Anda di halaman 1dari 15

.

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

Oleh; Shopiati Merdika nugraha, 1106012741

I. Kasus (masalah utama)


Waham

II. Proses Terjadinya Masalah


Waham adalah keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus menerus
namun tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, Akemat, Helena,Nurhaeni, 2015).
Jenis waham diantaranya menurut Keliat, Akemat, Helena, Nurhaeni (2015):
1. Waham agama: memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
2. Waham kebesaran: meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus ,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini Gubernur Jawa Barat, kalian harus hormat pada saya” padahal
klien seorang pedagang.
3. Waham somatik: meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuh terganggu atau terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker” setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker namun klien terus mengatakan bahwa ia kanker.
4. Waham curiga: meyakini bahwa seseorang atau kelompok berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu, saudara ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan
kesuksesan saya.”
5. Waham nihilistik: Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau
meninggal, diucapkan berulang kali tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

III. Data Yang Perlu Dikaji


.

Faktor predisposisi terjadinya kelainan neurobiologist waham antara lain stressor


biologis dan lingkungannya (Stuart & Sundeen, 1998). Sedangkan faktor pemicu yang
menyebabkan faktor respon neurobiologis yang maladaptif pada waham dipengaruhi
antara lain oleh faktor kesehatan, lingkungan dan perilaku (Stuart & Sundeen, 1998).

Proses terjadinya waham adalah sebagai berikut:


Seseorang merasa diancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi. Hal tersebut menyebabkan orang tersebut mencoba
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau obyek realitas dengan menyalah artikan
kesan terhadap kejadian. Akibatnya Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan
internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran dan keinginan negatif/tidak dapat
diterima menjadi eksternal. Secara terus menerus Individu mencoba memberi
pembenaran/rasional/alasan interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau
orang lain.

Tanda dan Gejala Waham

Tanda dan gejala klien dengan waham yaitu menolak makan, tidak ada perhartian
merawat diri, ekspresi sedih/gembira/takut, gerakan tiidak terkontrol, mudah
tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan, menghindari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara
berlebihan.

IV. Pohon masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Gangguan proses pikir: Waham…….

Harga diri rendah


.

Diagnosa keperawatan
1. Gangguan proses pikir: Waham
2. Kerusakan komunikasi verbal
3. Harga diri rendah

V. Rencana tindakan keperawatan


(terlampir)

VI. Referensi

Keliat, B.A., Akemat., Helena, N., Nurhaeni. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Nurse). Jakarta: EGC.

Stuart, G.W., Sundeen, S.J. (1998)> Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:
EGC
.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS Dr. H. MARZOEKI MAHDI
KLIEN DENGAN WAHAM
Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Tu Tujuan Kriteria evaluasi Strategi/ intervensi
Perubahan
proses pikir: TUK 1:
Waham Klien dapat Setelah 1x45 menit interaksi, Bina hubungan saling percaya dg Hubungan saling percaya yang baik
kebesaran membina keluarga menunjukkan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi merupakan dasar yang kuat bagi keluarga
TUM: hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik: dalam mengekspresikan perasaannya.
Klien tidak percaya dengan 1.1.Keluarga dapt berinteraksi secara 1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik  Menunjukkan keramahan dan sikap
mengalami perawat aktif dengan perawat, yang verbal maupun non verbal. bersahabat.
waham ditunjukkan dengan : 1.1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan  Agar klien tidak ragu kepada perawat.
a. Ekspresi wajah bersahabat. perawat dan tujuan perawat
b. Menunjukkan rasa senang. berkenalan.
c. Ada kontak mata. 1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama  Menunjukkan bahwa perawat ingin
d. Mau berjabat tangan. panggilan yg disukai klien. kenal dengan klien.
e. Mau menyebutkan nama. 1.1.4. Tunjukkan sikap jujur dan  Agar klien percaya kpd perawat.
f. Mau duduk berdampingan menepati janji setiap berinteraksi
dengan perawat. dengan klien.
g. Bersedia mengungkapkan 1.1.5. Tunjukkan sikap empati dan  Penerimaan yang sesuai dengan keadaan
masalah yang dihadapi. menerima klien apa adanya. yang sebenarnya dapat meningkatkan
keyakinan pada keluarga serta merasa
adanya suatu pengakuan.
1.1.6. Tanyakan perasaan klien dan  Perhatian yang diberikan dapat
masalah yang dihadapi klien. meningkatkan harga diri klien.
Dengarkan dengan penuh
perhatian.
1.1.7. Hindari respon mengkritik atau
 Respon mengkritik atau menyalahkan
menyalahkan saat klien dapat menimbulkan adanya sikap
.

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tu Tujuan Kriteria evaluasi Strategi/ intervensi
mengungkapkan perasaanya. penolakan.
1.1.8. Buat kontrak interaksi yang jelas.  Memberi info tentang kontrak waktu.

TUK 2: Klien menceritakan ide-ide dan 2.1.1. Bantu klien untuk mengungkapkan  Mengidentifikasi hubungan klien
Klien dapat perasaan yang muncul secara perasaan dan pikirannya dengan lingkungan sekitar.
mengidentifikasi berulang dalam perasaannya - Diskusikan pengalaman yang
perasaan yang dialami selama ini termasuk
muncul secara hubungan dengan orang yang
berulang dalam berarti, lingkungan dan kerja.
pikiran klien -
- Dengarkan pernyataan klien  Menunjukkan perhatian.
dengan empati tanpa
mendukung atau menentang
waham.  Menunjukkan kepedulian
- Katakan perawat dapat
memahami apa yang diceritakan
klien.
TUK 3: 3.1. Dapat menyebutkan kejadian- 3.1.1. Bantu klien untuk  Mengidentifikasi stresor waham.
Klien dapat kejadian sesuai urutan waktu mengidentifikasi kebutuhan yang
mengidentifikasi serta harapan atau kebutuhan tidak terpenuhi serta faktor
stressor atau dasar yang tidak terpenuhi. pencetus waham.
pencetus 3.2. Dapat menyebutkan hubungan - Diskusikan tentang kejadian
wahamnya antara kejadian traumatis atau traumatik yang menimbulkan
kebutuhan tidak terpenuhi rasa takut, ansietas maupun
dengan wahamnya. perasaan tidak dihargai.  Mengidentifikasi kebtuhan/harapan yg
- Diskusikan kebutuhan atau blm terpenuhi.
harapan yang belum terpenuhi.
- Diskusikan cara mengatasi  Klien bisa koping terhadap
kebutuhan yang tidak tepenuhi
.

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tu Tujuan Kriteria evaluasi Strategi/ intervensi
dan kejadian yang traumatis. ketidakpuasan.
- Diskusikan apakah ada
halusinasi yang meningkatkan
pikiran terkait wahamnya.  Mengidentifikasi adakah kaitannya dg
- Diskusikan dengan klien antara halusinasi.
kejadian-kejadian tersebut
dengan wahamnya.  Mencari kaitan antara kejadian dg
waham.
TUK 4: Klien dapat menyebutkan perbedaan 4.1.1. Bantu klien mengidentifikasi  Mengidentifikasi pengalaman waham.
Klien dapat pengalaman nyata dengan keyakinannya yang salah tentang
mengidentifikasi pengalaman wahamnya situasi yang nyata.
wahamnya - Diskusikan pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentasi.  Tidak mendukung waham klien.
- Katakan akan keraguan
perawat terhadap pernyataan  Mengidentifikasi perasaan.
klien.
- Diskusikan respon perasaan  Mengidentifikasi frekuensi,
terhadap wahamnya. intensitas&durasi waham.
- Diskusikan frekuensi,  Mengorientasikan pd realitas.
insensitas dan durasi tejadinya
waham.
- Bantu klien membedakan
situasi nyata dengan situasi
yang dipersepsikan salah oleh
klien.
TUK 5: Klien menjelaskan gangguan fungsi 5.1.1. Diskusikan pengalaman-  Klien dapat mengidentifikasi
Klien dapat hidup sehari-hari yang diakibatkan pengalaman yang tidak konsekuensi dari wahamnya terhadap
mengidentifikasi ide-ide atau pikiran yang tidak sesuai menguntungkan sebagai akibat dari interaksi dg org lain.
.

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tu Tujuan Kriteria evaluasi Strategi/ intervensi
konsekuensi dari kenyataan seperti: wahamnya, seperti:
wahamnya - hubungan dengan keluarga - Hambatan dalam berinteraksi
- hubungan antara orang lain dengan keluarga.
- pekerjaan dan prestasi - Hambatan dalam berinteraksi
dengan orang lain.
- Hambatan dalam melakukan
aktivitas sahari-hari.
- Perubahan dalam prestasi  Agar klien menyadari bahwa waham
kerja. hrs diatasi.
5.1.2. Ajak klien melihat bahwa waham  Memfasilitasi klien utk
tersebut adalah masalah yang mengendalikan waham.
membutuhkan bantuan orang lain.
5.1.3. Diskusikan orang atau tempat klien
meminta bantuan apabila
wahamnya timbul atau sulit
dikendalikan.
TUK 6: Setelah beberapakali interaksi klien 6.1.1. Diskusikan hobi/ aktivitas yang  Klien dapat menerapkan teknik
Klien dapat mampu melakukan aktivitas yang disukainya. distraksi saat terjadi waham
melakukan konstruktif sesuai dengan minatnya 6.1.2. Anjurkan klien memilih dan
teknik distraksi yang dapat mengalihkan focus klien melakukan aktivitas yang
sebagai cara dari wahamnya membutuhkan perhatian dan
menghentikan keterampilan fisik.]
pikiran yang 6.1.3. Ikut sertakan klien dalam aktivitas
terpusat pada fisik yang membutuhkan perhatian
wahamnya sebagai pengisi waktu luang.
6.1.4. Libatkan klien dalam TAK
orientasi realita.
6.1.5. Bicara dengan klien topik=topik
yang nyata.
6.1.6. Anjurkan klien untuk bertanggung
.

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tu Tujuan Kriteria evaluasi Strategi/ intervensi
jawab secara personal dalam
mempertahankan/ meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya.
6.1.7. Beri penghargaan bagi setiap upaya
klien yang positif
TUK 7: 7.1 Setelah berinteraksi beberapa kali 7.1.1. Diskusikan pentingnya peran serta  Klien mengetahui keluarga
Klien mendapat keluarga dapat menjelaskan keluarga sebagai pendukung untuk mendukungnya sehingga dapat pulih
dukungsan tentang mengatasi waham. kembali
keluarga - pengertian waham 7.1.2. Diskusikan potensi keluarga untuk
- tanda dan gejala waham membantu klien mengatasi waham.
- penyebab dan akibat waham 7.1.3. Jelaskan pada keluarga tentang:
- cara merawat klien waham - Pengertian waham
7.2 Setelah berinteraksi beberapa - Tanda dan gejala waham
kali keluarga dapat - Penyebab dan akibat waham
mempraktekkan cara merawat - Cara merawat klien waham
klien waham. 7.1.4. Latih keluarga cara merawat
waham.
7.1.5. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan.
7.1.6. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di
RS.
TUK 8: 8.1 Setelah berinteraksi beberapa kali 8.1.1. Diskusikan dengan klien tentang  Agar klien mampu mengontrol waham
Klien klien menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum dengan patuh obat.
memanfaatkan - manfaat minum obat obat, nama, warna, dosis, cara, efek
obat dengan baik - kerugian tidak minum obat terapi, efek samping penggunaan
- nama, warna, dosis, efek terapi obat
dan efek samping obat 8.2 Pantau klien saat penggunaan obat
8.2 Setelah berinteraksi beberapa - Beri pujian jika klien menggunakan
.

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tu Tujuan Kriteria evaluasi Strategi/ intervensi
kali klien mendemonstrasikan obat dengan benar
penggunaan obat dengan benar 8.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat
8.3 Setelah berinteraksi beberapa tanpa konsultasi dengan dokter
kali klien menyebutkan akibat - Anjurkan klien untuk konsultasi
berhenti minum obat tanpa kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-
konsultasi dokter hal yang tidak diinginkan
.

STRATEGI PELAKSANAAN
WAHAM
A. Kondisi Klien :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga,
keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan. Takut, kadang panik.
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas. Ekspresi tegang, mudah tersinggung

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : waham

C. Tujuan
- Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
- Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
- Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
D. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah:
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
- Bantu orientasi realita
 Tidak mendukung atau membantah waham pasien
 Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
 Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
 Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
 Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
.

 Berdiskusi tentang obat yang diminum


 Melatih minum obat yang benar

E. Strategi Tindakan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi
Orientasi:

“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung, saya
mahasiswa keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang akan praktek di
ruangan ini selama 2 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya
yang akan merawat Bapak pagi ini.”

“Nama Bapak siapa?Senangnya dipanggil apa?”

“Pak K, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Pak K rasakan sekarang?”

“Berapa lama Pak K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

“Bapak mau kita berbincang-bincang di mana?”

Kerja:

“Saya mengerti Pak K merasa bahwa Pak K adalah seorang…., tapi yang Bapak rasakan tidak
dirasakan oleh orang lain”

“Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak rasakan?”

“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”

“Siapa menurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak?”

“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik Bapak yang lain?”

“Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”

“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”
.

Terminasi :

“Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah Bapak mau kita berbincang-bincang lagi atau
sampai disini saja?”

“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?”

“Apa saja yang sudah kita bicarakan Pak”

“Bagaimana kalau saya kembali lagi 2 jam lagi”

“Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang mengenai hobi Bapak?”

“Jadi Bapak, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang Bapak rasakan, Bapak
ingin seperti apa dan jadwal yang sudah kita buat”

“Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”

SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya
Orientasi :
“Selamat Pagi, bagaimana perasaan Bapak saat ini? Bagus!”

“Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Bapak?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Bapak tersebut?”

“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”

Kerja :
“Apa saja hobi bapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?”

“Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti
itu lho Pak”

“Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada Bapak, dimana?”

“Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”

“Wah..baik sekali permainannya”


.

“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali sehari/seminggu Bapak
mau bermain volley?”

“Apa yang Bapak harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain volley?”

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau mau
dilanjutkan?”

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
Bapak?”

“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya?”

“Besok kita ketemu lagi ya bang?”

“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”

“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Bapak minum, setuju?”

“Kalai begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi”


.

SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar


Orientasi :
“Selamat Pagi Pak?.”

“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali”

“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang Bapak minum?”

“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”

“Berapa lama Bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

Kerja :
“Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?”

“Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”

“Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya
abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.

“Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”

“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bapak tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau lanjut?”

“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B minum?
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak? Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Pak!”
.

“Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. EGC : Jakarta

Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai