Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Matematika Pada Zaman Arab

Perkembangan sejarah pada awal abad ke-7 SM kaum muslimin dibawah kepemimpinan
Mohamaed menguasai tanah dari india hingga spanyol, termasuk bagian Afrika Utara dan Italia
Selatan. Ketika orang-orang Arab menetap dikota – kota baru, mereka banyak terjangkit penyakit
dalam kehidupannya dipadang pasir. Pada masa itu Dokter dibatasi terutama hanya untuk orang –
orang yunani dan yahudi saja. Didorong oleh khalifah (para pemimpin Aab lokal), para Dokter di
minta menetap di Baghdad, Dasmakus dan kota-kota lainnya. Situasi sosial murni antar dua budaya
yang berbeda. Pada akhirnya menyebabkan penyebaran pengetahuan Matematika tahun 800,
khalifah Harum Al Rasyid memerintahkan karya-karya dari Hippocrates, Aristoteles, dab gelen
diterjemahkan ke dalam bahasa arab.

Pada abad kedua belas, terjemahan bahasa Arab selanjutnya diterjemahkan kembali kedalam
bahasa latin sehingga dapat diakses oleh orang Eropa. Catatan yang penting saat ini, kita mengingat
kembali orang-orang Arab dengan tradisi pelestariannya dalam perkembangan matematika dan
sains, karena tanpa upaya mereka, banyak karya klasik akan hilang.

Tokoh – tokoh Matematika:

1. Abdul Wafa Muhammad bin Yahya Ismail Buzjani


Seorang ahli matematika astronomi dan matematikawan dari persia. Pada tahun 959, Abul
Wafa pindah ke Irak, dan mempelajari matematika khususnya trigonometri di sana. Dia juga
mempelajari pergerakan bulan; salah satu kawah di bulan dinamai Abul Wáfa sesuai dengan
namanya.
Salah satu kontribusinya dalam trigonometri adalah mengembangkan fungsi tangen dan
mengembangkan metode untuk menghitung tabel trigonometri.
Abul Wafa menemukan relasi identitas trigonometri berikut ini:

dan menemukan rumus sinus untuk geometri sferik (yang tampak mirip dengan hukum
sinus):

2. Albattani
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn
Sinan Abu Abdullah dikenal sebagai bapak
trigonometri. Ia adalah tokoh bangsa Arab
dan gubernur Syria. Dia merupakan
astronom Muslim terbesar dan ahli
matematika ternama. Al-Battani
melahirkan trigonometri untuk level lebih
tinggi dan orang pertama yang menyusun
tabel cotangen.
Salah satu prestasi Al-Battani yang paling
terkenal di astronomi adalah
penyempurnaan dari nilai-nilai yang ada
untuk panjang tahun. Ptolemy
menghitung panjang tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 55 menit dan 12 detik. Al-
Battani menghitung kembali nilai-nilai tahun matahari untuk panjang tahun sebagai 365 hari,
5 jam, 46 menit dan 24 detik. Para peneliti telah menganggap perbedaan fenomena karena
Al-Battaniberada di lokasi geografis yang lebih dekat dengan lintang selatan, yang mungkin
lebih menguntungkan bagi pengamatan tersebut. Ia mampu memperbaiki beberapa hasil
Ptolemy dan menyusun tabel baru dari matahari dan Bulan. Al-Battani menemukan kembali
bahwa arah Matahari berubah.

Dia juga menguraikan ke tingkat tertentu sejumlah hubungan trigonometri, penggunaan


sinus dalam perhitungan, dan sebagian dari garis singgung. Ia menjelaskan ke tingkat
tertentu karya seorang astronom India, Aryabhata (476-550 M) dan astronom Yunani
Pythagoras (570 SM - 495 SM). Dia juga menghitung kembali nilai-nilai untuk presesi
ekuinoks (54,5 "per tahun, atau 1 ° dalam 66 tahun) dan arah miring dari ekliptika (23 ° 35 '),
yang merupakan penjabaran dari Hipparchus. Dia menggunakan tingkat yang seragam untuk
presesi dalam tabel nya. Karya Al-Battani yang dianggap berperan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan astronomi ke tingkat tertentu.

Sebagai seorang astronom, wajar kiranya bila ia tertarik dengan bulan sebagai salah satu
anggota tata surya. Berhubungan dengan satelit bumi ini, Al Battani membentuk suatu teori
yang bermanfaat untuk menentukan kondisi bulan pada saat bulan baru (new moon). Teori
ini merupakan teori yang terbilang baru pada masa itu. Tidak ketinggalan juga, ia melakukan
penelitian terhadap suatu fenomena alam yang menarik yaitu gerhana matahari dan gerhana
bulan. Penelitian yang berhasil memuaskan ini kemudian menjadi landasan berpikir
Dunthorne, ilmuwan Eropa, pada tahun 1749 untuk menentukan percepatan sekular dari
gerak bulan. Tidak hanya hebat sebagai astronom eksperimen, Al Battani juga mampu
menjadi astronom teoritik yang handal.

Telah banyak buku-buku astronomi yang sukses ditulisnya. Buku pertamanya berjudul “Kitab
Al Zij” merupakan buku tentang astronomi yang sudah umum menjadi panduan utama bagi
para astronom dunia, termasuk astronom Eropa ketika itu.

Buku lain milik Al Battani pun selanjutnya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa,
terutama bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul “De Scienta Stellerum”. Pada tahun
1537, buku tersebut diterbitkan di Nuremberg dan diterjemahkan oleh Melanchthon.
Kemudian buku tersebut kembali dicetak ulang pada tahun 1645 di Bologna. Memang buku
ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan astronomi di wilayah Eropa pada abad
pertengahan atau pun masa pencerahan.

Al Battani meninggal pada tahun 929 M di kota Qasr al-Jiss, Irak. Kehebatan ilmu astronomi
yang dimiliki oleh Al Battani menjadi panduan utama bagi penelitian selanjutnya yang
dilakukan oleh ilmuwan Eropa seperti Tycho Brahe, Kepller, Copernicus, dan Galileo. Bahkan
dalam bukunya yang berjudul “De Revolutionibus Orbum Clestium”, Copernicus menyatakan
bahwa ia sangat berhutang ilmu kepada Al Battani.
3. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi
adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang
berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan
wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di
Sekolah Kehormatan di Baghdad

Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari
linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Al-Khwārizmī juga
berperan penting dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq
bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa
serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada
abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-
tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Kontribusinya tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan.
Kata "aljabar" berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk
menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam bukunya. Kata algorisme dan algoritme
diambil dari kata algorismi, Latinisasi dari namanya. Namanya juga di serap dalam bahasa
Spanyol, guarismo, dan dalam bahasa Portugis, algarismo bermakna digit.

Anda mungkin juga menyukai