Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru.
ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari yang dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernafasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes RI, 2012).

2. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun
yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke
musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya
sanitasi lingkungan, usia, imunisasi

3. Klasifikasi Penyakit ISPA


1. Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat
atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.
2. Sedang
Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar
cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar
limfe leher yang nyeri tekan (adentis servikal).
3. Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang,
apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.
4. Sangat Berat
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.
4. Patofisiologi
Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan melalui saluran
pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh, sehingga menyebabkan
respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk dan menempel pada saluran
pernafasan yang menyebabkan reaksi imun menurun dan dapat menginfeksi saluran
pernafasan yang mengakibatkan sekresi mucus meningkat dan mengakibatkan saluran
nafas tersumbat dan mengakibatkan sesak nafas dan batuk produktif.
Ketika saluran pernafasan telah terinfeksi oleh virus dan bakteri yang kemudian
terjadi reaksi inflamasi yang ditandai dengan rubor dan dolor yang mengakibatkan
aliran darah meningkat pada daerah inflamasi dengan tanda kemerahan pada faring
mengakibatkan hipersensitifitas meningkat dan menyebabkan timbulnya nyeri. Tanda
inflamasi berikutnya adalah kalor, yang mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan
menyebabkan hipertermi yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan cairan yang
kemudian mengalami dehidrasi. Tumor, adanya pembesaran pada tonsil yang
mengakibatkan kesulitan dalam menelan yang menyebabkan intake nutrisi dan cairan
inadekuat. Fungsiolesa, adanya kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan
sehingga meningkatkan kerja kelenjar mucus dan cairan mucus meningkat yang
menyebabkan batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan dapat
menyumbat saluran nafas sehingga menimbulkan sesak nafas dan juga menyebabkan
batuk yang produktif.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, setelah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri (Sylvia, 2005).
Pathway
WS

Gbr.bygoogle.picture/Erwinamaterasu/2013

5. Manifestasi Klinis
a) Pilek biasa
b) Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
c) Kadang bersin-bersin
d) Sakit tenggorokan
e) Batuk
f) Sakit kepala
g) Sekret menjadi kental
h) Demam
i) Nausea
j) Muntah
k) Anoreksia
6. Penatalaksanaan
Pengobatan ISPA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Rasmaliah, 2004):

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari

7. Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak
antara lain:
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan
cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah
memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota
keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan:
- Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
- Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
- Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
- Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami
sakit seperti penyakit klien)
- Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
a. Inspeksi
- Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
- Tonsil tampak kemerahan dan edema
- Tampak batuk tidak produktif
- Tidak ada jaringan parut pada leher
- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung.
b. Palpasi
- Adanya demam
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
- Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
- Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

2. Diagnosa Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Pemantauan tanda vital yang
2. Anjurkan klien/keluarga untuk teratur dapat menentukan
kompres pada kepala/aksila perkembangan perawatan
3. Anjurkan klien untuk selanjutnya
menggunakan pakaian yang tipis 2. Dengan memberikan kompres,
dan dapat menyerap keringat maka akan terjadi proses
seperti pakaian dari bahan katun. konduksi/perpindahan panas
4. Atur sirkulasi udara dengan bahan perantara.
5. Anjurkan klien untuk minum 3. Proses hilanganya panas akan
banyak ± 2000 – 2500 ml/hari terhalangi untuk pakaian yang
6. Anjurkan klien istirahat di tempat tebal dan tidak akan menyerap
tidur selama fase febris penyakit. keringat.
7. Kolaborasi dengan dokter: 4. Penyediaan udara bersih
1) Dalam pemberian terapi, 5. Kebutuhan cairan meningkat
obat antimikrobial karena penguapan tubuh
2) Antipiretika meningkat
6. Tirah baring untuk mengurangi
metabolisme dan panas
7. Untuk mengontrol infeksi
pernafasan dan menurunkan
panas

a
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan:
- Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.
- Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
- Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan diet, input- 1. Berguna untuk menentukan
output dan timbang BB setiap kebutuhan kalori,
hari. menyusun tujuan BB dan
2. Berikan makan porsi kecil tapi evaluasi keadekuatan
sering dan dalam keadaan rencana nutrisi.
hangat. 2. Nafsu makan dapat
3. Tingkatkan tirah baring dirangsang pada situasi
4. Kolaborasi: konsultasi ke ahli rileks, bersih, dan
gizi untuk memberikan diet menyenangkan.
sesuai kebutuhan klien. 3. Untuk mengurangi
kebutuhan metabolik
4. Metode makan dan
kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi atau kebutuhan
individu untuk memberikan
nutrisi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran


pernapasan akut untuk penanggulangan pneumonisa pada Balita: Jakarta.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. 2007. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai