KONSOLIDASI
(CONSOLIDATION)
4.1 PENDAHULUAN
Bila tanah jenuh dibebani, maka seluruh beban/tegangan tersebut mula-mula
akan ditahan oleh masa air yang terperangkap dalam ruang pori tanah. Hal ini
terjadi karena air bersifat tidak mudah dimampatkan (incompresible), sebaliknya
struktur butiran tanah bersifat dapat dimampatkan (compresible). Tegangan air
yang timbul akibat pembebanan disebut tegangan air pori lebih (excess pore
pressure), dan jika tegangan ini lebih besar dari tegangan hidrostatik, maka air
akan mengalir keluar secara perlahan-lahan dari ruang pori tanah. Seiring dengan
keluarnya air, tegangan akibat pembebanan secara berangsur-angsur dialihkan dan
pada akhirnya akan ditahan seluruhnya oleh kerangka butiran tanah. Kejadian
diatas diikuti dengan proses merapatnya butiran-butiran tanah tersebut satu sama
lain, yang mengakibatkan terjadinya perubahan volume (deformasi), yang
besarnya kurang lebih sama dengan volume air yang keluar.
30
Tujuan percobaan ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya penurunan
konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang ditahan
secara lateral akibat pembebanan dan pengaliran air secara vertikal.
4.2.2 PERALATAN
Peralatan yang digunakan untuk uji Konsolidasi :
a. 1 (satu) unit alat konsolidasi yang terdiri dari :
31
- Sistim pembebanan (loading device), yang dapat menimbulkan beban
vertikal pada benda uji secara konstan dalam waktu yang relatif lama,
dengan ketelitian 1% dari beban total, serta peningkatan beban dapat
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 (dua) menit tanpa menimbulkan
efek tumbukan
- Sel konsolidasi (Consolidometer), terdiri dari cincin konsolidasi yang
cukup kaku dan terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, serta
permukaan dinding bagian dalamnya harus licin untuk menghindari efek
gesekan
- Batu berpori dengan diameter yang lebih kecil 0.20mm dari diameter
dalam cincin, serta ukuran bukaan ruang pori yang cukup halus untuk
menjamin agar tanah tidak tertekan masuk kedalam ruang pori pada saat
pembebanan
b. Peralatan untuk membuat benda uji, termasuk cincin untuk mengambil
contoh tanah, pisau/spatula, serta extruder.
c. Arloji pengukur deformasi (extensiometer) dengan ketelitian minimal
0.002mm
d. Timbangan dengan ketelitian 0.01gram.
e. Peralatan yang diperlukan untuk penentuan kadar air.
f. Pengukur waktu (Stopwatch).
32
dilakukan dengan penekanan secara hati-hati. Cara penumbukkan tidak
dianjurkan, untuk menghindari terganggunya struktur tanah benda uji
c. Kedua bidang permukaan benda uji harus benar-benar rata, dan tegak lurus
terhadap poros cincin konsolidasi
d. Mengukur tinggi dan timbang, serta catat berat benda uji dalam cincin
konsolidasi
e. Mengambil sisa-sisa tanah bekas potongan yang cukup representatif untuk
dihitung kadar airnya. Cari pula berat jenis (Gs), dan Indeks plastisitasnya
(IP = LL-PL).
33
sangat kecil, biasanya sekitar 24 jam. Jika memungkinkan sebaiknya
pembacaan dilakukan pula pada jam-jam antara tertentu.
e. Mencatat pembacaan terakhir dari arloji deformasi, dan memberikan beban
berikut-nya dengan rasio peningkatan beban (Load Increment Ratio - LIR) =
1, sebagai contoh bila beban pertama adalah 0.25kg/cm2, maka dengan LIR
= 1, beban kedua adalah 0,50kg/cm2.
f. Mengulangi langkah (d) dan (e) diatas, hingga beban terakhir pada
pengujian menimbulkan tegangan sebesar 16.00kg/cm2. Pemberian beban
maksimum sebetulnya tergantung pada kebutuhan, yaitu sebesar beban yang
diperkira-kan akan bekerja pada lapisan tanah tersebut.
g. Mengurangi beban pada akhir pembebanan maksimum, paling sedikit dalam
2 (dua) tahap, sampai mencapai beban awal. Misalnya jika pembebanan
pertama dan terakhir masing-masing sebesar 0.25kg/cm2 dan 8.00kg/cm2,
maka lakukanlah pengurangan beban mulai dari 8.00kg/cm2 menjadi
4.00kg/cm2, dan kemudian 0.25kg/cm2. Pada setiap tahap pengurangan
beban, membiarkan benda uji berada dibawah tekanan sekurang-kurangnya
selama 5 (lima) jam, kemudian membaca dan mencatat perubahan
(pengembangan) dari arloji deformasi
h. Mengeluarkan benda uji dalam cincin dari sel konsolidasai, menimbang
beratnya, kemudian mengeringkannya di dalam oven, menimbang kembali
beratnya, sekaligus mencari kadar airnya.
34
4.3 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
4.3.1 Contoh perhitungan
a. Menghitung tinggi butir tanah awal (2Ho):
Ws 40,00
2Ho = = = 8,43 mm
(Gs x A x γw) (2,59 x 19,64 x 1)
c. Menghitung t90:
√t90 = 30,983
t90 = 302 = 960 detik
d. Menghitung indek pemampatan tanah (Cc):
e1−e2
Cc =
log P2−log P1
35
Tabel 4.1 Hasil pengujian konsolidasi
KONSOLIDASI
(ASTM D2435-80)
Data Pengujian :
Luas contoh : 19.64 cm² Berat contoh (ak hir) Wt : 58.01 gram
Berat Jenis Tanah : 2.59 Tinggi butir tanah (awal) 2 Ho : 8.43 mm
Catatan:
36
Tabel 4.2 Hasil pengujian konsolidasi (lanjutan)
KONSOLIDASI
(ASTM D2435-80)
0.10 1.00 10.00 100.00
0.7
0.8
0.9 eo = 1.60
Cc = 0.29
Angka Pori (e)
1.0
1.1
1.2
Tegangan (kg/cm²)
0.16
0.14
Koef. Konsolidasi
0.12
cv (mm²/det)
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.1 1 10 100
Tegangan (kg/cm²)
37