Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS PENGARUH REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP VOLATILITAS

RETURN SAHAM

Fenomena
Harga saham dapat merefleksikan informasi yang terdapat di pasar modal. Saham
yang berada pada level yang jauh di bawah rentang harga optimal cenderung menunjukkan
bahwa emiten tidak memiliki kinerja yang baik. Hal ini menyebabkan banyaknya investor
menghindari saham-saham tersebut.
Selain itu dengan adanya ketentuan Bursa Efek Indonesia mengenai Peraturan
Pencatatan Efek No.I-B tentang Persayaratan dan Prosedur Pencatatan Saham di Bursa
No.E.3.a.xiii yang mulai diberlakukan tanggal 1 Juli 2000 menyatakan bahwa jika harga rata-
rata penutupan saham (closing price) yang terjadi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut kurang
dari Rp. 50, maka emiten tersebut masuk ke dalam kriteria delisting atau penghapusan daftar
efek yang tercatat di bursa sehingga efek tersebut tidak dapat diperdagangkan di bursa.
Sehingga untuk mencapai harga saham pada rentang harga yang optimal dan
menghindari delisting, emiten dapat melakukan reverse stock split untuk menaikan harga
saham. Pada tingkat harga baru tersebut, saham dapat menunjukkan kualitasnya sehingga
dapat terdeteksi dan bisa mendapatkan kepercayaan dari investor. Pada akhirnya, saham akan
menjadi lebih likuid.

Teori dan Penelitian Terdahulu


Dalam teori sinyal (signaling theory) menyatakan bahwa informasi yang diungkapkan
perusahaan kepada publik, akan ditangkap oleh investor atau pasar sebagai sinyal-sinyal yang
nantinya dijadikan dasar pertimbangan membuat suatu keputusan berinvestasi. Selain itu
dalam hipotesis efisiensi pasar modal (efficient market hypothesis), bentuk efisiensi pasar
dapat ditinjau dari segi ketersediaan atau ketidaksediaan informasinya saja, juga dilihat dari
kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisa dari informasi
yang tersedia.
Terdapat perbedaan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan beberapa peneliti
mengenai tindakan reverse stock split ini. Han (1995) melakukan penelitian tentang pengaruh
reverse stock split terhadap likuiditas saham selama tahun 1963-1990 dan menunjukkan
bahwa terjadi abnormal return negatif pada saat dan sesudah reverse stock split, dan volume
perdagangan meningkat setelah reverse stock split. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Melinda Savitri dan Dwi Martani (2006) yang menyelidiki pengaruh dari stock split dan
reverse stock split terhadap return saham dan volume perdagangan pada Bursa Efek Jakarta
selama 2001-2005 menemukan adanya abnormal return yang negatif setelah pengumuman
reverse stock split. Namun, pada hari sebelum pengumuman reverse stock split justru
ditemukan abnormal return yang positif dan signifikan. Reverse stock split sendiri tidak
memberikan dampak yang signifikan pada volume perdagangan saham walaupun tetap terjadi
Penurunan.

Metode Penelitian
Pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data arsip dengan sumber data
sekunder yaitu dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI, Indonesia Capital
Market Directory (ICMD) untuk data tanggal pengumuman reverse stock split dan untuk data
harga saham dan volume perdagangan didapat dari laporan data harga dan perdagangan
saham harian bursa efek Indonesia.
Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek dan ditentukan dengan
purposive sampling, yaitu sampel perusahaan dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

Anda mungkin juga menyukai