ اما ْال َم ْيتَت‬

“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah
ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa( ”.HR.
Ibnu Majah no. 3218. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kedua: Darah yang mengalir

Pengharaman hal ini berdasarkan Surat Al Maidah ayat 3 di atas. Adapun darah
yang jumlahnya sedikit semacam darah yang masih menempel di urat daging
sembelihan dan sulit dibersihkan, maka itu dimaafkan.

Ketiga: Daging babi

Selain pengharamannya dalam surat Al Maidah ayat 3 di atas, Allah Ta’ala juga
berfirman,

ْ َ‫طاع ٍِم ي‬
ٍ ‫طعَ ُمه ُ إِ اَّل أ َ ْن يَ ُكونَ َم ْيتَةً أ َ ْو َد ًما َم ْسفُو ًحا أ َ ْو لَحْ َم خِ ْن ِز‬ ُ
ٌ ْ‫ير فَإِناهُ ِرج‬
…‫س‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ي ُم َح ار ًما‬ َ ِ‫قُ ْل ََّل أ َ ِج ُد فِي َما أوح‬
‫ي إِلَ ا‬

“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,


sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena
sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang disembelih atas nama
selain Allah( ”.QS. Al An’am: 145)

Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Yang diharamkan dari babi


adalah seluruh bagian babi. Sedangkan di sini disebutkan dagingnya saja karena
biasanya yang dimakan adalah dagingnya]1[”.

Keempat: Hewan yang disembelih atas nama selain Allah


Dalil pengharamannya selain surat Al Maidah ayat 3 di atas, Allah Ta’ala juga
berfirman,

‫علَ ْي ِه َوإِناهُ لَ ِف ْس ٌق‬ ‫َو ََّل ت َأ ْ ُكلُوا مِ اما لَ ْم يُ ْذك َِر ا ْس ُم ا‬


َ ِ‫َّللا‬

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama


Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan( ”.QS. Al An’am: 121)

Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang muslim untuk memakan hasil
sembelihan orang musyrik, majusi atau orang yang murtad (non ahli kitab).
Sedangkan untuk hasil sembelihan ahli kitab (yaitu Yahudi dan Nashrani) itu
dibolehkan untuk dimakan selama tidak diketahui jika ia menyebut nama selain
Allah .Landasan dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala,

“ Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu ”.(QS.
Al Maidah: 5). Yang dimaksud dengan makanan dalam ayat di sini adalah hasil
sembelihan ahli kitab (Yahudi dan Nashrani). Hal ini sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Abu Umamah, Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah,
‘Atho’, Al Hasan, Makhul, Ibrohim An Nakhoi, As Sudi, dan Muqotil bin Hayyan.

5. Pengamalan Agama adalah budaya manusia, bukan aturan Tuhan, namun


respon manusia dalam menjalankan aturan Tuhan yang tertera dalam dir dan
syari’at.
Wahyu merupakan nilai luhur atau pesan moral bila tidak dioperasionalkan
dalam menciptakan sistem sebagai instrumen untuk mengimplementasikan
nilai maksud, maka tidak akan berfungsi membangun peradaban dan
memecahkan masalah kehidupan. Manusia memperoleh pengetahuan
agama melalui periwayatan berkesinambungan dari orang-orang terpercaya
dan tidak mungkin berdusta at-tawatur). Kebenaran pengetahuan agama
dapat pula diperoleh melalui bukti-bukti historis, argumen-argumen rasional
dan pengalaman pribadi.
6. Memperkenalkan kepada genersi muda akan akidah islam,
dasar-dasarnya ,asal-usul ibadat cara-cara melaksanakannya dengan
betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah
agama dan menjalankan dan menghormati syiar-syiar menumbuhkan
kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama termasuk prinsip-
prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulai.
Menanamkan keimanan Allah pencipta alam, dan kepada malaikat,
rasul-rasul , kitab-kitab, dan hari akhir berdasarkan pada paham
kesadaran dan perasaan, Menumbuhkan minat generasimu dan untuk
menambahkan pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan
dan untuk mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan
kerelaan.
Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-
qur‘an membacanya dengan baik memahaminya dan mengamalkan
ajaran-ajarannya. Menumbuhkan rasa
banggaterhadapsejarahdankebudayaanislamdanpahlawan-pahlawannya
dan mengikuti jejak mereka.
Menumbuhkan rasa relaoptinisme, kepercayaandiri,
tanggungjawab, menghargai kewajiban, tolong menolong atas kebaikan
dan takwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar ,berjuang untuk kebaikan,
memegang teguh pada prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air dan
siap untuk membelanya
Mendidik naluri, motivasi dan keinginan generasi muda dan
menguatkannya dengan akidah nilai-nilai, dan membiasakan mereka
menahan motifasinya, mengatur emosi dan membibingnya dengan baik.
Begitu juga mengajar mereka berpegang dengan adab sopan pada
hubungan dan pergaulan mereka baik di rumah, di sekolah maupun di
mana saja.
Tanpa agama hidup tak akan ada tujuan hidup didunia ini tujuannya
hanya satu yaitu mengerjakan perintah Allah SWT dan menjauhi
larangannya. Dengan belajar agama dapat memberikan tuntunan untuk
mengerjakan apasaja yang harus dikerjakan dan apasaja yang tidak boleh
dikerjakan.
Dengan belajar agama dapat memberikan tuntunan untuk
mengerjakan apasaja yang harus di kerjakan dan apa yang tidak boleh di
kerjakan karna di dunia sangat banyak godaan syeitan untuk melakukan
sesuatu yang dilarang Allah SWT.
Ajaran agama mengandung unsur-unsur yang positif bagi
kehidupan didunia. Tanpa adanya ajaran agama, bagi hidup tanpa arah
dan tujuan. Agama menjadi diri pribadi yang baik yang selalu menuntun
kearah yang benar. Makanya, belajar agama itu sangat penting sekali bagi
kehidupan. Setelah kita mempelajari ajaran-ajaran agama, dapat
memberikan manfaat positif bagi kehidupan kita.

Catatan:
 Jawaban dikirim ke email: syahrulsaja4@gmail.com
 Jawaban diterima paling lambat Senin, 17-12-2018 jam 18.00 WIB
 E-mail yang diterima akan dikofirmasi “DITERIMA dan TERBACA” paling lambat
2x24 jam, jika tidak ulangi mengirim dengan alamat yang benar
 Format file: microsoft word [AGAMA_Nama_2018]

Anda mungkin juga menyukai