Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah belajar tentang


keindonesiaan,belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun rasa
kebangsaan,dan mencintai tanah air Indonesia.Oleh karena itu,seorang sarjana atau profesional
sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia,memiliki
kepribadian Indonesia,memiliki rasa kebangsaan Indonesia,dan mencintai tanah air Indonesia.Dengan
demikian,ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good citizen) dalam kehidupan
masyarakat,bangsa,dan negara yang demokratis.

B. TUJUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Secara klasik sering dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia


adalah untuk membentuk warga negara yang baik (a good citizen).Akan tetapi pengertian warga
negara yang baik itu pada masa-masa yang lalu lebih diartikan sesuai dengan tafsir penguasa.Pada
masa Orde Lama,warga negara yang baik adalah warga negara yang berjiwa “revolusioner”,anti
imperialisme,kolonialisme,dan neokolonialisme.Pada masa Orde Baru,warga negara yang baik adalah
warga negara yang Pancasilais, manusia pembangunan, dan sebagainya.Sejalan dengan visi
Pendidikan Kewarganegaraan era Reformasi, misi mata pelajaran ini adalah meningkatkan
kompetensi agar mampu menjadi warga negara yang berperan serta secara aktif dalam sistem
pemerintahan negara yang demokratis.
BAB II

PEMBAHASAN

Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila

Sebagaimana diketahui upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut


telah secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang.Pada masa
kemerdekaan, nilai-nilai pancasila dilakukan dalam bentuk pidato-pidato para tokoh bangsa dalam
rapat-rapat yang disiarkan melalui radio dan surat kabar. Pada tanggal 1 Juli 1947, diterbitkan
sebuah buku yang berisi pidato Bung Karno tentang lahirnya Pancasila.Buku tersebut diterbitkan
dengan maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik melalui pendidikan. Pada tahun
1961 terbit pula buku yang berjudul penetapan Tujuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi. Buku
tersebut ditujukan kepada masyarakat umum dan aparatur Negara.

Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudian menjadi salah satu sumber pokok materi
pendidikan Pancasila.Diperkuat dengan Tap MPR RI Nomor 11/ MPR/ 1988 tentang GBHN.
Dirjen Dikti, dalam rangka menyempurnakan kurikulum inti Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
menerbitkan Sk, Nomor 25/ DIKTI / KEP/ 1985.

Dampak dari beberapa kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa
perguruan tinggi terutama perguruan tinggi swasta yang tidak mampu menyelenggarakan
penataran P-4 pola 100 jam sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan pancasila
tanpa penataran P-4 pola 45 jam. Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh
keberadaan dan menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :

1. Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi.
2. Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MKPK).
3. Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/ 2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, kembali mengurangi


langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan. Dalam rangka membudayakan nilai-nilai
Pancasila kepada generasi penerus bangsa. Penguat keberadaan mata kuliah Pancasila di perguruan
tinggi ditegaskan dalam Pasal 35, Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun
2012.

1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.
2. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah
agama, pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia.
3. Tantangan Pendidikan Pancasila

Tantangan ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah Pendidikan Pancasila dapat
diselenggarakan diberbagai program studi dengan menarik dan efektif. Tantangan ini berasal dari
perguruan tinggi, misalnya factor ketersediaan sumber daya. Adapun tantangan yang bersifat
eksternal, untuk memahami dinamika dan tantangan Pancasila pada era globalisasi.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan.

Dirjen Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi :

1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila


2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai dasar Negara
4. Pancasila sebagai Ideologi Negara
5. Pancasila sebagai sistem Filsafat
6. Pancasila sebagai sistem etika
7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

Pendekatan pembelajaran dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah pendekatan


pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai
Pancasial, filsafat Negara, dan ideologi-ideologi bangsa. Agar mahasiswa menjadi jiwa pancasila
daam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila adalah
untuk membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan dimasa yang akan datang.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003, pasal 3 menegaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan merupakan alternatif
terbaik dalam melakuakn sosial secara damai. Setiap warga Negara sesuai dengan kemampuan dan
tingkat pendidikannya memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan, penghargaan, dan pola
pengamalan Pancasila. Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya
yang terkait dengan tugas menyusun atau membentuk peraturan perundang-undangan. Orang yang
bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuam,pengertian,
pemahaman, penghayatan dan pola pengalaman yang lebih baik daripada warga Negara yang lain
karena merekalah yang menentukan kebujakan untuk negaranya. Begitu pula dengan mahasiswa
yang lulusan prodi perpajakan dituntut memiliki berkomitmen dan bertujuan agar dapat
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat kerja secara baik dan
benar.

Demikian bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu program studi di perguruan
tinggi. Oleh karena itu, menjadi keharusan Pancasila disebarluaskan secara benar, antara lain
melalui mata kuliah di perguruan tinggi. Karena mahasiswa sebagai bentuk perubahan muda
dimasa depan yang akan menjadi pembangunan dan pemimpin bangsa dalam setiap tingkatan
lembaga-lembaga di Negara, lembaga daerah dan sebagainya. Dengan demikian, pemahaman
nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa amat penting, yang berprofesi sebagai pengusaha,
pegawai swasta,pegawai pemerintah, dan sebagainya. Semua masyarakat mempunyai peran
penting terhadap kejayaan bangsa di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai