Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KONSENTRASI TOTAL SUSPENDED

PARTICULATE (TSP) MENGGUNAKAN HIGH VOLUME


SAMPLER DI SEKITAR GRAHA WIDYA WISUDA IPB

Analysis Total Suspended Particulate Using High Volume Sampler


Around Graha Widya Wisuda IPB
Emir Aulia1, Abiyyu Gusta Putra2, Bernando Agung Saputra3, M. Fikri Ikhsan4,
Uswatul Lameiss Kh5, Wahyu Pradana Putra6
Jumat Sore – Kelompok 2
1,2,3,4,5,6)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper,
Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680
abiyyu.gustyaputra@gmail.com

Abstrak: Seiring berjalannya waktu, jumlah kendaraan semakin meningkat sehingga menyebabkan
pencemaran udara semakin meningkat juga. Salah satu parameter pencemaran udara yaitu total
suspended particulate. Hampir sebagian besar sumber partikulat pada saat ini diproduksi dari sumber
antropogenik oleh adanya emisi dari kegiatan industri yang dikeluarkan melalui cerobong, serta asap
kendaraan bermotor Partikulat merupakan suatu campuran kompleks yang ringan antara senyawa
organik dan anorganik, dengan ukuran antara 1-100 μm dan mengganggu sistem respirasi manusia.
Partikulat terbagi menjadi 2 jenis yaitu PM10 dan PM2,5, perbedaannya yaitu PM10 memiliki ukuran
0,1-10 μm dan PM2,5 memiliki ukuran <2,5 μm. Studi epidemologi menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara mortality dengan konsentrasi particulate matter (PM) khususnya fine particulate yang
secara efisien dapat menembus ke dalam paru-paru sehingga meningkatkan insiden resiko penyakit
pernafasan dan kardiovaskular. Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 baku mutu untuk tsp
pada waktu pengukuran 24 jam sebanyak 230 ug/Nm 3 dan untuk waktu pengukuran 1 jam sebesar 90
ug/Nm3. Pengukuran partikulat dilakukan pada kawasan yang sering dilalui kendaraan dengan harapan
hasil pengukuran mewakili suatu daerah. Pengukuran dilakukan pada kawasan graha widya wisuda,
IPB yang sering dilalui kendaraan. Pengukuran dilakukan selama 1 jam dengan menggunakan alat
High Volume Sampler(HVS) dengan selang waktu selama 15 menit. Data yang dipantau selama
pengukuran yaitu suhu ruang, suhu alat, tekanan udara, dan kecepatan aliran udara. Setelah diketahui
data-data tersebut diolah sehingga diketahui konsentrasi partikulat.
Kata Kunci: Baku Mutu, High Volume Sampler, Partikulat, Pencemaran Udara

Abstract: Over time, the number of vehicles has increased, causing air pollution to increase as well.
One parameter of air pollution is total suspended particulate. Most of the particulate sources are
currently produced from anthropogenic sources due to emissions from industrial activities released
through the chimney, and motorized vehicle smoke. human respiration. Particulates are divided into 2
types namely PM10 and PM2.5, the difference is that PM10 has a size of 0.1-10 μm and PM2.5 has a
size <2.5 μm. Epidemiological studies show a significant relationship between mortality with
concentrations of particulate matter (PM) especially fine particulate which can efficiently penetrate into
the lungs thereby increasing the incidence of respiratory and cardiovascular disease risk. Besides that
it can cause coughing, sore throat, acute and chronic bronchitis, asthma, pneumonia, and lung cancer
is a manifestation of respiratory diseases due to exposure to air pollutants continuously and lasts long
enough. According to Government Regulation No. 41 of 1999 the quality standard for tsp at a time of
measurement of 24 hours was 230 ug / Nm3 and for the measurement time of 1 hour amounted to 90 ug
/ Nm3. Particulate measurements are carried out in areas frequently traveled by vehicles in the hope
that the measurement results represent an area. Measurements were made at Graha Widya Graduation
Area, IPB which is often passed by vehicles. Measurements were made for 1 hour using a High Volume
Sampler (HVS) with an interval of 15 minutes. Data monitored during measurements are room

1
temperature, device temperature, air pressure, and air flow velocity. After knowing the data is processed
so that the concentration of particulates is known.
Keywords: Air Pollution, High Volume Sampler, Particulate, Quality Standard

PENDAHULUAN
Pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya suatu komponen lain kedalam
udara ambient dengan jumlah tertentu sehingga kualitas udara menurun yang akan
berdampak membahayakan bagi kesehatan manusia dan ekosistem alam. Studi
epidemologi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara mortality dengan
konsentrasi particulate matter (PM) khususnya fine particulate yang secara efisien
dapat menembus ke dalam paru-paru sehingga meningkatkan insiden resiko penyakit
pernafasan dan kardiovaskular. Pencemaran udara perlu dilakukan upaya managemen
polusi sehingga dapat menurunkan atau meminimalisir terhadap dampak yang akan
ditimbulkan (Ahmad dan Santoso 2016).
Particulate matter (PM) adalah salah satu parameter polutan di udara. Unsur
partikulat ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor terutama
menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Masuknya partikulat ke dalam sistem
respirasi manusia dipengaruhi ukuran partikulat. Ukuran partikulat yang dapat masuk
ke dalam sistem respirasi adalah kurang dari 10 μm dengan spesifikasi sebagai berikut
: (1) Ukuran 5 - 10 μm akan mudah tersaring secara fisik oleh rambut-rambut halus
dalam rongga hidung (2) Ukuran 2 - 5 μm akan terendapkan di alveoli (3) Ukuran < 2
μm akan mudah masuk ke dalam saluran respirasi dan akan mudah keluar kembali
bersama udara ekspirasi (Zannaria et al 2009).
Partikulat merupakan suatu campuran kompleks yang ringan antara senyawa
organik dan anorganik, dengan ukuran antara 1-100 μm dan mengganggu sistem
respirasi manusia. Hampir sebagian besar sumber partikulat pada saat ini diproduksi
dari sumber antropogenik oleh adanya emisi dari kegiatan industri yang dikeluarkan
melalui cerobong, serta asap kendaraan bermotor. Beberapa sumber lain dalam skala
kecil dapat berasal dari aktivitas yang terjadi secara alami seperti kegiatan vulkanis,
spora tanaman yang diterbangkan oleh angin, kebakaran hutan, angin yang membawa
partikel tanah dan bebatuan, serta partikel dari proses penguapan oleh air laut.
Zat pencemar udara yang sering menimbulkan masalah di masyarakat sekitar
lingkungan industri adalah partikulat di Ambien. Partikulat adalah material berbentuk
padat yang tersuspensi di dalam gas. Untuk mengetahui kadar partikulat yang ada di
udara dipergunakan metode Gravimetri dengan menggunakan alat sampling High
Volume Air Sampler (HVAS) (Lodge Peter 1988). HVAS adalah merupakkan salah
satu alat sampling udara dasar yang dipergunakan. Pada kenyataanya, pemeliharaan
alat menjadi hal yang penting (Fred C dan Wadnola, 2012). Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui kadar partikulat yang berada pada kawasan Institut Pertanian Bogor.
Selain itu, agar dapat melakukan pemantauan dan pengendalian partikulat.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999, pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat

2
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya suatu komponen lain kedalam
udara ambient dengan jumlah tertentu sehingga kualitas udara menurun yang akan
berdampak membahayakan bagi kesehatan manusia dan ekosistem alam (Cooper et al
1994). Emisi pencemar udara akan tersebar sesuai kondisi meteorologi setempat
terutama arah angin rata-rata dan fluktuasi kecepatan turbulen, serta stabilitas atmosfer
yang sangat dinamis baik temporal maupun spasial (Oke 1986, Nasstrom et al 2000,
Stroh et al 2005).Perbedaan stabilitas atmosfer urban cukup kontras terjadi pada siang
dan malam hari, sehingga akan mempengaruhi pola dispersi pencemar secara diurnal
(Finn dkk., 2010). Studi epidemologi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara mortality dengan konsentrasi particulate matter (PM) khususnya fine particulate
yang secara efisien dapat menembus ke dalam paru-paru sehingga meningkatkan
insiden resiko penyakit pernafasan dan kardiovaskular (Breu et al 2013). Menurut
Setiawan (1992) penyakit batuk, sakit tenggorokan, bronkhitis akut dan kronik, asma,
pneumonia, dan kanker paru merupakan manifestasi penyakit saluran pernapasan
akibat adanya pemaparan terhadap pencemar udara secara terus menerus dan
berlangsung cukup lama.
Particulate matter (PM) adalah salah satu parameter polutan di udara . Unsur
partikulat ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor terutama
menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Polutan–polutan pencemar udara yang
terkandung dalam partikel terdiri atas timah hitam dalam debu, partikel padat 2,5 µm,
partikel padat 10 µm dan aerosol; dalam gas buangan kendaraan bermotor terdiri atas
karbon monooksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur oksida
(SOx), timah hitam (Plumbum/Pb). Masuknya partikulat ke dalam sistem respirasi
manusia dipengaruhi ukuran partikulat. Ukuran partikulat yang dapat masuk ke dalam
sistem respirasi adalah kurang dari 10 μm. Beberapa penelitian sebelumnya telah
menghubungkan antara paparan polutan partikulat terespirasi dengan beberapa
kejadian penyakit saluran pernafasan yang mana bahwa peningkatan konsentrasi
partikulat, SO2, NOx, serta kombinasi antara ketiganya di udara ambien berhubungan
dengan peningkatan risiko anak-anak mengidap penyakit saluran pernafasan bagian
atas dan asma (Mutius et al 1995).

3
Gambar 2 Proses photocatalysis (Sumber: BPLHD Jabar, 2009)
Partikulat yang berukuran 2 – 40 mikron (tergantung densitasnya) tidak bertahan
terus di udara dan akan segera mengendap. Partikulat yang tersuspensi secara
permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan, tetapi partikulat-
partikulat tersebut tetap di udara karena gerakan udara. Sifat partikulat lainnnya yang
penting adalah kemampuannya sebagai tempat absorbsi (sorbsi secara fisik) atau
kimisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia). Sifat ini merupakan fungsi dari luas
permukaan. Jika molekul terosorbsi tersebut larut di dalam partikulat, maka
keadaannya disebut absorbsi. Jenis sorbsi tersebut sangat menentukan tingkat bahaya
dari partikulat. Sifat partikulat lainnya adalah sifat optiknya. Partikulat yang
mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron berukuran sedemikian kecilnya
dibandingkan dengan panjang gelombang sinar sehingga partikulat-partikulat tersebut
mempengaruhi sinar seperti halnya molekul-molekul dan menyebabkan refraksi.
Partikulat yang berukuran lebih besar dari 1 mikron ukurannya jauh lebih besar dari
panjang gelombang sinar tampak dan merupakan objek makroskopik yang
menyebarkan sinar sesuai denganpenampang melintang partikulat tersebut. Sifat optik
ini penting dalam menentukan pengaruh partikulat atmosfer terhadap radiasi dan
visibilitas solar energy (BPLHD Jawa Barat2009).

Gambar 3. Sumber-sumber partikulat: proses vulkanis gunung berapi, debu yang


terbawa angin, kebakaran, uap air laut, pembakaran di industri, pembakaran dari
kendaraan bermotor (sumber: https://pengen-tau.weebly.com/partikulat-tsp.html)

4
Secara alamiah, partikulat dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa
oleh angin, proses vulkanis yang berasal dari letusan gunung berapi, uap air laut.
Partikulat juga dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung senyawa karbon murni atau bercampur dengan gas-gas organik, seperti
halnya penggunaan mesin diesel yang tidak terpelihara dengan baik dan pembakaran
batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran
tar. Jika dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas
pada umunya menghasilkan partikulat dalam jumlah yang lebih sedikit. Emisi
partikulat tergantung pada aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar
fosil, seperti transportasi kendaraan bermotor, industri berupa proses (penggilingan dan
penyemprotan) dan bahan bakar industri, dan sumber-sumber non industri, misalnya
pembakaran sampah baik domestik ataupun komersial.
Terdapat hubungan antara ukuran partikulat polutan dengan sumbernya. Partikulat
yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis
seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh
kendaraan atau pejalan kaki. Partikulat yang berukuran diameter 1 – 10 mikron
biasanya termasuk tanah, debu, dan produk-produk pembakaran dari industri lokal dan
pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikulat yang berukuran antara
0,1 – 1 mikron terutama merupakan produk-produk pembakaran dan aerosol fotokimia.
Partikulat yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron belum diidentifikasi
secara kimia, tetapi diduga berasal dari sumber-sumber pembakaran, seperti
pembakaran bahan bakar fosil. (BPLHD Jabar, 2009).
METODOLOGI
Penelitian tentang partikulat dilakukan pada hari Jumat, 30 September 2019
pukul 15.00-18.00 WIB di sekitar Graha Widya Wisuda, IPB. Penelitian diawali
dengan persipan alat-alat yang akan digunakan untuk menangkap partikulat di udara
ambien. Peralatan yang akan digunakan yaitu High Volume Sampler (HVS),
timbangan analitik, filter dan Thermometer. Sebelum dibawa ke lokasi penelitian, filter
yang akan digunakan pada alat HVS ditimbang terlebih dahulu dengan neraca analitik
untuk mengetahui berat awal. Setelah itu, peralatan dibawa dan di persiapkan di lokasi
penelitian yang telah ditentukan. Alat yang telah dipasang dinyalakan dengan tenaga
listrik dan kecepatan aliran udara diatur sebesar 1,13-1,7 m3/menit. Alat akan
menghisap udara ambien yang ada di sekitarnya. Catat laju aliran udara (Qs),
temperatur alat (Ta) dan temperatur lingukngan sekitarnya (Tr) setiap 15 menit.
Penelitian dilakukan selama satu jam (60 menit). Setelah satu jam alat dimatikan dan
filter ditimbang kembali untuk mendapatkan berat akhir. Selisih antara berat awal dan
berat akhir merupakan berat partikulat yang diperoleh selama satu jam (60 menit).
Lebih jelasnya metode pengukuran partikulat dengan HVS dapat dilihat pada diagram
alir sebagai berikut:

5
Mulai

Persiapan alat yang akan digunakan

Penimbangan filter (berat awal)

Persiapan dan pemasangan alat di lapangan

Pengambilan sampel udara di lapangan selama 1 jam

Penimbangan filter (berat akhir)

Pengolahan data

Analsis data berdasarkan PP No. 41 tahun 1999

Selesai

Gambar 1 Diagram alir praktikum pengukuran partikulat menggunakan HVS


di Kawasan Graha Widya Wisuda IPB

Berdasarkan data lapangan yang diperoleh, maka dapat ditentukan nilai koreksi laju aliran
udara (Qc), volume sampel udara (V), volume udara (Vr), konsentrasi partikulat (C1), berat
partikulat (W) dan konsentrasi standar dari estimasi sesaat (C2). Nilai-nilai tersebut dapat
diperoelh dari beberapa persamaan. Nilai Qc dapat diperoleh dengan persamaan 1.

Qc = 𝑄𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 (𝑇𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎/ 𝑇𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎).....(1)

Keterangan : Qc : Debit aliran udara (m3/menit)


Qs rata-rata : Debit rata-rata (m3/menit)
Tr rata-rata : Suhu pengujian (oC)
Ta rata-rata : Suhu alat (oC)

6
Nilai volume udara (V) dapat diperoleh dengan persamaan 2.

V= Qc x t…..…………..……………………………......................(2)

Keterangan : V : Volume udara (m3)


t : Waktu pengujian (menit)

Nilai volume udara pengujian (Vr) diperoleh dengan pmenggunakan persamaan 3.

Vr = V x 760/760 𝑥 298/𝑇𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 +273 ……..……..........….(3)

Keterangan : Vr : Volume pengujian (m3)

Kemudian nilai C1, W dan C2 dapat diperoleh dengan persamaan 4, 5 dan 6.

C1 = 𝑊 /𝑉𝑟…..…………………………………............................. (4)

W = Wakhir – W awal ..................................................................... (5)

C2 = C1( 𝑡1 𝑡2 )^0,185…....………….…………………….............(6)
Keterangan :
C1 : Konsentrasi partikulat pada udara ambien (μg / m3)
C2 : Konsentrasi standar dari estimasi sesaat (μg / m3)
W : Berat partikulat (μg)
W awal : Berat filter (μg)
W akhir: Berat filter dan partikulat (μg)
t1 : Waktu pengambilan sampel (menit)
t2 : Waktu pengambilan sampel dan pengujian lab (menit)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai TSP (Total Suspeded Particulate) diukur berdasarkan analisis gravimetri.
Pada pengujian partikulat pada udara Kampus IPB Dramaga dilakukan selama 1 jam
dengan mengggunakan alat hight volume sampler (HVS). Setiap 15 menitnya
dilakukan pencatatan suhu udara, suhu alat, dan debit udara yang dihisap. Lokasi
pengambilan sampel di jalanan depan gedung Grha Widya Wisuda. Alasan pemilihan
tempat ini adalah karena dilalui oleh berbagai jenis kendaraan baik itu bis kampus,
motor dan mobil. Waktu pengambilan sampel adalah pukul 16.00 WIB dimana banyak
kendaraan berlalu lalang karena jam pulang kuliah. Hasil yang didapatkan dari
pengujian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Data suhu alat, suhu ruangan dan debit udara yang dihisap HVS
Suhu
Data Alat
Waktu Suhu Alat(°C) Ruang(°C)
(menit)
BB BK BB BK (m3/menit) Liter/Menit

7
0 24 31 27 32 1,15 1150
15 24 30,5 27 32 1,16 1160
30 23,5 30,5 27 32 1,17 1170
45 30 23 26 31 1,18 1180
60 30 23 26 31 1,19 1190
Berdasarkan tabel 1, suhu bola basah alat berkisar antara 24-30°C dan bola kering
berkisar 31-23 °C. Terjadinya kenaikan suhu bola basah dan bola kering dikarenakan
mesin telah digunakan selama satu jam sehingga mesin menghasilkan panas dan
memengaruhi suhu bola kering dan bola basah. Daya hisap yang mampu dihasilkan
oleh alat HVS berkisar antara 1,15 m3/menit sampai 1,19 m3/menit. Hal tersebut
dikarenakan mesin yang sudah panas dan mampu untuk menghisap debit udara yang
lebih banyak. Prinsip dari pengukuran menggunakan HVS yaitu mengalirkan udara
yang mengandung partikulat pada udara ambien dengan nilai kecepatan alir pompa
vacum 1,13 sampai 1,70 m3/menit atau 1130 sampai 1700 liter/menit (SNI 19-7119.3-
2005).

Tabel 2 Data nilai koreksi aliran (Qc), voleme sampel udara (V), dan volume udara
Vr
Qc (l/menit) V (l) Vr(l)
Waktu (menit)
BB BK BB BK BB BK
0 1,29 1,19 77,63 71,23 77,11 20107,94
15 1,31 1,22 78,30 73,02 77,78 20615,29
30 1,34 1,23 80,66 73,65 80,12 20793,01
45 1,02 1,59 61,36 95,43 61,15 26968,64
60 1,03 1,60 61,88 96,23 61,67 27197,19
Data-data yang terdapat pada tabel 1 kemudian digunakan untuk menghitung nilai
koreksi aliran (Qc), voleme sampel udara (V), dan volume udara pada suhu 25ᵒC.
Koreksi aliran dimaksudkan untuk menyesuaikan debit aliran dengan perbandingan
suhu ruangan(lingkungan) dan suhu alat. Besar volume aliran dapat diketahui dengan
mudah menggunakan perhitungan sederhana debit aliran dikalikan satuan waktu.
Sedangkan untuk nilai volume udara saat suhu 25ᵒC adalah dengan menyesuaikan
volume sampel udara dengan perbedaan suhu dan tekanan kondisi standar. Hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 diatas.

Tabel 3 Data hasil pengukuran dan perhitungan TSP


No Data pengukuran/perhitungan Nilai
1 Berat filter 0,6176 g
2 Berat partikulat+filter 0,6293 g
3 Berat partikulat 0,0117 g
4 Lama sampling (t) 60 menit
5 Suhu ruang (Tr) 32 °C
6 Suhu alat (Ta) 31 °C
7 Tekanan udara (P) 739.33 mmHg

8
8 Kecepatan aliran udara (Qs) 1260 liter/menit
9 Koreksi aliran udara (Qc) 1300,64 liter/menit
10 Volume Sampel udara (V) 78038 liter
11 Volume udara pada 25°C, 760 mmHg (Vr) 39139.86 liter
12 Konsentrasi partikulat udara ambien 0.299 µg/liter
13 Konsentrasi standar 0,174 µg/liter
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa berat awal filter setelah melalui 3 kali
penimbangan didapat rata-rata sebesar 0,6176 g dan berat partikulat serta filter setelah
melalui 3 kali penimbangan didapat 0,6293 g. Berdasarkan analisis gravimetri
didapatkan berat partikulat bersih sebesar 0,0117 g. Pada saat melakukan pengukuran
tekanan udara yang berada di daerah pengukuran sebesar 739,33 mmHg. Data-data
yang diperlukan untuk mencari konsentrasi partikulat yaitu koreksi aliran udara,
volume sampel udara, Volume udara pada 25°C, 760 mmHg (Vr). Berdasarkan hasil
perhitungan berturut-turut diperoleh hasil 1300,64 liter/menit, 78038 liter, dan
39139,86 liter. Konsentrasi partikulat pada udara ambien di sekitar graha widya wisuda
sebesar 0,299 µg/liter atau sebesar 299 µg/m3.Konsentrasi standar yang diperoleh
sebesar 0,174 µg/liter atau sebesar 174 µg/m3. Berdasarkan baku mutu yaitu Peraturan
Pemerintah RI No.41 tahun 1999 mengenai partikulat, ambang batas partikulat sebesar
0,230 µg/liter atau sebesar 230 µg/m3. Berdasarkan baku mutu yang ada partikulat yang
terdapar pada kawasan sekitar graha widya wisuda masih dibawah baku mutu yang ada.
Namun peraturan tersebut sudah ada sejak 20 tahun lalu. Pada saat itu jumlah
kendaraan tidak terlalu masif sehingga perlunya ada peraturan baru mengenai baku
mutu pencemaran udara khusunya pada partikulat.
Tabel 4. Data nilai konsentrasi partikulat
Konsentrasi Partikulat
waktu BB BK
0 0.000151736 5.8186E-07
15 0.000150428 5.6754E-07
30 0.000146035 5.62689E-07
45 0.000191318 4.33837E-07
60 0.00018971 4.30191E-07

Tabel 4 merupakan data nilai konsentrasi partikulat per waktu pemaparan yang di
hitung berdasarkan perbandingan antara berat partikulat dan volume sample udara pada
suhu 25 ᵒC dan tekanan 760 mmHG. Berdasarkan perhitungan nilai konstrasi partikulat
pada waktu 45 menit menit adalah 0.000191318g/m3 dan nilai konsentrasi standard
berdasarkan baku mutu partikulat TSP adalah 127.7581917, sehingga nilai konsetrasi
partikulat tidak melampaui baku mutu dan pada waktu 60 menit adalah 0.00018971
g/m3 dan nilai konsentrasi standard berdasarkan baku mutu partikulat TSP adalah
127.7581917, sehingga nilai konsetrasi partikulat tidak melampaui baku mutu. Hasil

9
ini menjelaskan bahwa udara ambien di sekitar tempat pengambilan sample tidak
megganggu kesehatan. Partikulat di lokasi sampling berasal dari emisi gas buang mesin
kendaraan bermotor, pneghancuran materi akibat lindasan kendaraan bermmotor, dan
spora tumbuhan yang tertiup angin karena lokasi sampling berada didekat jalan raya
dengan vegetasi berupa pohon dan rumput.
Sumber partikulat di lokasi pengambilan sampel dapat berasal dari emisi gas buang
mesin kendaraan bermotor, penghancuran materi akibat lindasan kendaraan bermotor,
dan spora tumbuhan yang tertiup angin karena lokasi sampling berada didekat jalan
raya dengan vegetasi. Terdapat hubungan antara ukuran partikel polutan dengan
sumbernya. Partikel yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari
proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan
pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalanan kaki. Partikel yang berukuran
diameter diantara 1-10 µg biasanya termasuk tanah, debu dan produk-produk
pembakaran dari industri lokal, dan pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam
laut. Partikel yang mempunyai diameter antara 0,1-1 µg terutama merupakan produk-
produk pembakaran dan aerosol fotokimia. Partikel yang mempunyai diameter kurang
dari 0,1 µg belum diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga berasal dari sumber-sumber
pembakaran (Fardiaz 1992).
Kadar atau konsentrasi partikulat yang terlalu banyak dapat berbahaya bagi
kesehatan manusia terutama dapat menyebabkan gangguan pada sistem respirasi.
Masuknya partikulat ke dalam tubuh manusia tergantung dari ukuran partikulatnya.
Partikulat berukuran 2-5 µm akan terendap dalam alveoli. Selain itu partikulat dapat
meningkatkan risiko anak-anak mengidap penyakit saluran pernafasan bagian atas dan
asma (Zannaria et al 2009). Salah satu upaya untuk mengurangi partikulat yaitu
melakukan uji emisi gas buang dari kendaraan motor secara berkala sehingga
kedepannya diharapkan inovasi baru mengenai filter kendaraan bermotor
menghasilkan zero emisi.

Simpulan
Pengukuran konsentrasi TSP (Total Suspeded Particulate) dilakukan secara
gravimetri dengan waktu pengukuran selama 1 jam dengan selang waktu 15 menit
didapatkan konsentrasi partikulat sebesar 0,174 µg/liter atau sebesar 174 µg/m3.
Berdasarkan baku mutu yaitu Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999 ambang batas
partikulat sebesar 0,230 µg/liter atau sebesar 230 µg/m3. Berdasarkan hasil tersebut,
baku mutu partikulat yang ada kurang relevan dengan zaman yang notabennya sudah
terlampau 20 tahun sehingga perlunya peraturan baru mengenai baku mutu pencemaran
udara. Sumber partikulat utama pada praktikum ini yaitu kendaraan bermotor yang
melewati area graha widya wisuda. Akibat yang dapat ditimbulkan dari meningkatnya
konsentrasi partikulat yaitu penyakit pada gangguan pernafasan. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi konstrasi partikulat yaitu dengan melakukan uji
emisi kendaraan bermotor secara berkala.

10
Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, perlu diperhatikan bahwa alat uji
yang digunakan sangat mudah rusak sehingga diharapkan praktikum dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Perlu juga diperhatikan bahwa praktikum harus
berjalan dengan lebih kondusif, lebih cermat agar didapatkan data yang benar adanya.
Sebaiknya pada saat melakukan pengukuran alat HVS dibawa menggunakan kendaraan
agar dapat mengefisiensikan waktu.

Daftar Pustaka
Ahmad FE, Santotoso M. 2016. Analisis karakteristik dan komposisi partikulat udara
studi case: Surabaya. Jurnal Kimia Valensi. 2 (2): 97 – 103.
Alfiah, Taty. 2009. Pencemaran udara [WEB]. [Diunduh pada tanggal 17 Oktober
2019) https://tatyalfiah.files.wordpress.com/2009/10/pu-bab-2-b.pdf.
BPLHD Jawa Barat. 2009. Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi. Jawa Barat
(ID).
Breu F, Guggenbichler S, Wollmann J. 2013. World health statistics 2013. Geneva
(US): WHO Press.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 19-7119.5-2005 tentang Cara Uji
Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS)
dengan Metode Gravimetri. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Cooper CD, Alley FC. 1994. Air pollution control a design approach 2nd edition.
Illionis (UK): Waveland Press Inc.
Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Fred C, Wadnola. 2012. Modification to high volume air aampler brushes. Journal of
the Air Pollution Control Association. 14(2): 56-66.
Lodge Peter. 1988. Methods of Air Sampling and Analysis 3rd Edition. New York
(US): Lewis Publishers.
Mutius E Von. Air Pollution and Upper Respiratory Symptoms in Children from East
Germany. Eur Respir J 1995; 8: 723-8
Nasstrom, J.S, Sugiyama G, Leone Jr. J.M., dan Ermak D L. 2000. A Real-time
Atmospheric Dispersion Modeling System. 11th Joint Conference on the
Application of Air Pollution Meteorology with the Air Waste Management
Association, Long Beach, CA. – (-): -
Oke, T.R., 1986. Boundary Layer Climates. Methuen & Co. Ltd, London.
Peraturan Pemerintah R.I. 1999. Pengendalian Pencemaran Udara No.41 Tahun
1999. Jakarta (ID).
Setiawan T. 1992. Pengaruh polusi asap pabrik terhadap kesehatan lingkungan. Jurnal
PSL Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia. 12 (4): 217-228.
Smith, JL, Lee K. 2003. Soil as a source of dust and implications for human health.
Advances in Agronomy. 80: 1-32.
Stroh, E., Oudin, A., Gustafsson, S., Pilesjö, P., Harrie, L., Strömberg, U., dan
Jakobsson, K., 2005. Are Associations Between Socioeconomic Characteristics
and Exposure to Air Pollution a Question of Study Area Size? An Example from
Scania, Sweden. International Journal of Health Geographics 4:30-42.

11
Zannaria ND, Roosmini D, Santoso M. 2009. Karakteristik kimia partikulat terespirasi.
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia. 9(1): 37 - 50.

12
LAMPIRAN
Lampiran 1 Baku mutu partikulat menurut PP No. 41 tahun 1999

Gambar 4 Baku mutu partikulat


(Sumber: Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999)

13
Lampiran 2 Alat dan bahan praktikum

Gambar 5 High Volume Sampler

Gambar 6 Tripod

Gambar 7 Neraca analitik

14
Gambar 8 Termometer bola basah dan bola kering

15
Lampiran 3 Contoh Perhitungan
Berat Filter : 0,6176 g
Berat partikulat + filter : 0,6293 g
Berat Partikulat : (berat partikulat - berat filter)
: 0,6293 g - 0,6176 g
: 0,0117 g
Lama Sampling (t) : 60 menit
Suhu Ruang (Tr)
 Bola Kering : 32 oC
 Bola Basah : 27 oC
Suhu Alat (Ta)
 Bola Kering : 31 oC
 Bola Basah : 24 oC
Tekanan Udara (P) : 739,33 mmHg
Kecepatan aliran udara (Qs) : 1,26 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1260 liter/menit
Nilai koreksi aliran udara : Qc = (Qs X Tr)/Ta = (1260 X 31) / 32 = 1300,64
L/menit
Volume sampel udara : V = Qc X t = 1300,64 X 60 = 78038 L
Volume udara pada 25 oC, 760 mmHg :
Vr = V X (P/760) X (298/T + 273)
Vr = 78098 X (739,33/760) X (298/305 + 273)
Vr = 39139,86 L
Berat partikulat udara ambien : C = Berat Partikulat / Vr
C = 0,0117 / 39139,86
C = 0,000299
Estimasi yang diinginkan untuk waktu sampling :
C2 = C1 X (t1 /t2)n
C2 = 0,000299 X (60/60X24)0,17 = 0,000174

16

Anda mungkin juga menyukai