Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN

1. Judul : Pengaruh Fisiotrapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstermitas


Pada Penderita Stroke Non Hemoragik

2. Nama Jurnal : Sains Medika (Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2010)

3. Nama Peneliti : Muhammad Hayyi Wildani, Ika Rosdiana, Ken Wirastuti

4. Waktu dan Tempat Penelitian : RSI Sultan Agung Semarang 1 Januari - Desember 2009

5. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan studi kohort
retrospektif. Fisioterapi didefinisikan sebagai suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alami yang diberikan
selama seminggu, minimal sebanyak 3 kali pertemuan, dengan durasi 20-30 menit setiap
dilakukan fisioterapi pada penderita stroke non hemoragik. Terapi yang diberikan berupa
positioning dan ROM exercise. Kekuatan otot ekstremitas didefinisikan sebagai kekuatan
otot ekstremitas penderita stroke non hemoragik yang telah melewati penyakitnya,
pengukuran dilakukan pada awal (sebelum dilakukan fisioterapi) dan pada akhir (sesudah
dilakukan fisioterapi). Selisih kekuatan (“K) dinilai dengan skor 0 sampai dengan 5. Skor
0 – 5 merupakan skor penilaian kekuatan otot ektremitas menurut Greenberg et al.
(1999), yaitu: 0 jika tidak timbul kontraksi otot, lumpuh total; 1 jika timbul sedikit
kontraksi otot; 2 jika terdapat gerakan, tetapi gerakan tidak mampu melawan gaya berat
(gravitasi); 3 jika dapat melakukan gerak melawan gaya berat (gravitasi) tanpa mampu
melawan tahanan; 4 jika dapat melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang; 5 jika
dapat melawan gravitasi dan tahanan penuh, tidak ada kelumpuhan.

6. Hasil Penelitian
Kekuatan ekstremitas baik atas maupun bawah pada pasien setelah fisioterapi mengalami
peningkatan dibandingkan dengan sebelum fisioterapi, sebagaimana disajikan pada Tabel
1. Hasil uji homogenitas normalitas menunjukkan bahwa data kekuatan ekstremitas
terdistribusi tidak normal (p < 0,05) dan varian data tidak homogeny (p < 0,05). Uji
Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kekuatan ekstremitas
sebelum dan sesudah fisioterapi (p > 0,05).

Tabel 1. Kekuatan ekstermitas pasien sebelum dan sesudah fisiotrapi


Ekstermitas Rata-Rata (SD)
Sebelum Sesudah
Atas 3,19±1,327 4,19±1,214
Bawah 3,42±1.308 4,32±1,045

7. Implikasi pada praktik keperawatan


Fisioterapi berpengaruh terhadap kekuatan otot ekstremitas pada penderita stroke non
hemoragik. Hasil ini sesuai dengan Rujito (2007) yang melaporkan bahwa fisioterapi
dapat merangsang tonus otot ke arah normal. Jowir (2009) melaporkan bahwa
memperkenalkan mobilisasi dini kepada pasien dengan cara pengoptimalan sisi yang
sehat untuk mengkompensasi sisi yang sakit, sehingga sirkulasi darah perifer menjadi
lancar yang dapat menyebabkan kemampuan ekstremitas dapat dioptimalkan kembali.

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara
penderita yang sebelum dengan sesudah pemberian fisioterapi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Arisuma (2008) pada kasus hemiparese post stroke non hemoragik dekstra di
RSUD Sragen ditemukan terdapat peningkatan aktivitas kemampuan fungsional.
peningkatan aktivitas kemampuan fungsional dapat dilihat dari peningkatan kekuatan otot
ekstremitasnya. Hal tersebut bisa terjadi karena dalam pelaksanaan fisioterapi
memberikan perawatan diri dalam mengatasi masalah pribadi mulai dari ritual, kebiasaan,
pengaturan waktu dan metode pembelajaran dalam keluarga sejak dini. Semua hal itu
mempengaruhi seseorang untuk mencapai kekuatan otot ekstremitas dalam aktifitas
kehidupan fisik sehari-hari (Rani, 2004).
Fisioterapi berpengaruh secara bermakna terhadap kekuatan otot ekstremitas pada
penderita stroke non hemoragik di RS Islam Sultan Agung. Fisioterapi sebanyak 3 kali
dalam seminggu berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kekuatan otot
ekstremitas, dengan rata-rata kekuatan otot ekstremitas atas sebelum di fisioterapi sebesar
3,19±1,327 dan 4,19±1,214 sesudah di fisioterapi serta kekuatan otot ekstremitas bawah
sebelum di fisioterapi sebesar 3,42±1.308 dan 4,32±1,045 sesudah di fisioterapi.

Penelitian sejenis perlu dilakukan dengan tidak hanya menggunakan data rekam medis,
akan tetapi membandingkan data pasien sebelum dengan setelah pemberian fisioterapi.
Selain itu, dalam penelitian selanjutnya fisioterapi yang diberikan tidak hanya ROM
exercise dan positioning saja, dapat juga diberikan latihan gerak pasif, passive breathing
excercise, stimulasi taktil dan lain-lain. Penelitian lanjutan untuk mengetahui efek yang
lebih lama pada penderita stroke non hemoragik, maupun pada penderita yang
membutuhkan fisioterapi lainnya perlu dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai