Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

“SIKAP KERJA DUDUK”

MATA KULIAH ERGONOMI

Dosen : Yulianto, BE., S.Pd., M.Kes.

Disusun Oleh :

Kelompok 4 / 3B

1. Thaharah Octy Winahyu (P1337433117072)


2. Bima Sakti Pamungkas (P1337433117073)
3. Jordan Nanda Pradana (P1377433117074)
4. Afrida Nur Tifani (P1337433117075)
5. Ulfah Faoziah (P1337433117076)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGAM STUDI D-III KESEHATAN LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO

2019
A. Dasar Teori
Aktivitas manusia memerlukan berbagai fasilitas menunjangnya. Untuk
memenuhi semua itu, perlu adanya desain yang tepat agar fasilitas tersebut dapat
digunakan dengan nyaman dan aman. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi
dan peralatan saat ini juga berkembang begitu pesat. Manusia menjadi semakin kreatif
dalam menciptakan sebuah produk fasilitas kerja yang mampu bersaing di pasar. Produk
yang mampu bersaing di pasar tentunya tidak hanya dari segi penampilan yang menarik,
tetapi haruslah memenuhi rasa nyaman dan aman saat digunakan.
Sehingga dibutuhkan aspek ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas
kerja. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu
dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan
efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien (Iftikar Z. Sutalaksana dalam bukunya yaitu
Teknik Tata Cara Kerja, 2006). Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses
rancang bangun fasilitas kerja merupakan sesuatu yang sangatlah penting. Hal tersebut
tidak terlepas dari pembahasan mengenai ukuran antropometri tubuh operator maupun
penerapan data-data antropometrinya. Antropometri merupakan salah satu ilmu yang
mempelajari tentang pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri akan
memberikan penjelasan jika manusia akan bervariasi dalam berbagai macam dimensi
ukuran tubuh tergantung usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan sebagainya,
sehingga desain fasilitas kerja juga akan berbeda. Data antropometri dapat dijadikan
sebagai dasar dalam mendesain fasilitas kerja dalam hal ini khususnya yang berkaitan
dengan fasilitas perkuliahan seperti meja dan kursi perkuliahan maupun menciptakan alat
yang digunakan agar sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan
memiliki data antropometri yang tepat, maka seorang perancang fasilitas kerja akan
mampu menyesuaikan bentuk dan geometris ukuran dari produk rancangannya dengan
bentuk maupun ukuran segmen-segmen bagian tubuh pengguna produk tersebut.
Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthtopos yang berarti manusia dan
metron yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai arti sebagai
pengukuran tubuh manusia (Bridger, 1995).
Ada 3 filosofi dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai
data antropometri untuk diaplikasikan (Niebel & Freivalds, 2002).
a. Desain untuk ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau lingkungan kerja
tertentu seharusnya menggunakan data antropometri individu ekstrim. Contoh:
penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Desain untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi peralatan atau
fasilitas tertentu yang bisa disesuaikan dengan pengguna (users). Contoh:
perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut
sandarannya pun bisa diubah.
c. Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai antropometri rata-rata
dalam mendesain dimensi fasilitas tertentu. Contoh: desain fasilitas umum seperti
toilet umum, kursi tunggu, dan lain- lain.

Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data
antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan
manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi
dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya
akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain (design-induced error).

Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal:

a) Perancangan areal kerja (Work station, interior mobil, dan sebagainya).


b) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), dan
sebagainya.
c) Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja, dan
sebagainya.
d) Perancangan lingkungan fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan


bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang
dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Dalam
kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari
populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Secara umum
sekurang-kurangnya 90% - 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok
pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Rancangan
produk yang dapat diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih besar
bahwa produk tersebut akan mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran
tubuh mereka akan berbeda-beda. Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan
mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan
seluruh range tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian
(adjustability) suatu produk merupakan suatu prasyarat yang amat penting dalam proses
perancangannya, terutama untuk produk–produk yang berorientasi ekspor.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Meteran
b. Alat tulis
c. Meja
d. Kursi
2. Bahan
a. Tenaga kerja
C. Cara Kerja
1. Tentukan Lokasi dan Orang yang akan kita ukur dalam sikap kerja duduk
2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengukur sikap duduk
3. Memulai untuk mengukur tenaga kerja menggunakan meteran lalu catat hasilnya
4. Selanjutnya mengukur meja dan kursi menggunakan meteran lalu catat hasilnya
D. Hasil
Data Antropometri
1) Lokasi
Tempat Kerja : UD. SATRIA
Alamat : Jl. Kombas Gg. III, Purwokerto Lor, Purwokerto Timur
2) Data
Nama : Heri Sulastio
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
3) Data Sikap Kerja Duduk
1. Tinggi Lipat Lutut Dalam : 40 cm
2. Tinggi Lipat Lutut Luar : 46 cm
3. Panjang Paha Dalam : 39 cm
4. Panjang Paha Luar : 47 cm
5. Tinggi Pinggang : 18 cm
6. Lebar Pinggang : 28 cm
7. Tinggi Siku Duduk :-
8. Tinggi Mata : 1 cm
9. Tinggi Kepala : 25 cm
10. Panjang Tangan Duduk ke Atas : 55 cm
11. Panjang Tangan ke Depan : 73 cm
12. Panjang tangan Ke Samping kiri dan kanan :80 cm
4) Pengukuran Stasiun Kerja
1. Meja
Panjang : 122,3 cm
Lebar : 60,5 cm
Tinggi : 74 cm
Tebal : 2 cm
2. Kursi
Tinggi Kursi : 84 cm
Lebar : 39 cm
Tinggi Sandaran Tangan :-
Sudut sandar punggung : 125 derajat
Tinggi sandar kaki :-
E. Pembahasan dan Kesimpulan
1) Kesesuaian Meja
Kriteria: Sesuai dengan antropometri tubuh probandus dan jenis pekerjaan.
1. Panjang Meja
Diukur dari ujung meja kiri sampai ujung meja kanan.
Usulan : -
Hasil : sudah sesuai dengan panjang tangan ke depan, dimana rata-rata panjang
tangan ke depan probandus adalah 73 cm. Hal tersebut dikarenakan panjang meja
sudah melebihi panjang lengan probandus, Sehingga probandus tidak perlu
melakukan gerakan paksa untuk menjangkau sesuatu di area kerja.
2. Lebar Meja
Diukur dari probandus dari arah depan.
Usulan : -
Hasil : belum sesuai dengan ukuran panjang lengan rata-rata probandus yaitu 60,5
cm.
3. Tinggi Meja
Usulan : 101 cm
Hasil : belum sesuai karena tinggi meja belum bisa di bandingkan dengan tinggi
siku duduk karena tinggi siku duduk tidak ada, dimana seharusnya tinggi siku dan
tinggi meja dalah 74 cm sehingga probandus dengan ukuran tubuh kecil
membutuhkan usaha lebih untuk menyandarkan tangan ke meja.
4. Tebal Meja
Kriteria :
a) Dapat memberikan gerakan bebas pada kaki.
b) Terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.
Usulan : tinggi sandaran kaki harus ada

Hasil : sudah sesuai dengan ukuran antropometri probandus dimana saat


probandus duduk baik dengan menyandarkan kaki maupun tidak, lutut probandus
tidak bersinggungan dengan meja bagian bawah. Karena tinggi lutut duduk
individu tertinggi adalah 46 cm; tinggi sandaran kaki yang diukur tidak ada,
sedangkan tinggi meja 74 cm dengan tebal meja 2 cm. Serta bahannya juga
terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.

2) Kesesuaian Kursi
Kriteria:
Probandus dengan sikap duduk mendapatkan sikap yang mantap dan memberikan
relaksasi otot, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tubuh.
1. Tinggi Alas Duduk
Tinggi tempat duduk dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas
duduk.
Kriteria : harus lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai dengan telapak kaki.
Usulan : 39-45 cm.
Hasil : belum sesuai, karena tinggi tempat duduk hasil pengukuran adalah 84 cm,
sedangkan panjang tungkai bawah persentil 5% probandus adalah 39,3 cm. Hal
ini dikarenakan kesalahan dan ketidaktelitian praktikan dalam melakukan
pengukuran.
2. Lebar Alas Duduk
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
Kriteria : harus lebih lebar dari lebar pinggul.
Usulan : 40-45 cm.
Hasil : sudah sesuai dengan ukuran antropometri lebar pinggul probandus, karena
lebar pinggul probandus adalah 28 cm, sedangkan lebar kursi yang ada yaitu 39
cm.
3. Sudut Sandaran Punggung
Usulan :
Hasil : sudah sesuai, karena didapatkan hasil pengukuran 125° pada kursi
laboratorium.
4. Tinggi Sandaran Kaki
Diukur dari alas (lantai) sampai sandaran kaki.
Usulan : tinggi sandaran kaki 16,7 cm
Hasil : belum sesuai, karena tinggi lutut duduk individu tertinggi adalah 49,9 cm
tinggi sandaran kaki tidak ada sehingga tidak kami ukur. Disamping itu ternyata
tinggi meja 74 cm dengan tebal meja 2 cm. Sehingga saat probandus
menggunakan sandaran kaki saat duduk tidak membuat lutut probandus
bersinggungan dengan dasar meja dan probandus akan merasa nyaman.
F. Lampiran Foto

Anda mungkin juga menyukai