Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hindri Wahidah Munawaroh

NIM : F1B017009

Kuis 2

1. Metode apa yang digunakan untuk membangun bukti dan dapat mempengaruhi
pengambilan kebijakan dalam merumuskan kebijakan atau merubah kebijakan
publik ?
Advokasi penting dilakukan karena menyangkut kepentingan publik semua eleman
warga negara. Kegiatan advokasi juga harus menghindari cara-cara yang kontra produktif
(refresif), yang pada hasilnya nanti justru akan membangun relasi yan tidak baik antara
negara dan warga negara, advokasi yang benar harus dilakukan dengan cara pengumpulan
evidence base advocacy hingga merujuk ke revisi perundangan terkait. Meth Kusumahadi
menekankan pentingnya advokasi yang evidence base atau berdasarkan bukti nyata.
Sebagai sebuah cara untuk mengkomunikasikan dan memperjuankan kepentingan publik,
kebijakan publik yang berkualitas dan aplikatif adalah berdasarkan bukti-bukti yang
memadai. Metode pengumpulan bukti yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Paradigma Positivist (kuantitatif)
Pada positivist ini menggunakan metode imiah dengan teknik survey atau eksperimen.
Mencari penjelasan sebab-akibat dengan hukum-hukum universal.
b. Paradigma Interpretative (kualitatif)
Pada interpretative menggunkan teknik pengamatan pada situasi sosial. Mencari
pemahaman pengertian.
c. Paradigma Kritis (action research)

Bukti yang layak dijadikan dasar pembuatan atau merubah kebijakan yaitu mencakup
pengetahuan pakar, hasil penelitian yang dipublikasikan, statistik, konsultasi dengan
pemangku kepentingan, evaluasi-evaluasi kebijakan sebelumnya, internet, hasil-hasil dari
konsultasi, hitungan biaya opsi-opsi kebijakan, dan keluaran dari pemodelan ekonomi dan
statistika.(artikel Kebijakan Berbasis Penelitian Sekretariat Kabinet Indonesia, 2017 )
Bukti dapat berasal dari berbagai sumber dan tidak selalu dari penelitian, namun harus
mengacu pada pengetahuan terkini yang terbaik, namun harus relevan, representatif dan
valid. Metode lain yang digunakan seperti :

a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Untuk membangun bukti agar dapat mempengaruhi pengambil kebijakan, metode
wawancara ini dapat dilakukan. Namun, metode wawancara ini tidak bisa dijadikan
satu-satunya metode pengumpulan data yang digunakan. Hal ini dikarenakan, metode
wawancara ini rentan dengan kebohongan. Tidak semua jawaban responden itu
merupakan apa yang benar-benar terjadi. Sehingga, penggunaan metode ini juga harus
dilengkapi dengan menggunakan metode lain,
b. Etnografi
Etnografi dalam ranah kebijakan publik sendiri merupakan pendekatan yang bisa
digunakan sebagai jalan untuk mengevaluasi hubungan implikasi kebijakan dengan
masyarakat. Disinilah fungsi dari pendekatan etnografi yang melihat melalui perspektif
kemasyarakatan. Memberikan perlakukan pada masyarakat sebagai pihak yang
berhubungan langsung dengan kebijakan.
c. Observasi Pelaku
Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud
merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan
pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Obrservasi
ini tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Metode ini digunakan agar data yang diperoleh dari masyarakat tidak berdasar
penglihatan saja, namun juga berdasar pada apa yang secara nyata dirasakan oleh
masyarakat dan dapat juga dirasakan oleh peneliti. Melalui metode ini, seorang yang
akan melakukan advokasi akan mendapatkan data yang sesungguhnya dari masyarakat
sehingga akan sangat relevn untuk dijadikan bukti advokasi.
d. Content Analysis
Analisis isi secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis
menganai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan
pendekatan analisis yang khusus. Menurut Holsti, metode analisis isi adalah suatu
teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik
khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalis. Definisi lain dari analisis
isi yang sering digunakan adalah: research technique for the objective, systematic and
quantitative description of the manifest content of communication. Secara umum,
analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data yang disajikan di
media atau teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan
menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna),
gambar, simbol, ide, tema, atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan.
Dalam membangun bukti agar dapat mempengaruhi pengambil kebijakan, content
analysis ini dapat dilakukan untuk menganalisis isi-isi yang ada dalam media massa
baik media online, media cetak, televisi atau bahkan radio. Analisis isi ini kemudian
menghasilkan output analisis terkait apakah isi yang termuat dalam mediamedia
tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Penggunaan metode analisis isi ini harus
diikuti dengan kemampuan menganalisis tinggi yang dimiliki peneliti, agar nantinya
hasil analisis yang dihasilkan terbukti valid dan benar.
e. FGD
FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik
wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu
masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi
antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. FGD secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis
dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Untuk membangun bukti agar
dapat mempengaruhi pengambil kebijakan, metode FGD akan menjadi sangat relevan
jika FGD ini dilakukan pada sasaran yang sesuai dengan kebijakan yang akan
diadvokasi. Namun, seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan metode
FGD ini harus diperkuat dengan metodemetode lainnya.
f. Analisis Data Primer.
Sedangkan data primer merupakan data yang diambil dari sebuah penelitian dengan
menggunakan instrument yang dilakukan pada saat tertentu dan hasilnya pun tidak
dapat di generalisasikan hanya dapat menggambarkan keadaan pada saat itu seperti
kuesioner. Analisis Data Sekunder
g. Analisis Data Sekunder,
menurut Heaton, data sekunder merupakan suatu strategi penelitian yang
memanfaatkan data kuantiatif ataupun kualitatif yang sudah ada untuk menemukan
permasalahan baru atau menguji hasil penelitian terdahulu. Sebutan strategi penelitian
itu setara dengan sebutan metode penelitian.
Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer; oleh karena itu
kadang-kadang kita tidak dapat hanya menggunakan data sekunder sebagai satu-
satunya sumber informasi untuk menyelesaikan masalah penelitian kita. Untuk
membangun bukti agar dapat mempengaruhi pengambil kebijakan, analisis data
sekunder ini dapat digunakan untuk mengkaji data-data sekunder, baik dari hasil
penelitian orang lain maupun data statistik yang disajikan oleh lembaga-lembaga
terkait.
Penggunaan bukti dalam pengambilan dan merubah kebijakan dinilai sangat
penting dan menjadi tuntutan. Penggunaan hasil penelitian yang tidak akurat dalam
pengambilan kebijakan atau merubah kebijakan dapat menyebabkan kegagalan
kebijakan. Perubahan paradigma dalam pengambilan atau merubah kebijakan berbasis
bukti membuka peluang besar bagi para peneliti untuk berpatisipasi dalam penyusunan
kebijakan melalui kerjasama dengan para pengambil kebijakan.

2. Berikanlah contoh kasus dalam merubah kebijakan publik melalui proses advokasi
kebijakan ?
Pemerintahan Indonesia menghadapi tantangan mengenai kesehatan, yaitu harus
memenuhi 95% cakupan imunisasi dasar lengkap guna melindungi anak-anak Indonesia
dari penyakit. Guna meningkatkan cakupan imunisasi dilakukan berbagai hal seperti
sosialisasi, kampanye hingga advokasi imunisasi. Dalam hal ini advokasi imunissi
dianggap paling efektif karena berujung pada perubahan perilaku masyarakat kearah yang
lebih positif yakni dukungan terhadap penyelenggaraan imunisasi. Ketua Bidang
Hubungan Masyarakat dan Kesejahteraan anggota, Ikatan Dokter Anak Indonesia
menyatakan bahwa advokasi imunisasi menjadi sebuah rekomendasi atau promosi untuk
memberikan pengetahuan terbaik, mengubah sikap moral dan praktik kesehatan
masyarakat yang berhubungan dengan imunisasi. Advokasi imunisasi ini sasarannya tidak
hanya masyarakat namun meliputi pembuat kebijakan, organisasi-organisasi kedokteran
dan media. Sasaran-sasaran itu harus diberikan pemahaman tentang imunisasi agar
peningkatan cakupan imunisasi bisa tercapai. Dengan adanya advokasi kebijakan ini
kemudian mendapatkan solusi membuat kebijakan lain yaitu membuka klinik imunisasi di
rumah sakit tipe D. artinya semua program imunisasi bisa dilakkan di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai