NIM : 1910511025 PRODI : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2019 Indonesia dikenal dengan suatu negara yang memiliki beraneka ragam sumber daya alam. Salah satu diantaranya adalah sumber daya pertanian berupa serelia dan umbiumbian. Jagung merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah di indonesia. Seiring perkembangannya saat ini selain sebagai makanan pokok jagung juga telah mengalami diversifikasi. Hal ini merupakan bentuk untuk mengatasi masalah ketergantungan terhadap satu bahan pokok saja dan juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari jagung tersebut. Nata adalah lapisan polisakarida ekstraseluler yang dibentuk oleh kumpulan sel bakteri pembentuk kapsul. Lapisan ini mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata tidak akan tumbuh di dalam cairan). Nata dikenal sebagai salah satu produk makanan fermentasi yang berbentuk gelatin seperti agar – agar atau kolang- kaling yang dapat dipakai sebagai bahan pengisi es krim, pencampur fruit cocktail, dan yoghurt. Pengembangan produk nata ini merupakan bentuk diversifikasi hasil produksi makanan yang diperkirakan memiliki prospek cerah dimasa mendatang. Hal ini didasarkan semakin banyaknya industri nata yang berdiri dan semakin banyaknya produk nata dipasarkan. Dalam pengembangannya,maka pembuatan nata dari jagung ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dari air rebusan jagung tersebut ataupun memproduksi nata yang digunakan sebagai bahan makanan tambahan. Pembuatan nata tidak begitu sulit, dan biaya yang dibutuhkan juga tidak begitu banyak. Usaha pembuatan nata dari hasil air rebusan jagung merupakan salaha satu usaha yang cukup menjanjikan atau prospektif. Proses pembuatan nata meliputi enam tahapan yaitu pengenceran dan penyaringan cairan, perebusan, inokulasi dengan starter, fermentasi, pemanenan dan penetralan, dan terakhir pengemasan. Mikroba yang aktif dalam pembuatan nata adalah bakteri pembentuk asam asetat yaitu Acetobacter xylinum. Mikroba ini dapat merubah gula menjadi selulosa,jalinan selulosa inilah yang akan membuat nata terihat putih. Setiap sel Acetobacter xylinum menyedot glukosa dari larutan gula dan menggabungkannya dengan asam lemak, membentuk suatu prekursor pada jaringan sel. Aktivitas pembentukan nata hanya terjadi pada kisaran pH antara lain 3,5 – 7,5. Kualitas nata terbaik mencapai pada pH 5,0-5,5 dalam media air kelapa dan pada suhu kamar. Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata) mulai dapat dilihat dari permukaan media cair stelah 24 jam inkubasi. Gas karbon dioksida yang dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum mungkin menyebabkan pengapungan, sehingga nata didorong ke permukaan dan mengapung. Dan polisakarida yang dibentuk oleh enzim-enzim Acetobacter xylinum berasal dari suatu prekursor yang berkaitan yang tersusun dari komponen gula yaitu glukosa, manosa, ribose, dan rhamnosa. Pertumbuhan Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, suhu, sumber nitrogen dan sumber karbon. Sebagai sumber karbon dapat digunakan berbagai jenis gula seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, ataupun maltosa sedangkan untuk mengatur pH digunakan asam asetat glasial. Tingkat konsentrasi amonium sulfat akan berpengaruh terhadap pembuatan nata dan untuk efisien dan efektivitas hasil nata lebih baik digunakan wadah berbentuk segi empat dan luas permukaannya besar. Untuk menghasilkan massa nata yang kokoh, tebal, kenyal putih dan tembus pandang maka ada hal penting saat proses pembuatannya yaitu : a. PH medium 4 – 4,5 b. Komposisi ammonium sulfat dan sukrosa c. Starter d. Suhu inkubasi Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pembentukan nata de coco adalah sterilisasi peralatan untuk mencegah terbentuknya mikroba pengganggu,sebaiknya bilas alat yang akan digunakan dengan air panas lalu dikeringkan dengan tisu atau kain bersih. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penambahan bahan media,saat membuat nata de coco ditambahkan gula pasir sebanyak 30gr dan amonuim sulfat sebanyak 2gr yang berguna sebagai media pertumbuhan Acetobacter xylinum. Yang terakhir adalah panen dan penyiapan untuk konsumsi, setelah fermentasi selama 12-14 hari terbentuk lapisan nata setebal 15 cm. Cara memanen nata adalah dengan mengangakt nata menggunakan garpu bersih dan sebaiknya setelah panen sediakan media baru untuk pembuatan berikutnya. Kemudian nata dipotong berbentuk kubus, lalu rendam di air untuk menghilangkan sifat asam. Nata yang akan dikonsumsi dimasak dalam larutan gula pasir 205 dan 200 gr air. Nata de coco merupakan bahan pangan hasil fermentasi dari pengolahan air rebusan jagung dengan bantuan Acetobacter xylinum. Bakteri ini bisa hidup pada media rebusan jagung yang mengandung gula, gula akan digunakan sebagai sumber penyedia kebutuhan energi oleh bakteri tersebut. Media rebusan jagung yang mengandung gula digunakan untuk pembentukan felikel nata, dimana dengan adanya kandungan sukrosa didalam gula berfungsi sebagai sumber karbon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Ketebalan nata akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar gula yang ditambahkan pada proses fermentasi, hal ini dikarenakan dengan semakin banyaknya gula maka akan semakin banyak selulosa ekstraseluler yang terbentuk akibat dari pemecahan gula menjadi polisakarida. Selulosa yang terbentuk berupa benang – benang dengan polisakarida yang membentuk suatu jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata. Kadar karbohidrat akan meningkat seiring dengan penambahan gula hal ini dikarenakan gula merupakan komponen penyusun karbohidrat sehingga mengakibatkan semakin banyaknya karbohidrat yang terkandung dalam nata. Selain itu besarnya felikel yang dihasilkan ini dipengaruhi oleh bakteri tersebut, sedangkan aktifitas bakteri dipengaruhi oleh kadar gula dan jangka waktu fermentasi. Peningkatan kandungan serat akan meningkat seiring dengan penambahan gula hingga dicapai kondisi optimum dikarenakan kadar sukrosa yang tinggi adalah sumber nurtisi berupa sumber karbon yang dibutuhkan Acetobacter xylinum dalam merubah sebagian glukosa menjadi selulosa. Kelangsungan hidup bakteri bergantung dari kondisi lingkungan diantaranya komposisi media, PH, oksigen terlarut dan sumber karbon. Setiap mikroorganisme mempunyai batasan kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya seperti Acetobacter xylinum mempunyai batasan pH tertentu untuk dapat beraktifitas dan melangsung kan hidupnya. Polimerisasi glukosa menjadi selulosa oleh Acetobacter xylinum terjadi pada PH antara lima sampai tujuh. Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air rebusan jagung yang semula merupakan limbah sekarang dapat dimanfaatkan sebagai media pembuatan nata. Dan nata yang optimum dihasilkan pada kondisi pH memberikan pengaruh terhadap kandungan serat,protein dan karbohirat yang terkandung dalam nata de coco.