Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sampah merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia,
bukan hanya negara berkembang, sampah juga menjadi masalah di negara-negara maju.
Sampah akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti selama manusia tetap ada,
hal ini menggambarkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan oleh penghuni bumi akan
semakin meningkat. Alam memang memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara
otomatis, terutama pada sampah organik. Namun, kerja keras alam dalam mengurai
sampah secara natural sangat tidak berimbang dibanding berjuta ton volume sampah yang
diproduksi setiap harinya.
Penggunaan plastik sebagai material utama pada berbagai jenis produk, bukan
menjadi suatu hal yang baru. Berdasarkan data Bank Dunia, volume sampah padat dunia
mencapai 1,3 miliar ton per tahun, dengan jumlah sampah plastik serta sampah padat
lainnya akan terus naik sebesar 70%, volume ini diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar
ton pada 2025 (Hoornweg & Bhada-Tata, 2012).
Berbeda dengan sampah di dunia, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang
cukup besar dalam menyumbangkan sampah terutama sampah pelastik. Menurut Jamberk
(2015) Indonesia adalah penghasil sampah plastik terbesar nomor dua dunia yang
mencapai 187,2 juta ton, setelah Cina. Jurnal Nature Communications tahun 2017 juga
menyebutkan bahwa sungai-sungai besar di Indonesia, masuk didalam 20 sungai yang
tercemar sampah plastik terbesar di dunia
Sampah plastik merupakan material organik yang sangat potensial mencemari
lingkungan sebab merupakan bahan yang sulit terdegradasi. Oleh karena itu, perlu adanya
tindakan preventif yang dilakukan oleh masyarakat serta pemerintah, dalam mencegah
penumpukan jumlah sampah yang semakin besar setiap tahunnya.
Upaya menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2008 oleh
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia belum menemukan hasil yang
maksimal.Melihat dari besarnya akibat pencemaran sampah plastik yang dapat
mengganggu lingkungan, maka diperlukan sebuah program yang dapat meminimalisir
efek dari pencemaran tersebut. LATITUDE (Let’s Awaarness…..) merupakan salah satu
program yang dapat menumbuhkan kesadaran dalam menggunakan sampah serta
mengatasi banyaknya limbah plastik melalui pemberian reinforcement dengan jadwal
rasio bervariasi. Dalam pemberian reinforcement program ini juga akan melibatkan
berbagai pihak terutama perusahan lokal yang bergerak dalam produk daur ulang sampah.

1.2. RUMJSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan diselesaikan dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
a. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran dalam menggunakan dan mengatasi
sampah plastik melalui program latitude ?
b. Bagaimana cara kerja Latitude sebagai upaya mengurangi sampah plastik ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan utama dalam penulisan karya tulis ini adalah :


1 Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan dan mengatasi sampah
plastik melalui program Latitude
2 Menumbuhkan kebiasaan baik dalam menggunakan sampah plastik
3 Mengetahui cara kerja Latitude sebagai upaya mengurangi sampah plastik
4 Memperkenalkan produk lokal yang ramah lingkungan

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang didapatkan dalam penulisan karya tulis ini adalah:


a. Dapat mengurangi keberadaan sampah plastik di lingkungan masyarakat.
b. Menciptakan lingkungan bersih dan sehat sehingga terhindar akan bahaya sampah
plastik.
c. Bagi perusahaan lokal dapat membuat produknya lebih dikenal yang berdampak
pada peningkatan pendapatan usaha

BAB II

TTINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik

Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan untuk dibentuk ke


berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan tekanan. Plastik dapat berbentuk batangan,
lembaran, atau blok, bila dalam bentuk produk dapat berupa botol, pembungkus makanan, pipa,
peralatan makan, dan lain-lain. Komposisi dan material plastik adalah polymer dan zat additive
lainnya. Polymer tersusun dari monomer-monomer yang terikat oleh rantai ikatan kimia
(Waste management information, 2004).
Perkembangan plastik bermula dari ditemukannya plastik pertama yang berasal dari
polymer alami, yakni selluloid pada tahun 1869 oleh investor Amerika John W, Hyatt dan
dibentuk pada tahun 1872. Plastik pertama tersusun oleh nitrat selulosa, kamfer, dan alkohol.
Plastik menjadi industri modern setelah adanya produksi Bakelite oleh American Chemist L.
H Baakeland pada tahun 1909. Bakelite tersusun dari polymer fenol dan formaldehid. Dalam
perkembangannya, plastik digunakan dalam berbagai bentuk dan kegunaan, seperti peralatan
makan, pembungkus makanan, lensa optik, struktur bangunan, furniture, fiberglass, dan lain-
lain (Waste management information, 2004).
Menurut Nasiri (2004) Secara umum plastik mempunyai sifat yaitu densitas yang
rendah; isolasi terhadap listrik; mempunyai kekuatan mekanik yang bervariasi; ketahanan
terhadap suhu terbatas; ketahanan terhadap bahan kimia bervariasi.Plastik mudah terbakar,
sehingga mengakibatkan ancaman terjadinya kebakaran pun semakin meningkat. Asap hasil
pembakaran bahan plastik sangat berbahaya karena mengandung gas-gas beracun seperti
hidrogen sianida (HCN) dan karbon monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal dari polimer
berbahan dasar akrilonitril, sedangkan karbon monoksida sebagai hasil pembakaran tidak
sempurna. Hal inilah yang menyebabkan sampah plastik sebagai salah satu penyebab
pencemaran udara dan mengakibatkan efek jangka panjang berupa pemanasan secara global
pada atmosfer bumi.
Sampah plastik yang berada dalam tanah yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik organik maupun anorganik
semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya fauna tanah, seperti cacing dan
mikorganisme tanah, yang hidup pada area tanah tersebut, dikarenakan sulitnya untuk
memperoleh makanan dan berlindung. Selain itu kadar O2 dalam tanah semakin sedikit,
sehingga fauna tanah sulit untuk bernafas dan akhirnya mati. Ini berdampak langsung pada
tumbuhan yang hidup pada area tersebut. Tumbuhan membutuhkan mikroorganisme tanah
sebagai perantara dalam kelangsungan hidupnya (Ahmann D dan Dorgan J R, 2007).
Keunggulan plastik dibandingkan dengan material lain diantaranya kuat, ringan,
fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator
panas dan listrik yang baik.
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastik dan termosetting.
Thermoplastik adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai suhu tertentu, akan mencair
dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah
plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara
dipanaskan. Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik tersebut maka thermoplastik adalah
jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi
kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan penggunaannya.

2.2 Jenis-jenis Plastik

Dalam usaha mengurangi sampah plastik dengan melakukan daur ulang sampah plastik
maka perlu mengenal jenis-jenis platik yang berada di pasaran. Berdasarkan American Society
of Plastik Industry, telah dibentuk sistem pengkodean resin untuk plastik yang dapat di daur
ulang (recycle). Kode / simbol tersebut berbentuk segitiga arah panah yang merupakan simbol
daur ulang dan di dalamnya terdapat nomor yang merupakan kode dan resin yang dapat di daur
ulang .
Gambar 1 Kode Jenis Plastik

Beberapa jenis plastik yaitu :


1. PET atau PETE atau polyethylene therephthalate. Plastik jenis ini bersifat
ringan,murah,dan mudah membuatnya. Penggunaannya terdapat pada botol minuman soft
drink, tempat makanan yang tahan microwavev dan lain-lain
2. HDPE (high density polyethylene). Jenis ini lebih kuat dan rentan terhadap korosi, sedikit
sekali resiko penyebaran kimia bila digunakan sebagai wadah makanan, jenis ini juga bisa
digunakan untuk wadah shampoo, deterjen, kantong sampah. Sampah jesnis ini juga mudah
didaur ulang. ·.
3. PVC (polyvinyl chloride) Plastik jenis ini memiliki karakteristik fisik yang stabil dan
memiliki ketahanan terhadap bahan kimia, cuaca, sifat elektrik dan aliran. Bahan ini paling
sulit didaur ulang dan paling sering kita jumpai penggunaannya pada pipa dan konstruksi
bangunan.
4. LDPE (low density polyethylene) Bisa digunakan untuk wadah makanan dan botol-botol
yang lebih lembek.
5. PP (polypropylene) Plastik jenis ini mempunyai sifat tahan terhadap kimia kecuali klorin,
bahan bakar dan xylene, mempunyai sifat insulasi listrik yang baik. Bahan ini juga tahan
terhadap air mendidih dan sterilisasi dengan uap panas. Aplikasinya pada komponen
otomotif, tempat makanan, karpet, dll.
6. PS (polystyrene) . Plastik jenis ini mempunyai kekakuan dan kestabilan dimensi yang baik.
Biasanya digunakan untuk wadah makanan sekali pakai, kemasan, mainan, peralatan medis,
dll

2.3 Dampak Plastik terhadap Lingkungan

Dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus ditanggung
alam karena keberadaan sampah tersebut. Dampak ini sangat signifikan. Seperti yang
diketahui, plastik yang digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar
kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta
kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan
14 juta pohon ditebang.

Plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan


membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan
sempurna. Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene.
Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui.
Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam
tersebut.Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari
polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Beberapa akibat dari
sampah plastik adalah:
1. Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
2. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-
hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
3. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan
menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
4. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
5. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam
tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
6. Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah
diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
7. Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.
8. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-
kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
9. Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur
menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
10. Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan
pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
2.4 Perilaku Membuang Sampah
Perilaku adalah suatu kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu objek
atau sekumpulan objek dalam bentuk perasaan memihak (favourable) maupun tidak memihak
(unfavourable) melalui proses interaksi komponen-komponen sikap yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (perasaan) dan konatif (kecendrungan bertindak). Perilaku individu
menurut Skinner (dalam Hergenhahn, 2008) adalah perilaku yang ditimbulkan sebagai respon
individu terhadap stimulus yang dikenali (rangsangan dari luar).
Stimulus dalam permasalahan ini berupa sampah. Dalam perspektif behaviorisme,
respon atau perilaku menyampah yang dilakukan individu baik pria maupun perempuan dalam
kasus yang sering terjadi disekitar kita merupakan perilaku hasil pembiasaan yang dibentuk
oleh lingkungan. Kemungkinan besar pengalaman menyampah individu tersebut selama ini di
bandara atau di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya, tidak mendapatkan hukuman (misal
ditegur petugas atau kena denda). Ketika individu menyampah yang didapatkan justru
konsekuensi menyenangkan yakni terbebas dari sampah putung rokok dan tissue yang
mengganggu. Sehingga banyak individu yang berperilaku menyampah (Tondok, 2008).
Perilaku membuang sampah juga kebanyakan terjadi jika individu berada dilingkungan
yang kotor dan kecil kemungkinannya terjadi di lingkungan yang bersih. Misalnya, orang-
orang menonton film atau menghadiri acara olahraga membuang sampah sembarangan,
perilaku tersebut lebih dapat diterima karena ada seseorang yang telah dibayar untuk
membersihkannya. Hal ini terlihat bahwa masih kurangnya kepedulian v kesadaran individu
terhadap lingkungan (Ajaegbo, 2012).

2.5 Reward dan Punishment

Teori awal istilah reward dan punishment merupakan satu rangkaian yang dihubungkan
dengan pembahasan reinforcement yang diperkenalkan oleh Thorndike dalam observasinya
tentang trial-and eror sebagai landasan utama reinforcement (dorongan, dukungan). Melalui
reinforcement tingkah laku atau perbuatan individu semakin menguat, sebaliknya dengan
absennya reinforcement tingkah laku tersebut semakin melemah.Dalam kamus bahasa Inggris,
reward diartikan sebagai ganjaran atau penghargaan. Menurut M. Ngalim Purwanto, (1985 :
182) “reward ialah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak-anak dapat merasa senang
karena perbuatan atau perkerjaannya mendapat penghargaan.
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa penghargaan merupakan sesuatu yang
diberikan kepada seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang dikehendaki.
Penghargaan tidak selalu bisa dijadikan sebagai motivasi, karena penghargaan untuk suatu
pekerjaan tertentu, mungkin tidak akan menarik bagi orang yang tidak senang dengan
pekerjaan tersebut.Penghargaan atas prestasi bisa diberikan dalam bentuk materi dan non
materi yang masing-masing sebagai bentuk motivasi positif.
Reward digunakan sebagai bentuk motivasi atau sebuah penghargaan untuk hasil atau
prestasi yang baik, dapat berupa kata-kata pujian, pandangan senyuman, pemberian tepukan
tangan serta sesuatu yang menyenangkan. Reward diarahkan pada sebuah penghargaan
sehingga reward tersebut bisa memberikan motivasi untuk lebih baik lagi. Reward akan
diberikan dalam beberapa prinsip yaitu :

 Penilaian didasarkan pada perilaku bukan pelaku


 Pemberian hadiah atau penghargaan harus ada batasnya.
 Pemberian hadiah tidak bisa menjadi metode yang digunakan selamanya.
Proses ini cukup difungsikan hingga tahapan penumbuhan kebiasaan saja, kalau proses
pembiasaannya dirasa cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri.
 Dimusyawarahkan kesepakatannya
Setiap individu ditanya tentang hadiah yang diinginkannya, dan di sini pemberi reward dituntut
untuk pandai dan sabar dalam mendialogkan hadiah tersebut
 Distandarkan pada proses bukan hasil.
Proses lebih penting daripada hasil. Proses pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan
Individu untuk hasil yang terbaik. Sedangkan hasil yang akan diperoleh tidak bisa dijadikan
patokan keberhasilannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian reward (hadiah) merupakan salah satu bentuk
sarana dalam proses pembelajaran dan pembentukan kebiasaan yang dilakukan untuk
memberikan penguatan dalam proses pembelajaran setelah individu melakukan kegiatan yang
benar. Melalui reinforcement dalam bentuk reward individu akan merasa dihargai sehingga
akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya untuk kembali melakukan hal yang sama,
namun dalam memberikannya juga harus memenuhi syarat-syarat nya.
Hukuman (punishment) dalam pandangan teori behavioristik adalah konsekuensi yang
tidak menyenangkan yang digunakan untuk melemahkan perilaku. Hukuman merupakan
konsekuensi yang diberikan dalam rangka memperlemah perilaku negatif dengan harapan
bahwa perilaku tersebut tidak terulang kembali. Hukuman yang diberikan biasanya berupa
stimulus yang tidak menyenangkan. Sebagaimana dengan tindakan penguatan, keefektifan
tindakan hukuman tidak dapat diasumsikan tetapi harus diperlihatkan.
Ki Hajar Dewantoro berpendapat bahwa hukuman sebagai alat untuk menginsafkan
atau menyadarkan bukan sebagai alat penyiksaan atau balas dendam. Tindakan hukuman yang
terpaksa dan sadar atau sengaja diberikan sebagai alat pendidikan harus mempunyai arti
membimbing yang berdasarkan cinta kasih dan yakin bahwa penderitaan yang ditanggung itu
mempunyai nilai positif dan pengaruh efektif. Artinya benar-benar menyadarkan atau
menginsafkan individu atas kesalahan yang ada.
Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku
agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan
ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan
atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah
tingkah laku yang diharapkan.
Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi pembentukan tingkah
laku yang diharapkan: yaitu Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya
pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan, bersifat mendidik, dan bersifat motivasi
untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan.Pemberian hukuman harus
memenuhi beberapa prinsip yaitu :
 Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman.
Memberikan kepercayaan kepada individu berarti tidak menyudutkan dengan kesalahan-
kesalahannya.
 Menghukum tanpa emosi.
Kesalahan yang paling sering dilakukan orang tua dan pendidik adalah ketika mereka
menghukum siswa disertai dengan emosi.
 Hukuman sudah disepakati agar individu mempunyai kesiapan menerima hukuman ketika
melanggar
 Hukuman harus bersifat mendidik. Seperti memberi hafalan atau tugas tambahan yang
diharapkan ada perubahan yang positif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa punishment adalah hukuman berupa pemberian
penderitaan atau stimulus oleh pendidik sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan
yang dilakukan anak peserta didik. Hukuman juga dapat dikatakan sebagai penguat yang
negatif, tetapi jika hukuman diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi motivasi yang
dapat berpengaruh terhadap perilaku individu, sebab pada dasarnya sebuah hukuman akan
menjadikan efek berupa perilaku, dalam hal ini apabila efek yang bersifat tidak menyenangkan
kepada siswa maka efek ini disebut sebagai Punishment atau hukuman.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Reward dan Punishment

Berdasarkan analisis diatas maka dapat di simpulkan bahwa pemberian reinforcement


dengan rasio tetap dapat membentuk perilaku masyarakat untuk mengurangi penggunaan
sampah terutama sampah plastik. Hal ini didasarkan pada studi literatur yang telah di lakukan
bahwa melalui reinforcemet akan membentuk kebiasaan baik yang dapat memberikan
penguatan dalam proses pembiasaan diri individu untuk mengurangai penggunaan sampah
plastik. Melalui reinforcement dalam bentuk reward individu akan merasa dihargai sehingga
akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya untuk kembali melakukan hal yang
sama.Selain membentuk dan memperkuat perilaku baik yang sudah ada, pemberian
reinforcement berupa barang-barang ramah lingkungan produksi lokal juga dapat memberikan
keuntungan bagi para pengusaha lokal yang berdampak pada meningkatnya pendapatan
masyarakat.

5.2 Saran
Program ini tidak akan berhasil jika tidak memiliki dukungan dari berbagai pihak, oleh
karena itu diharapkan seluruh elemen masyarakat terlibat dalam melaksanakan program ini .
Pemberian reward dan punishment diharapkan dapat membuat individu menjadi lebih baik. Melalui
program ini juga di harapkan mampu membentuk perilaku dan memperkuat perilaku untuk mengurangi
penggunaan barang-barang yang berbahan plastik sehingga sampah plastik dapat berkurang yang akan
memberikan efek dalam berbagai aspek seperti menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat.

Anda mungkin juga menyukai