Anda di halaman 1dari 16

Definisi ilmu Ortodonsi

1. ilmu pengetahuan yang meliputi soal biologik maupun mekanik untuk mencegah dan
memperbaiki maloklusi dari gigi geligi serta memperoleh bentuk yang harmonis sehingga fungsi alat
pengunyahan menjadi baik/normal

2. ilmu ortondonsi: ilmu konservasi gigi, ilmu prostodonsi

Konsep Perawatan Ortodonsi

1. Zaman Dahulu (Cara perawatan coba-coba {empiris})

- soal mekanik

- tidak sistematis

- estetika

- kuratif

- susunan gigi permanen

2. Zaman Sekarang (Logika+ilmiah yang kuat)

- mekanik+biologik

- lebih sistematis

- estetika + fungsi

- preventif + kurativ

- gigi susu, gigi campuran, gigi permanen

Perkembangan Ilmu Ortodonsi Di Amerika Dibagi Menjadi:

1. Periode I (Tahun 1839-1880)

Tahun 1839:

- Ilmu Kedokteran Gigi --// ilmu kedokteran


- Ilmu ortodonsi belum termasuk cabang ilmu kedokteran gigi. Alasannya:
a. Dokter gigi hanya mempelajari soal mekanik
b. soal biologi & ilmu pengetahuan dasar kedokteran tidak diketahui

Dokter Gigi ~ Tukang Gigi

2. Periode II (Tahun 1880-1900)

* Didirikannya Sekolah Ortodonsi Oleh:

Dr. Edward Angle

* Dr. Edward Angle:


Mengajukan cara untuk membagi susunan gigi yang menyimpang dari normal atau disebut Maloklusi
dalam berbagai klas.

3. Periode III (Tahun 1900-Sekarang)

*Tahun 1907  Terbit Buku Malocclusion of Theeth karangan Dr. Edward Angle

*Klasifikasi Maloklusi I, II dan III

*Konsep perawatan Ortodonsi: Preventif dan Kuratif

Maksud dan Tujuan Perawatan Ortodonsi

-Memperbaiki cacat muka dan susunan gigi gerigi yang tidak teratur (berjejal)

-Untuk memperbaiki fungsi alat pengunyahan dan penelanan

-Untuk memperbaiki cacat waktu bicara

-Untuk memperbaiki cacat waktu bernafas

-Menghilangkan rasa rendah diri

-Menghilangkan rasa sakit pada sendi rahang karena traumatik oklusi

-Menyediakan ruang yang cukup untuk pergerakan lidah

-Memperbaiki fungsi; hub anatomi gigi; lengkung gigi dan rahang

-Untuk keperluan estetik

-Untuk memperbaiki pendengaran

-Untuk menghilangkan kebiasaan buruk, misalnya: isap jari, bernafas melalui mulut

TINGKATAN PERAWATAN ORTODONSI

Dibagi menjadi 3 tingkatan:

I. Ortodonsi Pencegahan (Preventive Orthodontics / Prophylaxis Orthodontics)

Suatu tingkatan dalam perawatan ortodonsi dimana dilakukan pencegahan agar tidak terjadi
maloklusi. Contoh:

a. Perawatan dan penambalan gigi susu o/k karies

b. Menghilangkan kebiasaan buruk seperti bernafas melalui mulut

c. Penggunaan “Space Maintainer” untuk kasus pencabutan dini gigi susu

II. Interceptive Orthodontic

Suatu tingkatan dalam perawatan ortodonti dimana dilakukan tindakan pada suatu kasus maloklusi
yang baru berkembang o/k adanya faktor keturunan, extrinsik serta intrinsik. Contoh: Melakukan
pencabutan beranting (Serial extraction)
III. Currative Orthodontic / Corrective Orthodontics

Suatu tingkatan perawatan ortodonsi pada maloklusi yang sudah berkembang. Contoh: Merawat
maloklusi dengan menggunakan alat-alat ortodonsi yang kompleks.

Cara Perawatan Ortodonsi

Terbagi 2 Tahapan:

1. Perawatan Aktif

Maloklusi dirawat dengan menggunakan alat-alat ortodonsi, latihan otot mulut dan menghilangkan
kebiasaan buruk

2. Perawatan Pasif

a. Mempertahankan posisi gigi yang telah dikoreksi dengan alat retainer (Hawley Retainer)

b. Untuk mendapatkan stabilitas gigi dalam tulang rahang

Ruang Lingkup Ortodonti

-Pertumbuhan dan perkembangan

-Ilmu keturunan/genetika

-Ilmu faal dari rongga mulut serta alat pengunyahan

-Ilmu jiwa dari anak-anak

-Anatomi dari rongga mulut

-Ilmu jaringan tubuh dan ilmu mudigah

-Antrhopologi

-Ilmu Gizi
SISTEM STOMATOGNASI

DR. drg. SUSILOWATI. SU

TULANG

-Bag yang paling keras tetapi plastis  bereaksi terhadap tekanan akibat fungsi

-Trabekula: rangkaian dan susunan serat-serat tulang

-Trajektoria: garis-garis dan trabekula yang saling menyilang

-Guna: menahan tekanan  merubah susunan dan bentuk tulang

-Tegangan dan tekanan  resorpsi tulang

-Bisa merubah struktur tulang tetap terbatas  sesuai dengan pola morfogenetiknya

-Fungsi karang  kepadatan - - - - - - - (osteoporosis)

-Fungsi bertambah  kepadatan + + + + (osteosklerosis)

-Melebihi batas fisiologis  osteonekrosis

-Tekanan pada maksila  langsung ke kranium

-Tekanan pada mandibula  diterima dl 0/ mandibula dl  diteruskan ke kranium

Maka mandibula memp lapisan kompakta yang tebal tang berhubungan satu sama lain.

-Jalannya Tekanan pengunyahan pada mandibula

Tekanan pada gigi bawah  ke periodonsium  tulang alveolus  prosesus kondiloideus 


kranium

Jalannya tekanan pada tulang spongiosa mandibula melalui trajektoria

TRAJEKTORIA

1. T. Temporal: dari 3 grs di angulus mand.  ke pros koronoideus

2. T. Dental: dari daerah dental  mell ramus asendens  pros kondiloideus

3. Trajekt dari basis mand ke pros kondiloideus.

4. Pd protuberansia mand berupa garis-garis bersilangan


Jalannya tekanan pada maksila  melalui pilar:

-Pilar Kaninus

-Pilar zogimatikus

-Pilar pterigoigeus

Ketiganya mempunyai hubungan horisontal

Ant kiri dan kanan dihubungkan melalui palatum  tekanan dapat berjalan dengan harmonis

OTOT

1. Otot pengunyahan

2. Otot air muka

3. Otot untuk menelan


Otot Pengunyahan:

1. M Masseter: untuk mengangkat mandibula ke atas  menutup mulut

2. M.Pterigoideus Internus (medialis)  menggerakkan mandibula ke belakang

3. M. Pterigoideus Ekternus (lateralis)  menggerakkan mendibula ke lateral

4. M. Temporalis  menarik mandibula ke belakang dan mengangkat mandibula

Otot-otot air muka/ekspresi

1. M. Buksinator  radial

- menentukan air muka

- membantu pengunyahan

2. M. Orbikularis Oris  melingkari mulut

- menutup bibir ,, apabila salah penggunaan  mempengaruhi perkembangan lengkungan gigi

3. M. Mentalis
- menarik bibir bawah ke atas

- memajukan bibir bawah

Otot-otot Penelanan

1. Otot-otot mulut:

- Otot lidah intrinsik

- Otot lidah ekstrinsik

2. Otot-otot palatum molle dan fausum

3. Otot-otot farings

Otot  menentukan stabilitas oklusi gigi geligi  perkebangan tulang rahang

Sifat Otot

1. Elastis  kemampuan untuk memperpanjang diri dan kembali ke bentuk semula. Tergantung dari:

- jenis otot

- macam kebutuhan

- daya tahan perorangan

-usia
2. Kontraksi  kemampuan untuk memperpendek diri yang disebabkan o/ impuls saraf

Kontraksi disebabkan o/ rangsangan asetilkolin

Pada saat kontraksi terjadi oksidasi glikogen  asam susu  rs capai  mempengaruhi kemampuan
kontraksi

-Kekuatan otot untuk menutup rahang >> membuka rahang

-Otot yang melekat pada tulang  dibawah kontrol refleks neuromuskular

-Fungsi otot yang harmonis dan normal  tulang-tulang bertumbuh kembang secara normal

-Tulang alveolar lebih mudah mengalami perubahan dp tlg basis bandibula

-Daerah perlekatan otot  menerima pengaruh plg besar dari otot-otot tersebut.

Fungsi Artikulasio Mandibular

Terdiri dari:

1. Fossa gleniod

2. Prosesus Kondiloideus

3. Ligamentum kapsular

4. Meniskus

5. Selaput sinovia
Fossa Glenoid

Cekungan pada tulang pelipis / os temporalis bagi muka  di muka eminensia artikularis

-Prosesus Kondiloideus

Cembung, bujur telur

-Ligamentum Kapsular  mengelilingi kondilus

Fungsi: memegang kondilus pada posisinya ketika berfungsi

Meniskus/diskus artikularis

-Tulang gepeng yang membagi ruang sendi menjadi 2 bagian

Bagian bawah: bentuknya cekung

Bagian atas: sebagian cekung, sebagian cembung

Fungsi: mengisi ruang sendi

-yang bawah  untuk poros kondiloid

-yang atas  untuk poros glenoid


Selaput Sinovia

-Selaput tipis yang melekat di bagian dalam dari kapsula artikular

-Mengeluarkan Cairan Sendi  memudahkan pergerakan meniskus dan pros. Kondiloid

Fungsi Sistem Stomatognasi

-Pengunyahan

-Penelanan

-Pernafasan

-Bicara

-Fungsi Pengunyahan/mastikasi

Harus ada koordinasi otot-otot di sekitar mulut misal: pipi, os hioid, lidah dan bibir

-Penelanan

Walau tidak makan  ada penelanan bila aksi penelanan tidak normal  menyebabkan
maloklusi

-Pernafasan

Beban otot tidak sebesar fungsi lainnya.

Bernafas melalui mulut  Maloklusi

Bernafas mell mulut/mouth breathing  bisa kelainan organik, bisa kebiasaan jelek

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

Pemeriksaan diluar mulut meliputi:

1. Pemeriksaan tipe kepala

2. Pemeriksaan tipe wajah

3. Pemeriksaan tipe profil wajah

4. Kesimetrisan Wajah

5. Pemeriksaan tonus bibir

-Ras manusia di dunia  beb kelompok besar: kulit putih, hitam, merah, kuning

-Para ahli mempelajari tipe-tipe kraniofasial dari sdt kecantikan, seni, antropologi, dan ortodonsi 
untuk mengetahui dari ras mana kelompok itu berasal

-Tipe dan wajah ada hubungannya dengan tipe maloklusi


BENTUK KEPALA

Ada hubungannya dengan:

1. Bentuk Muka

2. Bentuk lengkung gigi

3. Bentuk gigi insisivus

Tipe-Tipe Wajah/Kepala

1. Dilihat dari frontal

Umumnya: badan tinggi  kepala sempit dan panjang

Bentuk Wajah:

a. Longiliniar: panjang-sempit

b. Brevilinear: pendek-lebar

c. Mesolinear: sedang

-Dr. frontal wajah terbagi 3 bag/seimbang:

*1/3 bagian atas: trikhion (batas rambut) ke glabela

*1/3 bagian tengah: glabella – subnasion

*1/3 bagian bawah: subnasion – gnathion

2. Dari Horisontal

a. Dolikosefali  IK < 75

b. Mesosefali  IK : 75-80

c. Brakhisefali  IK > 80

Indeks Kepala (IK) / Cephalic Index = ________________


Lebar Maks Kepala
X 100
Panjang Maks Kepala
ANALISIS PROFIL WAJAH

Tujuan:

1. Melihat proporsi kedua rahang dalam arah anteroposterior

2. Melihat postur bibir dan majunya gigi insisivus

3. Evaluasi proporsi wajah secara vertikal

Profil Jaringan Lunak Wajah


Profil Wajah yang Cembung

Profil Wajah yang Cekung

Profil wajah yang lurus


BENTUK WAJAH

A. Dari depan/frontal

1. Seimbang  apabila ada keseimbangan antara 1/3 muka bagian atas, tengah, dan bawah

2. Tidak seimbang bisa terjadi pada kasus:

- Gigitan dalam tipe skeletal

- Open bite vertikal

B. Bentuk Wajah dari Samping (PROFIL WAJAH)

1. Jaringan Keras  dengan Ro Foto / sefalometrik

-Titik Acuan:

a. N (nasion)

b. SNA (Spina Nasalis Anterior)

c. Gn (Gnathion)

2. Jaringan Lunak  bisa langsung atau melalui foto

-Titik acuan:

a. Glabella

b. Subnasale (di bawah hidung)

c. Pogonion (Pog. / ujung dagu)


Wajah yang seimbang

Wajah yang simetris  ada perbandingan yang sama antara bagian sebelah kiri dan kanan

-Wajah yang tidak simetris bisa disebabkan karena: abses, kelainan TMJ, trauma

PEMERIKSAAN TONUS BIBIR

-Perkembangan normal dentofasial tergantung pada fungsi normal otot sekitar mulut.

- Keseimbangan antara otot bibir, pipi dan lidah perlu dipertahankan sebagai upaya pencegahan
terjadinya maloklusi

(Oklusi = tutup menutupnya gigi atas dan bawah. Maloklusi: oklusi yang jelek)

-Bibir atas dan bawah tetap berkontak dalam keadaan istirahat. Fungsi bibir tersebut berperan
sebagai penahan untuk gigi anterior

-Kekuatan tonus bibir yang normal adalah 4-6 lbs yang diukur dengan spring tension gauge.
-Relasi bibir atas dan bawah yang terbuka saat istirahat menunjukkan adanya ketidakseimbangan
otot orofasial

-Kekuatan tonus bibir yang tidak adekuat disebut hipotonus  hanya 1-2 ½ lbs

-Tonus bibir yang terlalu kuat (hipertonus) juga harus diperhatikan

-Tonus otot bibir saat mandibula berada pada posisi istirahat seharusnya menghasilkan kontak
antara bbir atas dan bibir bawah yang ringan dan konstan

-Jika keadaan bibir saling terpisah, tidak mampu berkontak ringan maka bibir dikatakan inkompeten

-Individu dengan bibir inkompeten memiliki bibir bawah yang terletak dibelakang gigi insisivus atas,
sedangkan bibir atas tampak pendek, hipotonus, dan hampir tidak berfungsi

-Saat berupaya menutup bibir, otot orbicularis oris dan mentalis berkontraksi kuat, bibir bawah
mendorong permukaan palatal gigi insisivus atas.

-Bibir bawah seharusnya menutupi sepertiga insisal permukaan labial gigi insisivus atas

-Bibir inkompeten dapat disebabkan karena:

(1) morfologi bibir tidak adekuat yaitu, anatomi bibir atas pendek sehingga pada posisi istirahat
bibir tidak dapat berkontak,

(2) bibir tidak mampu berfungsi dengan baik karena gigi insisivus atas protrusif, misalnya pada
kasus maloklusi angle klas II divisi 1 yang ekstrem

(3) fungsi bibir yang abnormal, seringkali terjadi pada individu dengan kebiasaan bernafas melalui
mulut

-Bibir inkompeten dapat mengakibatkan protrusi gigi-gigi karena berkurangnya aksi penekanan gigi-
gigi oleh bibir atas dan bawah, penampilan menjadi tidak menarik

-Inkompetensi bibir juga dapat mempengaruhi sistem mastikasi, terjadi gangguan dalam
pengunyahan makanan dengan bibir yang tidak berkontak dan seringkali mengeluarkan bunyi

-Secara visual, bibir inkompeten dapat dilihat pada individu yang mempunyai kebiasaan bernafas
melalui mulut

-Berdasarkan pencatatan EMG (Elektro miograf) aksi otot mentalis pada bibir kompeten saat
istirahat dari posisi bibir tertutup ke posisi bibir terbuka mengalami peningkatan sedangkan pada
bibir inkompeten mengalami penurunan.

-Melalui gambaran sefalometri, evaluasi postur bibir berdasarkan hubungan antara bibir atas dan
bawah pada saat posisi bibir istirahat disebut dengan interlabial gap (ILG)

-Jarak interlabial gap normal adalah 0 – 3 mm. Aktivitas otot mentalis yang kuat pada saat menutup
mulut mengindikasikan jarak interlabial gap yang besar

Anda mungkin juga menyukai