Abstrak
Kayu merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui dan merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Dalam keseharian
tindakan pengawetan kayu hanya dimaksudkan agar kayu dapat bertahan lebih lama dalam
pemakaian karena tidak lagi diserang oleh organisme-organisme perusak kayu. Keawetan kayu
berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai
lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu.
Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor
perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Tujuan utama pengawetan kayu adalah
memperpanjang umur pemakaian bahan,sehingga dapat mengurangi biaya akhir dari produk itu
dan menghindari penggantian yang terlalu sering dalam konstruksi yang permanen maupun semi
permanen yang cocok mempunyai pengaruh lain yang nyata dalam bidang penggunaan kayu
,yaitu dimungkinkannya penggunaan banyak jenis kayu yang sebelumnya dianggap kurang baik
sama sekali atau terutama karena jenis kayu tersebut sacara alami yang kurang awet dan hanya
memberikan suatu umur pakai yang pendek apabila tidak diawetkan.
Pendahuluan
Kayu adalah bagian belakang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena
mengalami ignifikasi(pengayuan). Kayu mudah rusak dalam pemakaian karena empat hal,
pertama karena gaya-gaya mekanik atau beban yang melampaui kekuatan kayu, kedua karena
serangan organisme perusak seperti jamur, rayap dan sebagainya, ketiga karena api dan keempat
karena cuaca yaitu hujan, panas dan angin. Tindakan pengawetan kayu hanya dimaksudkan agar
kayu dapat bertahan lebih lama dalam pemakaian karena tidak lagi diserang oleh organisme-
organisme perusak kayu. Pengawetan kayu tidak mengatasi problema kerusakan kayu karena
gaya mekanik, karena api ataupun karena cuaca.
Pengawetan kayu selanjutnya merupakan tindakan atau perlakuan terhadap kayu dengan
menggunakan bahan-bahan kimia untuk mencegah organisme perusak menyerang kavu. Dengan
demikian kayu yang telah diawetkan menjadi lebih tahan lama pada konstuksi bangunan.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pengawetan kayu?
2. Penyebab kerusakan kayu?
3. Apa bahan untuk pengawetan kayu?
4. Apasajakah metode pengawetan kayu?
5. Apa kelebihan dan kekurangan metode pengawetan kayu?
6. Bagaimana sifat dari kayu sesudah di awetan kayu?
Tujuan
1. Mengetahui definisi dari pengawetan kayu
2. Mengetahui penyebab kerusakan kayu
3. Mengetahui bahan untuk pengawetan kayu
4. Mengetahui apasajakah metode pengawetan kayu
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pengawetan kayu
6. Mengetahui sifat dari kayu sesudah di awetkan
Pembahasan
b. Metode pencelupan
kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan
konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan
detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak
memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan
cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di
industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan
pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan
lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan
pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
c. Metode pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu
terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara
pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu,yaitu:
1. Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk
mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.
2. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum
merusak kayu (represif).
3. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya
dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat
(ganas).
d. Metode pembalutan
Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang
dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya
dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
2. Pengawetan Metode Khusus atau Cara Pengawetan dengan Tekanan.
Yaitu cara pengawetan kayu dalam tangki tertutup (silinder) dan dengan tekanan.
Bahkan agar hasil pengawetan lebih optimal dapat juga dilakukan perlakuan pem-
vakuman ruang pengawetan baik pada awal maupun akhir prosesnya.
Proses pengawetan kayu dengan tekanan akan menghasilkan peresapan bahan
pengawet yang lebih dalamdan banyak. Kayu yang diawetkandapat berupa kayu persegi
atau kayu bulat (tanpa kulit) yang nantinyaakan digunakan di luar ruangan atau
berhubungan dengan tanah dan air. Yang termasuk jenis cara pengawetan ini adalah
sebagai berikut :
a. Metode proses sel penuh
Pada proses sel penuh, pengawetan kayu dilakukan dengan usaha untuk
memasukkan bahan pengawet sebanyak munkin ke dalam kayu dengan proses
penekanan. Bahan pengawet ini berusaha disisikan penuh-penuh ke dalam kayu
dan dipertahankan untuk tetap tinggal di dalamnya, sehingga di bagian kayu yang
diawetkan terdapat bahan dalam jumlah maksimum. Setiap sel penyusun kayu
akan diisi penuh dengan bahan pengawet sedalam-dalamnya ke dalam kayu serta
retensi bahan pengawet sebanyak-banyaknya.
Bahan pengawet yang lazim digunakan dalam proses sel penuh adalah
bahan pengawet yang dilarutkan dalam air. Meskipun demikian, bahan pengawet
berupa minyak atau bahan pengawet yang dilarutkan dapat digunakan, jumlah
bahan pengawet yang diharapkan semakin banyak yang tertinggal di dalam kayu
dapat diusahakan dengan membuat bahan pengawet ini lebih pekat. Oleh karena
itu, konsentrasi bahan pengawet di buat lebih tinggi. Proses yang digunakan pada
metode ini antara lain :
1. Proses Bethel
Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet kreosot dengan
urutan proses sebagai berikut :
- Kayu dimasukkan ke dalam tangki silinder kemudian dilakukan pemvakumar,
15-60 menit.
- Selanjutnya bahan pengawet panas (suhu 85 – 100 derajat celcius)
dimasukkan ke dalam silinder sambil di berikan tekana 125 – 200 psi.
Tekanan dipertahankan beberapa saat agar absorbsi bahan pengawet ke dalam
kayu tercapai.
- Setelah itu tekanan dalam tangki silinder secara perlahan-lahan dikurangi
hingga mencapau tekanan dengan udara luar (atmosfir).
- Selanjutnya sisa minyak dikeluarkan dari tangki silinder sambil diadakan
pemvakuman lagi beberapa saat. Pemvakuman dimaksudkan untuk
mengeringkan kayu.
- Setelah itu pemvakuman tangki silinder pengawet dilepas ( diakhiri), sehingga
udara bisa masuk dan tekanan dalam tangki silinder kembali menjadi normal
sama dengan udara sekitarnya.
2. Proses Burnet
Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet larut dalam aur
beruapa Zn Cl2 (seng klorida). Secara umum urutan prosesnya sama dengan
proses Bethel, hanya seng khlorida panas suhunya 55 – 65 C dan
konsentrasinya 2 -4 %.
b. Metode sel kosong
Pada proses sel kosong, meskipun pengawetan yang dilakukan juga
dengan menekan bahan pengawet agar masuk ke dalam kayu, penekanan ini tidak
bertujuan untuk mengisi setiap sel kayu secara penuh dengan bahan peengawetan,
melainkan hanya melapisi sel-sel penyusun kayu dengan bahan pengawet
tersebut. Karena sel kayu hanya di lapisi bahan pengawet, bagian dalam sel kayu
(rongga sel kayu) ini masih tetap kosong.Dengan demikian, proses sel kosong
berusaha untuk meresapkan bahan pengawet sedalam-dalamnya di dalam kayu,
namun retensi bahan pengawet tersebut tidak begitu banyak.
Bahan pengawet yang digunakan dalam proses sel kosong adalah bahan
pengawet berupa minyak atau bahan pengawet yang dilarutkan dalam minyak.
Mekipun demikian, proses sel kosong dapat juga menggunakan bahan
pengawetan yang dilarutkan dalam air.Bila bahan pengawet larut air yang
digunakan, pengawetan harus segera diikuti dengan pemasukan bahan pengawet
minyak atau bahan pengawet yang larut minyak ke dalam kayu.Penggunaan
bahan pengawet larut air di sini terutama bertujuan untuk mengurangi tambahan
berat kayu setelah setelah diawetkan. Proses yang digunakan pada metode ini
antara lain :
1. Proses Rueping
Proses ini diawali dengan pemberian tekanan udara pada tangki silinder
pada awal proses. Kayu yang diawetkan dapat berupa kayu yang telah kering,
masih basah atau telah dilakukan pengukusan.
2. Proses Lowry
Proses ini prinsipnya sama dengan proses Rueping, hanya bedanya tidak
diawali dengan pemberian tekanan udara ke dalam tangki pengawet.
5. Kelebihan dan kekurangan metode pengawetan kayu
1. Metode rendaman
Kelebihan :
- Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak.
- Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama.
- Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila
berkurang).
Kekurangan :
- Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin.
- Peralatan mudah terkena karat.
- Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar.
- Kayu basah agak sulit diawetkan.
2. Metode pencelupan
Kelebihan :
- Proses sangat cepat.
- Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat).
- Peralatan cukup sederhana.
Kekurangan :
- Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah.
- Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis.
3. Metode pemulasan
Kelebihan :
- Alat sederhana, mudah penggunaannya.
- Biaya relatif murah.
Kekurangan :
- Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil.
- Mudah luntur.
4. Metode pembalutan
Kelebihan :
- Peralatan sederhana.
- Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama.
- Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
5. Metode vakum dan tekanan
Kelebihan :
- Penetrasi dan retensi tinggi sekali(memuaskan).
- Waktunya relative singkat sekali.
- Dapat mengawetkan kayu basah dan kering.
Kekurangan :
- Modal yang diperlukan besar.
- Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi.
- Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial.
6. Sifat kayu setelah diawetkan
Pada pengawetan dengan bahan pengawet larut air, kayu yang diawetkan dapat
dicat kembali. Risiko kebakaran kecil, tetapi apabila kayu terbakar, kayu akan membara
sampai habis karena terdapat unsur logam. Kreosot sangat mempengaruhi warna kayu
dan kayu sukar sekali dicat, demikian pula dengan bahan pengawet larut minyak yang
lain. Risiko kebakaran lebih tinggi, segera sesudah pengawetan daripada pengawetan
dengan bahan pengawet larut air; taburi pasir. Setelah kering, kayu yang diawetkan lebih
sukar terbakar daripada kayu yang tidak diawetkan. Dalam pemakaian, bahan pengawet
minyak akan bermigrasi ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi dan ini
menguntungkan untuk bantalan dan tiang-tiang yang masuk ke dalam tanah. Pada tiang-
tiang yang terkena sinar matahari akan terjadi pendarahan, yaitu keluarnya bahan
pengawet minyak ke permukaan kayu.
Kesimpulan
Kayu adalah salah satu material dalam konstruksi bangunan. Kayu yang digunakan dalam
konstruksi bangunan haruslah kuat dan masa pakainya tahan lama. Agar kayu dapat bertahan
lama dan awet sebagai salah satu bahan konstruksi bangunan maka kayu pun perlu
diawetkan, yaitu dengan metode rendaman, pencelupan, pemulasan, pembalutan, vakum dan
tekanan.
Daftar pustaka
http://fauziahforester.blogspot.co.id/2014/01/makalah-pengawetan-
kayu.html.http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_K
EHUTANAN/INFO_V02/VII_V02.htm
http://s-yudha.blogspot.co.id/2013/04/pengawetan-kayu-secara-sistematik-dan.html
https://www.google.co.id/search?q=pengawetan+kayu&biw=1047&bih=504&tbm=isch&tbo=u
&source=univ&sa=X&sqi=2&ved=0CCwQsARqFQoTCNyU593GxsgCFU5xjgodUvME5A
http://www.tentangkayu.com/2008/07/pengawetan-kayu.html