PENDAHULUAN
Sampah merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia,
bukan hanya negara berkembang, sampah juga menjadi masalah di negara-negara maju.
Sampah akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti selama manusia tetap ada,
hal ini menggambarkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan oleh penghuni bumi akan
semakin meningkat. Alam memang memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara
otomatis, terutama pada sampah organik. Namun, kerja keras alam dalam mengurai
sampah secara natural sangat tidak berimbang dibanding berjuta ton volume sampah yang
diproduksi setiap harinya.
Penggunaan plastik sebagai material utama pada berbagai jenis produk, bukan
menjadi suatu hal yang baru. Berdasarkan data Bank Dunia, volume sampah padat dunia
mencapai 1,3 miliar ton per tahun, dengan jumlah sampah plastik serta sampah padat
lainnya akan terus naik sebesar 70%, volume ini diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar
ton pada 2025 (Hoornweg & Bhada-Tata, 2012).
Berbeda dengan sampah di dunia, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang
cukup besar dalam menyumbangkan sampah terutama sampah pelastik. Menurut Jamberk
(2015) Indonesia adalah penghasil sampah plastik terbesar nomor dua dunia yang
mencapai 187,2 juta ton, setelah Cina. Jurnal Nature Communications tahun 2017 juga
menyebutkan bahwa sungai-sungai besar di Indonesia, masuk didalam 20 sungai yang
tercemar sampah plastik terbesar di dunia
Sampah plastik merupakan material organik yang sangat potensial mencemari
lingkungan sebab merupakan bahan yang sulit terdegradasi. Oleh karena itu, perlu adanya
tindakan preventif yang dilakukan oleh masyarakat serta pemerintah, dalam mencegah
penumpukan jumlah sampah yang semakin besar setiap tahunnya.
Upaya menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2008 oleh
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia belum menemukan hasil yang
maksimal.Melihat dari besarnya akibat pencemaran sampah plastik yang dapat
mengganggu lingkungan, maka diperlukan sebuah program yang dapat meminimalisir
efek dari pencemaran tersebut. LATITUDE (Let’s Awaarness…..) merupakan salah satu
program yang dapat menumbuhkan kesadaran dalam menggunakan sampah serta
mengatasi banyaknya limbah plastik melalui pemberian reinforcement dengan jadwal
rasio bervariasi. Dalam pemberian reinforcement program ini juga akan melibatkan
berbagai pihak terutama perusahan lokal yang bergerak dalam produk daur ulang sampah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan diselesaikan dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
a. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran dalam menggunakan dan mengatasi
sampah plastik melalui program latitude ?
b. Bagaimana cara kerja Latitude sebagai upaya mengurangi sampah plastik ?
BAB II
TTINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Dalam usaha mengurangi sampah plastik dengan melakukan daur ulang sampah plastik
maka perlu mengenal jenis-jenis platik yang berada di pasaran. Berdasarkan American Society
of Plastik Industry, telah dibentuk sistem pengkodean resin untuk plastik yang dapat di daur
ulang (recycle). Kode / simbol tersebut berbentuk segitiga arah panah yang merupakan simbol
daur ulang dan di dalamnya terdapat nomor yang merupakan kode dan resin yang dapat di daur
ulang .
Gambar 1 Kode Jenis Plastik
Dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus ditanggung
alam karena keberadaan sampah tersebut. Dampak ini sangat signifikan. Seperti yang
diketahui, plastik yang digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar
kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta
kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan
14 juta pohon ditebang.
Teori awal istilah reward dan punishment merupakan satu rangkaian yang dihubungkan
dengan pembahasan reinforcement yang diperkenalkan oleh Thorndike dalam observasinya
tentang trial-and eror sebagai landasan utama reinforcement (dorongan, dukungan). Melalui
reinforcement tingkah laku atau perbuatan individu semakin menguat, sebaliknya dengan
absennya reinforcement tingkah laku tersebut semakin melemah.Dalam kamus bahasa Inggris,
reward diartikan sebagai ganjaran atau penghargaan. Menurut M. Ngalim Purwanto, (1985 :
182) “reward ialah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak-anak dapat merasa senang
karena perbuatan atau perkerjaannya mendapat penghargaan.
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa penghargaan merupakan sesuatu yang
diberikan kepada seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang dikehendaki.
Penghargaan tidak selalu bisa dijadikan sebagai motivasi, karena penghargaan untuk suatu
pekerjaan tertentu, mungkin tidak akan menarik bagi orang yang tidak senang dengan
pekerjaan tersebut.Penghargaan atas prestasi bisa diberikan dalam bentuk materi dan non
materi yang masing-masing sebagai bentuk motivasi positif.
Reward digunakan sebagai bentuk motivasi atau sebuah penghargaan untuk hasil atau
prestasi yang baik, dapat berupa kata-kata pujian, pandangan senyuman, pemberian tepukan
tangan serta sesuatu yang menyenangkan. Reward diarahkan pada sebuah penghargaan
sehingga reward tersebut bisa memberikan motivasi untuk lebih baik lagi. Reward akan
diberikan dalam beberapa prinsip yaitu :
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian reward (hadiah) merupakan salah satu bentuk
sarana dalam proses pembelajaran dan pembentukan kebiasaan yang dilakukan untuk
memberikan penguatan dalam proses pembelajaran setelah individu melakukan kegiatan yang
benar. Melalui reinforcement dalam bentuk reward individu akan merasa dihargai sehingga
akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya untuk kembali melakukan hal yang sama,
namun dalam memberikannya juga harus memenuhi syarat-syarat nya.
Hukuman (punishment) dalam pandangan teori behavioristik adalah konsekuensi yang
tidak menyenangkan yang digunakan untuk melemahkan perilaku. Hukuman merupakan
konsekuensi yang diberikan dalam rangka memperlemah perilaku negatif dengan harapan
bahwa perilaku tersebut tidak terulang kembali. Hukuman yang diberikan biasanya berupa
stimulus yang tidak menyenangkan. Sebagaimana dengan tindakan penguatan, keefektifan
tindakan hukuman tidak dapat diasumsikan tetapi harus diperlihatkan.
Ki Hajar Dewantoro berpendapat bahwa hukuman sebagai alat untuk menginsafkan
atau menyadarkan bukan sebagai alat penyiksaan atau balas dendam. Tindakan hukuman yang
terpaksa dan sadar atau sengaja diberikan sebagai alat pendidikan harus mempunyai arti
membimbing yang berdasarkan cinta kasih dan yakin bahwa penderitaan yang ditanggung itu
mempunyai nilai positif dan pengaruh efektif. Artinya benar-benar menyadarkan atau
menginsafkan individu atas kesalahan yang ada.
Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku
agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan
ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan
atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah
tingkah laku yang diharapkan.
Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi pembentukan tingkah
laku yang diharapkan: yaitu Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya
pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan, bersifat mendidik, dan bersifat motivasi
untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan.Pemberian hukuman harus
memenuhi beberapa prinsip yaitu :
Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman.
Memberikan kepercayaan kepada individu berarti tidak menyudutkan dengan kesalahan-
kesalahannya.
Menghukum tanpa emosi.
Kesalahan yang paling sering dilakukan orang tua dan pendidik adalah ketika mereka
menghukum siswa disertai dengan emosi.
Hukuman sudah disepakati agar individu mempunyai kesiapan menerima hukuman ketika
melanggar
Hukuman harus bersifat mendidik. Seperti memberi hafalan atau tugas tambahan yang
diharapkan ada perubahan yang positif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa punishment adalah hukuman berupa pemberian
penderitaan atau stimulus oleh pendidik sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan
yang dilakukan anak peserta didik. Hukuman juga dapat dikatakan sebagai penguat yang
negatif, tetapi jika hukuman diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi motivasi yang
dapat berpengaruh terhadap perilaku individu, sebab pada dasarnya sebuah hukuman akan
menjadikan efek berupa perilaku, dalam hal ini apabila efek yang bersifat tidak menyenangkan
kepada siswa maka efek ini disebut sebagai Punishment atau hukuman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Program ini tidak akan berhasil jika tidak memiliki dukungan dari berbagai pihak, oleh
karena itu diharapkan seluruh elemen masyarakat terlibat dalam melaksanakan program ini .
Pemberian reward dan punishment diharapkan dapat membuat individu menjadi lebih baik. Melalui
program ini juga di harapkan mampu membentuk perilaku dan memperkuat perilaku untuk mengurangi
penggunaan barang-barang yang berbahan plastik sehingga sampah plastik dapat berkurang yang akan
memberikan efek dalam berbagai aspek seperti menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat.