Penulis:
Puji Lestari
Silmi Kaffah
Hajra Indrayati
Dini Nurhayati
Aen Nurfalah.
Abstract
The purpose of this research is to investigate the use of code switching and
mixing in Pasar Baru Bandung, especially Bandung souvenirs traders. This research
examines thet ypes of code switching and mixing that occurs in the dialogue by the
traders to the visitors, the reason why they switch or mix their dialogue, and the
context of code switching and mixing in the dialog. Data were collected by writing
dialogues of code mixing and switching and then mark the words or phrases or
sentences in the dialogue. Data were analyzed by using the theory of Hudson about
the types of code switching and code mixing. Moreover, the theory of Suwito and
Mutmainnah about the reason of code switching and mixing is used in this research.
In this study calculated how much frequency traders use code switching and mixing.
The results showed that most of them use the conversational code switching and inner
code mixing in workings of their conversation because there are many Regional and
English languages that are familiar to them, so they can use in their sentences easily.
The results showed that most of them use code switching and mixing in their dialogue
as express their group identity.
Abstrak
1. Pendahuluan
Alih kode (code switching) merupakan salah satu wujud penggunaan bahasa
oleh seorang dwibahasawan, yaitu penggunaan lebih dari satu bahasa oleh seorang
dwibahasawan yang bertutur dengan cara memilih salah satu kode bahasa disesuaikan
dengan keadaan (Hudson 1996:51-53). Terdapat dua jenis alih kode, yaitu Situational
code-switching dan Metaphorical codeswitching (Hudson, 1996:52-53; Wardhaugh,
1986: 102-103; Istiati. S, 1985). Situational code-switching adalah adanya perubahan
bahasa yang terjadi karena adanya perubahan situasi. Seorang dwibahasawan
menggunakan satu bahasa dalam satu situasi tutur dan menggunakan bahasa yang lain
pada situasi tutur yang lain (Hudson 1996:52; Wardhaugh 1986:102-103). Menurut
Hudson (1996), alih kode jenis ini dinamakan situational code-switching karena
perubahan bahasa-bahasa oleh seorang dwibahasawan selalu bersamaan dengan
perubahan dari satu situasi eksternal (misalnya berbicara kepada anggota keluarga) ke
situasi eksternal lainnya (misalnya berbicara dengan tetangga).
Suwito (dalam Oktora 2012) membagi alih kode menjadi dua, yaitu alih kode
ekstern bila alih bahasa, seperti dari bahasa Indonesia beralih ke bahasa Inggris atau
sebaliknya, dan alih kode intern, yaitu bila alih kode berupa alih varian, seperti dari
bahasa Jawa ngoko merubah ke krama.
Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode sebagai yaitu; penutur, seorang
penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan.
Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Mitra
tutur, yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode
dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda
4
cenderung alih kode berupa alih bahasa. Hadirnya penutur ketiga, untuk menetralisasi
situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra
tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda. Pokok
pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan
terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan
dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang
bersifat informal disampaikan dengan bahasa tak baku, gaya sedikit emosional, dan
serba seenaknya. Untuk membangkitkan rasa humor biasanya dilakukan dengan alih
varian, alih ragam, atau alih gaya bicara.
Untuk sekadar bergengsi walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan
faktor sosio-situasional tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadi alih kode,
sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif.
Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu: campur kode ke dalam (innercode-
mixing), merupakan campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala
variasinya dan campur kode ke luar (outer code-mixing), merupakan campur kode
yang berasal dari bahasa asing. Adapun latar belakang terjadinya campur kode dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type), merupakan latar belakang
sikap penutur dan kebahasaan (linguistik type) merupakan latar belakang keterbatasan
bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan
untuk menjelaskan atau menafsirkan. Dengan demikian campur kode terjadi karena
adanya hubungan timbal balik antaraperanan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi
bahasa. Beberapa wujud campur kode antara lain berupa penyisipan kata, frasa,
klausa, ungkapan atau idiom, dan penyisipan bentuk baster (gabungan pembentukan
asli dan asing).
2. Metode Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka perlu diuraikan lebih
lanjut tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian metode
penelitian ini dibagi menjadi dua pokok bahasan, yaitu objek penelitian dan metode
penelitian. Objek kajian bisa diteliti berdasarkan tiga langkah-langkah yang penting,
yaitu langkah penyediaan data, langkah analisis data, dan langkah penyajian hasil
analisis. Satu hal yang harus diperhatikan dalam penelitian sosiolinguistik, yaitu
bahwa aspek luar bahasa sangat signifikan menjelaskan atau dijelaskan oleh bahasa
itu sendiri. Dengan kata lain, konsep dasar kajian sosiolinguistik adalah konsep
korelasi. Yang dilakukan peneliti di bidang ini adalah mengkorelasikan bahasa
dengan aspek sosial.
6
3. Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian pemakaian alih kode dan campur
kode pada pedagang dalam sosialisasi bahasa dalam konteks multikultural di Pasar
Baru Bandung. Pasar Baru Bandung merupakan sebuah pasar yang dihuni mahasiswa
yang heterogen atau multikultural, baik asal daerah, suku, bahasa, agama, pendidikan,
dan adat-istiadat. Pasar Baru Bandungberalamat di Jl. Otto Iskandardinata No. 99,
Pasar Baru, Kota Bandung 40181, Indonesia
Pemilihan Pasar Baru Bandung sebagai lokasi penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data sesuai dengan topik penelitian. Data dalam penelitian ini
bersumber dari penggunaan campur kode dalam sosialisasi bahasa pedagang yang
terjadi Pasar Baru Bandung. Penggunaan bahasa itu terjadi secara alami dari peristiwa
tutur yang wajar dalam komunikasi sehari-hari di pasar.
1. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan seorang peneliti
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dengan metode pengumpulan data yang
tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan pencapaian pemecahan masalah
secara valid dan terpercaya yang akhirnya akan memungkinkan dirumuskannya
generalisasi yang obyektif (Nawawi 1991:13).
Analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui empat langkah, yaitu 1)
reduksi data, 2) transkripsi data, 3) pengelompokan kategori data dari catatan, dan 4)
penyimpulan pola penggunaan alih kode dan campur kode dalam sosialisasi bahasa
pada pedagang oleh-oleh di Pasar Baru.
Pada penelitian ini, hasil analisis data disajikan dengan menggunakan metode
informal. Penerapan metode informal dalam penelitian ini tampak pada pemaparan
hasil analisis tentang penggunaan alih kode dan campur kode dalam sosialisasi
bahasa. Dengan metode informal ini, penyajian hasil analisis data dilakukan dengan
menyajikan diskripsi khas verbal dengan kata-kata.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka pembahasan dibagi menjadi tiga
bagian. Secara lengkap pembahasan tersebut sebagai berikut.
Penggunaan alih kode pada para pedagang oleh-olehdi Pasar Baru Bandung dapat
dilihat dari dialog berikut:
Percakapan 1
Hajra :“Aduh Bu maaf saya mau nuker uang sama sepuluh ribuan
lima.”
Pecakapan 2
Pedagang kios 5: ”Iyo tukang ojeg nan dakek rumah ambo bacarito ado panumpang
nan lupo bayia ongkos.”
Tiba-tiba ada pembeli datang ke kios 5, dan secara spontan pedagang kios 5
mengalihkan bahasanya menjadi bahasa Indonesia.
Dalam percakapan tersebut, terjadi alih kode dari Bahasa Padang ke Bahasa
Indonesia. Alih kode tersebut terjadi karena adanya perubahan situasi dimana ada
pembeli yang datang saat mereka berbincang-bincang, pedagang tersebut tidak
mengetahui bahasa apa yang digunakan oleh pembeli itu. Jadi, pedagang itu
mensiasati hal tersebut dengan mengalihkan ke bahasa Indonesia.
Percakapan 1
Petutur : Winda
Pedagang kios 7 : “Sok teh, mau apa oleh-olehnya sok dicoba dulu?”
Pecakapan 2
Petutur : Ibu-ibu
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar dari mereka
menggunakan Inner Code Mixing dan Conversational Code Mixing.
5. Simpulan
dapat dilakukan di wilayah yang lebih luas untuk mendeskripsikan lebih jauh
penggunaan campur kode dalam sosialisasi bahasa. Selanjutnya, dalam upaya
memperdalam dan memperluas pemahaman tentang alih kode, campur kode, dan
sosialisasi bahasa perlu dilakukan kajian yang lebih mendetail.
6. Daftar Pustaka
Arsanti, Meilan. 2012. Alih Kode dan Campur Kode. (Diunduh 11 April 2013)
Lampiran
Berikut merupakan pengelompokan Alih Kode dan Campur Kode dari hasil
pengamatan pada para pedagang oleh-oleh di Pasar Baru Bandung:
Alih Campur
No Kalimat Ujaran Keteragan
Kode Kode
Conversational
1 Sok neng barade? Sayang mau apa oleh-olehnya? √
Code Switching
2 Sok teh mau apa oleh-olehnya say? √ Inner Code Mixing
3 Hayu neng makanan pedesnya dua belas ribu. √ Inner Code Mixing
bayia ongkos.”
Pedagang kios 6: “Oiyo? Manga bisa coitu?”
Tiba-tiba ada pembeli datang ke kios 5, dan secara
spontan pedagang kios 5 mengalihkan bahasanya
menjadi bahasa Indonesia.
Pedagang kios 5: “ Mari-mari, silahkan dipilih oleh-
olehnya.”
Pedagang kios 7: “ Sok teh, mau apa oleh-olehnya
sok dicoba dulu?”
19 √ Inner Code Mixing
Winda: “ Teh, upami dodol sekilonya berapa?”
Pedagang kios 7: “Sekilonya 12 ribu neng.”
Pedagang kios 12: “Sok kripikna-kripikna 12 ribu
sekilo-sekilo!”
20 √ Inner Code Mixing
Ibu-ibu: “Naha mang awis-awis teuing, biasana oge
10 sakilona.”
Hoyong kue anu mana bu? Boleh nyobain dulu kok Conversational
22 √
silahkan. Code Switching
23 Oleh-olehna Bos buat di rumah. √ Inner Code Mixing
Kurupukna, Kiripikna, Dodolna, sok manga kesini
24 √ Inner Code Mixing
dulu.
25 Sok dicobain dulu Bu peuyeumna, diical mirah kok. √ Inner Code Mixing