Anda di halaman 1dari 16

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

REVIEW JURNAL “FORMULASI DAN KARAKTERISASI SAMPO MINYAK


ALMOND UNTUK RAMBUT KERING”

Disusun oleh :
Diah Rahma Indriani 31171006
D3 3 Farmasi 1

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah tentang Review Jurnal dari jurnal “Formulasi Dan Karakterisasi
Sampo Minyak Almond Untuk Rambut Kering” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Metodologi Penelitian. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga
dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Bandung, 8 November 2019

Penyusun
FORMULASI DAN KARAKTERISASI SAMPO MINYAK ALMOND
UNTUK RAMBUT KERING

Abstrak

Salah satu sediaan perawatan rambut yaitu sampo. Sampo merupakan sediaan yang digunakan
sebagai pembersih rambut dan kulit kepala dari segala kotoran diantaranya minyak, sel-sel
yang sudah mati dan sebagainya. Rambut kering adalah masalah klasik yang dialami semua
orang.Minyak almond merupakan emolien yang sangat baik dan digunakan sebagai salah satu
bahan utama dari sampo dan produk perawatan tubuh lainnya. Minyak almond juga berguna
untuk perawatan rambut, terutama sebagai pengobatan dan pencegahan rambut rontok. Uraian
diatas mendorong peneliti untuk melakukan formulasi dan karakteristik terhadap sediaan
sampo miyak almond dengan berbagai konsentrasi sebagai pelembab untuk rambut kering.

Kata kunci: sampo, minyak almond, rambut kering.


DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Rambut merupakan salah satu pendukung penampilan, sehingga harus dirawat agar
tetap bersih dan sehat (Robbins CR, 2002). Kesehatan rambut sangat penting diperhatikan
karena jika rambut tidak diperlakukan secara baik dan tidak melakukan perawatan secara rutin
maka dapat mengalami masalah rambut, seperti; rambut kering dan pecah-pecah, sedangkan
rambut yang kotor dan lepek menandakan seseorang yang kurang memperhatikan penampilan
dan cendrung malas memperhatikan kebersihan dirinya (Rostamailis, 2008).

Banyak faktor yang membuat rambut indah menjadi rusak seketika. Apalagi bagi
masyarakat yang tinggal di negara beriklim tropis seperti Indonesia, sinar matahari adalah
musuh bagi setiap helai rambut Anda. Rambut yang keseringan terkena sinar matahari akan
mengalami kekeringan (Tyas, 2014). Rambut kering adalah masalah klasik yang dialami oleh
tua, muda, pria, wanita. Keadaan rambut yang kering terkadang disertai dengan mengembang,
sehingga rambut sulit untuk diuraikan, kecuali sebelumnya telah dibasahi atau sehabis mandi
dengan menggunakan minyak rambut (Van, 1986). Penyebab utama rambut kering adalah
sinar matahari, sedangkan menurut beberapa artikel rambut kering dipicu karena rendahnya
tingkat kelembaban rambut (Van, 1986)

Rambut yang menghiasi kepala manusia merupakan suatu kebutuhan estetika, sehingga
orang menghabiskan banyak waktu untuk merawat dan memperbaiki rambutnya. (Limbani,
2009). Upaya perawatan rambut dapat dilakukan dengan menggunakan sampo. (Robbins CR,
2002). Sampo juga merupakan produk utama dalam kosmetik perawatan rambut (Limbani,
209). Sampo merupakan sediaan kosmetik yang digunakan sebagai pembersih rambut dan
kulit kepala dari segala kotoran diantaranya minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan
sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007).

Minyak almond merupakan emolien yang sangat baik dan digunakan sebagai salah satu
bahan utama dari lotion, sampo, dan produk perawatan tubuh lainnya. Minyak almond juga
sangat baik untuk perawatan rambut, terutama bermanfaat dalam pengobatan dan pencegahan
rambut rontok (Tyas, 2014). Minyak almond mengandung antioksidan seperti vitamin E,
asam stearat dan asam oleat dan zat lainnya yang mampu menutrisi, memperbaiki sel kulit
sehingga mampu mangatasi ketombe pada kulit kepada dan melembabkan rambut sehingga
dapat diatur dengan mudah. Kandungan vitamin E serta asam lemak seperti asam oleat,
Omega-9 dan Omega-6 sangat membantu dalam memperkuat akar rambut. Kaya akan asam
lemak penting, karbohidrat dan protein dan mengandung vitamin dan mineral yang tinggi
(Zeeshan, 2009).

Uraian diatas mendorong peneliti untuk melakukan Formulasi dan karakteristik


terhadap sediaan sampo miyak almond dengan berbagai konsentrasi digunakan sebagai
pelembab untuk rambut kering.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah minyak almond dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam formulasi sediaan
sampo?
2. Apa ada pengaruh dari perbedaan konsentrasi terhadap karakteristik fisik sediaan
sediaan sampo yang mengandung minyak almond
3. Apa sediaan sampo dengan bahan dasar minyak almond yang dibuat memenuhi kriteria
fisik yang sesuai?

1.3 Tujuan
1. Untuk membuat sediaan shampo menggunakan bahan dasar dari minyak almond
2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap karakteristik fisik sediaan
sampo yang mengandung minyak almond
3. Untuk mengetahui sediaan sampo yang dibuat telah memenuhi kriteria fisik yang
sesuai.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu :

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan minyak almond


sebagai bahan dasar pembuatan sediaan shampo.
BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Minyak Almond

Almond oil (Oleum amygdalae) yang sering digunakan dalam pijat tradisional sebagai
lubrikan. Almond oil dipercaya memiliki banyak manfaat dalam dunia kedokteran seperti efek
antiinflamasi, imunomodulator, dan antihepatotoksik. Almond oil juga memiliki sifat oklusif
dan emolien sehingga juga mulai digunakan sebagai pelembap. (Ahmad Z, 2010) (Hauser
BM, 2012).

Menurut Tyas (2014), Minyak almond merupakan emolien yang sangat baik dan
digunakan sebagai salah satu bahan utama dari lotion, sampo, dan produk perawatan tubuh
lainnya. Minyak almond juga sangat baik untuk perawatan rambut, terutama bermanfaat
dalam pengobatan dan pencegahan rambut rontok. Minyak almond mengandung antioksidan
seperti vitamin E, asam stearat dan asam oleat dan zat lainnya yang mampu menutrisi,
memperbaiki sel kulit sehingga mampu mangatasi ketombe pada kulit kepada dan
melembabkan rambut sehingga dapat diatur dengan mudah. Kandungan vitamin E serta asam
lemak seperti asam oleat, Omega-9 dan Omega-6 sangat membantu dalam memperkuat akar
rambut. Kaya akan asam lemak penting, karbohidrat dan protein dan mengandung vitamin
dan mineral yang tinggi (Zeeshan, 2009).

2.2 Rambut

Rambut adalah simbol ketampanan dan kecantikan dari tubuh manusia. Begitu banyak waktu,
tenaga, dan uang yang dihabiskan dalam merawat hal itu, terutama dalam hal rambut. Rambut
kepala melindungi terhadap kondisi lingkungan tertentu seperti sinar matahari dan dingin
(Barel, et al., 2001). Penggunaan kosmetik rambut di mana-mana di antara pria dan
perempuan dari segala usia (Draelos, 2010). Agar kondisi rambut tetap sehat dan cantik
diperlukan pengetahuan tentang rambut, seperti berikut ini:

2.2.1 Klasifikasi rambut

Rambut dibagi dalam 2 klasifikasi:

1. Rambut velus Rambut velus masih ditemukan di seluruh tubuh. Rambut akan berganti
menjadi rambut terminal pada masa pubertas.
2. Rambut terminal Penampilan rambut terminal bervariasi dengan usia pubertas yang
tercapai, lokasi tubuh, dan jenis kelamin. Rambut terminal dapat berupa panjang atau
pendek (Mitsui, 1997).

2.2.2 Stuktur rambut

Folikel rambut adalah struktur kompleks yang menunjukkan kemampuan untuk sepenuhnya
regenerasi sendiri (rambut tumbuh), rontok dan kemudian bertumbuh kembali. Sel-sel penting
untuk pengembangan folikel rambut termasuk sel induk dalam daerah tonjolan dan sel dermal
papilla (Draelos, 2010).

2.2.3 Batang rambut


Bagian rambut yang ada diluar kulit dinamakan batang rambut. Jika batang rambut kita
dipotong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:

1. Kutikula rambut Terdiri dari sel-sel keratin 6 - 8 lapisan yang pipih dan saling
bertumpuk, seperti sisik ikan atau genteng rumah. Kutikula terbagi 2 bagian yaitu
endokutikula dan eksokutikula. Lapisan ini keras dan berfungsi melindungi rambut
dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut dan bertanggung
jawab atas kilau dan tekstur rambut (Tranggono dan Latifah, 2007; Draelos, 2010)
2. Korteks rambut Merupakan lapisan yang lebih dalam, terdiri dari sel-sel yang
memanjang, tersusun rapat dan komponen utama dari batang rambut. Terletak di
bawah kutikula dan berkontribusi terhadap sifat mekanik dari rambut, termasuk
kekuatan dan elastisitas. Jika rambut dibasahi dan direntang perlahan-lahan, rambut
dapat memanjang sampai 1,5 kali karena bentuk sel-sel dalam korteks rambut ini.
Lapisan ini sebagian terbesar terdiri dari pigmen rambut dan rongga-rongga udara.
Stuktur korteks menentukan tipe rambut. Lapisan korteks merupakan lapisan yang
agak lunak dan mudah dirusak oleh bahan kimia yang masuk ke dalam rambut
(Tranggono dan Latifah, 2007; Draelos, 2010).
3. Medulla rambut Dapat disamakan dengan sumsum rambut. Ia terdiri dari tiga atau
empat lapisan sel yang berbentuk kubus, berisikan butir-butir lemak, dan rongga udara
(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.4 Pertumbuhan rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah
matrix/umbi atau tombol rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses
pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi
pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Draelos, 2010).
Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan.
Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata diseluruh permukaan kulit. Diakhir
bulan ke 6 atau awal bulan ke 7 usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh
dipermukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan.
Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir,rambut bayi ini akan
rontok, diganti dengan rambut terminal (Tranggono dan Latifah, 2007).

Siklus pertumbuhan dibagi 3 fase:

1. Fase anagen (pertumbuhan) Fase anagen lamanya berkisar antara 2-5 tahun dan rata-
rata 3 tahun atau 1000 hari. Tetapi keadaan tertentu atau dengan perawatan yang baik,
fase anagen data diperpanjang.
2. Fase katagen (istirahat) Rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan
menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum
rontok. Hanya terjadi beberapa minggu.
3. Fase telogen (kerontokan) Papil mulai membentuk rambut baru, ketika sudah cukup
panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama terdesak dan rontok. Berlangsung
selama kurang lebih 100 hari (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3 Sampo
Sampo adalah kosmetik yang digunakan untuk mencuci rambut, menghilangkan kotoran dari
kulit kepala dan rambut, mengobati ketombe dan gatal serta mempertahankan rambut dalam
kondisi bersih dan indah. Dalam rangka untuk melakukan hal ini, sampo harus memiliki daya
pembersih yang cukup untuk menghilangkan semua kotoran namun tidak akan
menghilangkan sebum terlalu banyak, yang sangat diperlukan untuk kulit kepala dan rambut.
Ada berbagai macam sampo, di samping fungsi utama sebagai pembersih, juga memiliki nilai
tambah dalam bentuk conditioner (melembutkan), berkilau dan mudah diatur. Sehingga tersedia
sampo dalam berbagai jenis dan bentuk (Mitsui, 1997).

2.3.1 Persyaratan sampo

Tujuan penggunaan sampo sudah tentu untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari
segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan
sebagainya secara baik dan aman. Untuk maksud tersebut, sampo harus memenuhi syarat,
yaitu:

a) Sampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat,
lembut, dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
b) Sampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika
tidak kulit kepala menjadi kering.
c) Sampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat
mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam
komposisi sampo.
d) Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.
e) Sampo harus stabil dalam penyimpanan (Ditjen POM, 1985).

Kotoran dihapus oleh penetrasi, pengemulsi dan tindakan dispersif surfaktan. Pertama-tama,
sampo menembus ke antarmuka antara kotoran dan permukaan yang dicuci (kulit kepala dan
rambut) dan melemahkan adhesi. Akibatnya, kotoran dapat mudah dihapus oleh kekuatan
fisik dan diambil oleh air. Kotoran ini dipecah menjadi partikel, lalu terdispersi dalam air dan
surfaktan yang teradsorpsi mencegah kotoran kembali pada rambut dan kulit kepala lagi. Busa
sampo berperan sangat penting karena itu membuat rambut mudah dicuci (Mitsui, 1997).

2.3.2 Pembagian sampo

Dari segi bentuk, dikenal 4 macam sampo, yaitu:

1. Sampo cair jernih


a) Soap shampoo Merupakan larutan sabun kalium dari minyak kelapa dan minyak
tanaman lainnya, sehingga mengandung asam laurat yang tinggi. Sampo ini mudah
larut dalam air dan membentuk banyak busa.
b) Sampo dengan bahan dasar fatty alcohol sulfates
c) Sampo dengan bahan dasar berbagai deterjen
2. Sampo dalam bentuk krim Sampo cair jernih yang menjadi kabut setelah lama disimpan atau
setelah mengalami pendinginan hebat dianggap sebagai produk rusak secara estetik. Karena
gangguan itu sering terjadi, awan itu sekalian diperbanyak sehingga sampo menjadi krim.
Krim sampo dibuat sebagaimana sampo cair biasa, hanya bahan pelarut dikurangi, dan
ditambahi bahan pembentuk kabut (opacifying agent).
3. Sampo dalam bentuk gel Jika kandungan bahan pengental di dalam sampo cair jernih atau
sampo krim ditingkatkan, hasilnya adalah sampo yang transparan, kental seperti jelly.
4. Sampo kering Sampo kering merupakan sampo yang paling murah, karena 5 gram pun sudah
cukup untuk sekali pakai. Umumnya dikemas dalam bungkusan kecil untuk sekali pakai
sehingga praktis. Kekurangannya, kandungan hairconditioning agents terpaksa sedikit sekali
(Tranggono dan Latifah, 2007). Beberapa jenis sampo yang memiliki fungsi tambahan.
1) Sampo minyak dan sampo krim, di mana komponen minyak telah ditambahkan untuk
meningkatkan perasaan nyaman setelah rambut telah dicuci.
2) Sampo penyejuk/pelembut (conditioner) yang mencegah kerusakan rambut selama
cuci.
3) Sampo anti ketombe yang sangat efektif dalam mencegah ketombe dan gatal.
4) Sampo ringan yang kurang mengiritasi kulit kepala dan rambut.
5) Sampo dua dalam satu (kombinasi). Sampo jenis ini menggabungkan fungsi
membersihkan juga melembutkan (mengurangi gesekan pada permukaan rambut,
melindungi rambut) (Mitsui, 1997).
6) Sampo bayi yang lembut
7) Sampo kecantikan (Butler, 2000).

Tiga kategori sampo

1. Sampo kosmetik terutama dirancang untuk membersihkan rambut, tapi tentu saja kulit kepala
dibersihkan secara bersamaan. Sampo sekarang ini memperhatikan kondisi rambut dengan
menambahkan bahan tertentu pada rambut untuk meningkatkan manfaat sebagai kosmetik
seperti kemudahan menyisir, mengilaukan, pemeliharaan, dan atribut lainnya yang penting
bagi semua konsumen.
2. Sampo terapi untuk perawatan kulit kepala (sering disebut "antiketombe") Mengandung bahan
aktif untuk mengontrol kondisi ketombe dan seroboik dermatitis, paling sering dengan
mengurangi populasi Malassezia pada kulit kepala. Produk terapi standar cenderung berfokus
pada obat aktif tanpa pertimbangan penuh estetika produk.
3. Produk terapi kosmetik dioptimalkan juga mengandung obat aktif untuk mencapai manfaat
terapi, tetapi tanpa mengurangi nilai estetika dari produk (Draelos, 2010).

2.3.3 Mekanisme sampo membersihkan kotoran

Tujuan utama dari sampo adalah untuk membersihkan rambut. Tiga komponen dasar kotoran yang ada
di rambut:

1. Sebum, sekresi berminyak dari kelenjar sebaceous.


2. Materi protein yang timbul dari puing-puing sel dari stratum corneum lapisan kulit kepala, dan
kandungan protein keringat.
3. Polutan atmosfer dan residu dari produk perawatan rambut lainnya.

Ketiga jenis kotoran perlu dibasahi, sehingga tegangan permukaan air dikurangi dengan surfaktan
sampo, yang memungkinkan kontak penuh dengan permukaan kotoran. Setiap kotoran yang larut
kemudian dibersihkan dalam media berair. Kotoran berminyak atau sebum dihilangkan oleh proses
yang dikenal sebagai 'roll-up', yaitu perpindahan kotoran dengan larutan deterjen. Kotoran partikulat
terlarut cenderung dihilangkan dengan tolakan elektrostatik antara kotoran dan serat rambut dibantu
oleh tolakan antara molekul surfaktan teradsorbsi ke serat rambut dan mereka terlarut ke kotoran
(Butler, 2000).

2.3.4 Bahan utama sampo


Komponen utama dari semua sampo adalah surfaktan yang membantu untuk menghilangkan lipid
sebasea, puing-puing keratin, partikulat dari udara, dan residu dari produk styling. Bahan-bahan ini
bertanggung jawab untuk penyabunan suatu produk, volume busa adalah penting dalam persepsi
pengguna kegiatan pembersihan (Draelos, 2010). Surfaktan adalah zat yang jika dilarutkan dalam
cairan cenderung memekat pada permukaan cairan tersebut. Kesanggupan untuk memekatkan pada
permukaan pelarut disebabkan dualism sifat fisikokimia surfaktan. Molekul surfaktan selalu terdiri
dari bagian hidrofilik dan hidrofobik (Ditjen POM, 1985).

2.3.5 Bahan tambahan sampo

1. Pengental atau pengatur viskositas

Membuat produk lebih nyaman untuk digunakan (alkanolamida, metilselulosa, elektrolit seperti
natrium klorida, atau amonium klorida) (Salvador dan Chisvert, 2007). Natrium klorida adalah bahan
tambahan yang cocok untuk sejumlah besar formula. Hydrocolloids seperti polivinil alkohol atau
turunan selulosa juga dapat dimanfaatkan (Butler, 2000).

2. Bahan opasitas
Mengurangi dan meningkatkan penampilan akhir produk (ethylenglycol atau propylenglygol,
magnesium atau seng stearat) (Salvador dan Chisvert, 2007). Bahan opasitas memberikan
penampilan sampo krim yang menarik bagi konsumen dengan rambut kering atau rusak
(Butler, 2000).
3. Pengawet
Berbagai macam pengawet ada, biasanya digunakan untuk mencegah kontaminasi bakteri.
Biasanya digunakan nipagin dan nipasol (Butler, 2000).
4. Pengatur pH
Asam sitrat, asam laktat dan asam asetat biasanya digunakan untuk mencapai hal ini (Butler,
2000).
5. Pembentuk busa
Meningkatkan kualitas busa yang dihasilkan dengan meningkatkan satu atau lebih dari sifat
berikut: volume, tekstur dan / atau stabilitas (misalnya alkanolamida) (Salvador dan Chisvert,
2007).
6. Bahan penyejuk, pelembab rambut dan kulit kepala
Meminimalkan efek negatif dari penghapusan sebum yang berlebihan biasanya digunakan
lanolin, setil alkohol, silikon seperti dimethicone (Salvador dan Chisvert, 2007).
7. Bahan pelarut detergen
Detergen tidak mudah larut dalam air, diperlukan bahan pelarut detergen agar sampo tidak
menjadi seperti awan. Biasanya digunakan alkohol, glikol atau gliserol (Tranggono dan
Latifah, 2007).
BAB III Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian dilakukan di Laboratorium Universitas


Muslim Nusantara Medan. Penelitian meliputi formulasi sediaan dan pemeriksaan mutu fisik
sediaan.
BAB VI Alat dan Bahan
4.1 Alat

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spatel, neraca listrik, cawan porselen,
pipet tetes, penjepit tabung, objek gelas, pH meter (Hanna), alat-alat gelas, pot plastik,
penangas air, batang pengaduk, dan alat moisture checker (Aramo SG Component I).

4.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak almond, kalium hidroksida,
gliserol, na cmc, nipagin, asam asetat glasial dan akuades.
BAB V Prosedur
1. Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan sampo dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai
berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):
R/ Coconut oil 15,0
Olive oil 5,0
Castor oil 5,0
Potasium hidroxide (36%) 12,0
Potasium carbonate 0,5
Gliserol 3,5
Air 56,0
2. Modifikasi Formula
R/ Minyak almond 5-25%
Kalium hidroksida 12,0
Gliserol 3,5
Hidroksi propil metil selulosa 2
Nipagin 0,1
Asam asetat glasial ad pH 7
Pewangi 0,1
Akuades ad 100
Modifikasi formula dengan menambahkan komponen yaitu hidroksi propil metil selulosa, asam
asetat, nipagin dan parfum dan menghilangkan olive oil, castor oil dan potasium carbonate karena
dalam penelitian ini hanya menggunakan bahan dasar minyak almond sebagai pengganti coconut
oil.
Menurut De Polo (1998), bahan pengental yang dapat digunakan dalam sediaan sampo yaitu
natrium klorida, derivat selulosa seperti karboksimetil selulosa, hidroksi propil metil selulosa
biasanya digunakan sampai 0- 10%, dan dalam penelitian ini digunakan 2% setelah dilakukan
orientasi 0-2,5%. Hidroksi propil metil selulosa dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan
sampo, menciptakan tahanan dalam mengalir sehingga sampo mudah digunakan dan
menstabilkan busa sehingga meningkatkan nilai estetika dan psikologis konsumen. Nipagin
digunakan sebagai pengawet sebanyak 0,05-0,15%, dan dalam penelitian ini digunakan sebanyak
0,1%.

Tabel 1. Modifikasi formula sediaan sampo menggunakan minyak almond dalam berbagai
konsentrasi

Prosedur pembuatan sampo


Dipanaskan akuades pada suhu 60-700C, sejumlah 30 ml. Lalu dimasukkan hidroksi propil metil
selulosa sedikit demi sedikit, sambil diaduk dengan magnetic stirer (campuran A). Ditimbang
minyak almond dalam beaker glass lalu dipanaskan pada suhu 70oC. Di wadah yang lain
dipanaskan kalium hidroksida pada suhu 35oC. Lalu dicampurkan minyak almond dan kalium
hidroksida yang telah dipanaskan. Aduk terus hingga terbentuk sabun atau kira-kira ± 1 jam.
Ditambahkan gliserol dan nipagin aduk hingga homogen. Lalu ditambahkan sedikit akuades dan
diaduk terus hingga homogen. Lalu ditambahkan campuran A, diaduk terus hingga homogen.
Lalu ditambahkan sisa akuades sambil dturunkan suhunya. Ditambahkan pewangi dan diaduk
homogen. Ditambahkan asam asetat glasial sambil dicek pH sampai pH 7.
DAFTAR PUSTAKA
1. Limbani, M., M.R. Dabhi., M.K. Raval., and N.R. Sheth. 2009. Clear Shampoo: an Important
Formulation Aspect with Consideration of the Toxicity of Commonly Used Shampoo
Ingredients. Saurashtra University, India.
2. Rostamailis, Hayatunnufus 2008.Perawatan dan Penataan Rambut. Padang:UNP Press.
3. Robbins CR. Chemical and physical behavior of human hair, 4th ed, Springer Verlag, New
York, 2002, 21-45.
4. Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 4.
5. Tyas, K. (2014). Girl’s Guide for Health & Beauty. Jogjakarta: Trans Idea Publishing.
Halaman 50 - 58.
6. Van Scott, E.J., dan Dieullangard. (1986). Xerosis (Dry Skin, Xeroderma) in: Practical
Management of Dermatoogic Patient. Philadelphia: J.B. Lippincott Co. Halaman 224.
7. Zeeshan, A. (2009). Complementary Therapies in Clinical Practice16(2010): The Uses
and Properties of Almond oil. Elseveir Ltd. Halaman 10-12.
8. Ahmad Z. Complementary Therapies in Clinical Practice The uses and properties of almond
oil. Complement Ther Clin Pract [Internet]. Elsevier Ltd; 2010;16(1):10–2. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ctcp.2009.06.015
9. Hauser BM, Germany JCH. Cosmetic Oils in comparison : penetration and occlusion of
paraffin oil and vegetable oils. 2012;

Anda mungkin juga menyukai