Kel.4 - LKP Ergonomi Sikap Kerja Duduk
Kel.4 - LKP Ergonomi Sikap Kerja Duduk
Disusun Oleh :
Kelompok 4 / 3B
2019
A. Dasar Teori
Aktivitas manusia memerlukan berbagai fasilitas menunjangnya. Untuk
memenuhi semua itu, perlu adanya desain yang tepat agar fasilitas tersebut dapat
digunakan dengan nyaman dan aman. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi
dan peralatan saat ini juga berkembang begitu pesat. Manusia menjadi semakin kreatif
dalam menciptakan sebuah produk fasilitas kerja yang mampu bersaing di pasar. Produk
yang mampu bersaing di pasar tentunya tidak hanya dari segi penampilan yang menarik,
tetapi haruslah memenuhi rasa nyaman dan aman saat digunakan.
Sehingga dibutuhkan aspek ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas
kerja. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu
dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan
efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien (Iftikar Z. Sutalaksana dalam bukunya yaitu
Teknik Tata Cara Kerja, 2006). Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses
rancang bangun fasilitas kerja merupakan sesuatu yang sangatlah penting. Hal tersebut
tidak terlepas dari pembahasan mengenai ukuran antropometri tubuh operator maupun
penerapan data-data antropometrinya. Antropometri merupakan salah satu ilmu yang
mempelajari tentang pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri akan
memberikan penjelasan jika manusia akan bervariasi dalam berbagai macam dimensi
ukuran tubuh tergantung usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan sebagainya,
sehingga desain fasilitas kerja juga akan berbeda. Data antropometri dapat dijadikan
sebagai dasar dalam mendesain fasilitas kerja dalam hal ini khususnya yang berkaitan
dengan fasilitas perkuliahan seperti meja dan kursi perkuliahan maupun menciptakan alat
yang digunakan agar sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan
memiliki data antropometri yang tepat, maka seorang perancang fasilitas kerja akan
mampu menyesuaikan bentuk dan geometris ukuran dari produk rancangannya dengan
bentuk maupun ukuran segmen-segmen bagian tubuh pengguna produk tersebut.
Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthtopos yang berarti manusia dan
metron yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai arti sebagai
pengukuran tubuh manusia (Bridger, 1995).
Ada 3 filosofi dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai
data antropometri untuk diaplikasikan (Niebel & Freivalds, 2002).
a. Desain untuk ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau lingkungan kerja
tertentu seharusnya menggunakan data antropometri individu ekstrim. Contoh:
penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Desain untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi peralatan atau
fasilitas tertentu yang bisa disesuaikan dengan pengguna (users). Contoh:
perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut
sandarannya pun bisa diubah.
c. Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai antropometri rata-rata
dalam mendesain dimensi fasilitas tertentu. Contoh: desain fasilitas umum seperti
toilet umum, kursi tunggu, dan lain- lain.
Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data
antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan
manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi
dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya
akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain (design-induced error).
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal:
2) Kesesuaian Kursi
Kriteria:
Probandus dengan sikap duduk mendapatkan sikap yang mantap dan memberikan
relaksasi otot, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tubuh.
1. Tinggi Alas Duduk
Tinggi tempat duduk dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas
duduk.
Kriteria : harus lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai dengan telapak kaki.
Usulan : 39-45 cm.
Hasil : belum sesuai, karena tinggi tempat duduk hasil pengukuran adalah 84 cm,
sedangkan panjang tungkai bawah persentil 5% probandus adalah 39,3 cm. Hal
ini dikarenakan kesalahan dan ketidaktelitian praktikan dalam melakukan
pengukuran.
2. Lebar Alas Duduk
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
Kriteria : harus lebih lebar dari lebar pinggul.
Usulan : 40-45 cm.
Hasil : sudah sesuai dengan ukuran antropometri lebar pinggul probandus, karena
lebar pinggul probandus adalah 28 cm, sedangkan lebar kursi yang ada yaitu 39
cm.
3. Sudut Sandaran Punggung
Usulan :
Hasil : sudah sesuai, karena didapatkan hasil pengukuran 125° pada kursi
laboratorium.
4. Tinggi Sandaran Kaki
Diukur dari alas (lantai) sampai sandaran kaki.
Usulan : tinggi sandaran kaki 16,7 cm
Hasil : belum sesuai, karena tinggi lutut duduk individu tertinggi adalah 49,9 cm
tinggi sandaran kaki tidak ada sehingga tidak kami ukur. Disamping itu ternyata
tinggi meja 74 cm dengan tebal meja 2 cm. Sehingga saat probandus
menggunakan sandaran kaki saat duduk tidak membuat lutut probandus
bersinggungan dengan dasar meja dan probandus akan merasa nyaman.
F. Lampiran Foto